
(Lagi) Pengusaha Mengeluh Bunga Bank di Indonesia Tinggi
Iswari Anggit, CNBC Indonesia
03 May 2019 11:50
![Margin bunga bersih atau [Net Interest Margin/NIM] di Indonesia merupakan yang tertinggi di ASEAN.](https://awsimages.detik.net.id/visual/2019/02/13/a1a01474-c963-47b5-af26-1f20b8ecdfb4_169.jpeg?w=900&q=80)
Jakarta, CNBC Indonesia - Margin bunga bersih atau [Net Interest Margin/NIM] di Indonesia merupakan yang tertinggi di ASEAN. Hal ini menyebabkan bunga kredit ikutan berada di atas rata-rata bank di negara ASEAN.
Hal ini dikeluhkan oleh para pengusaha tanah air yang membutuhkan dana perbankan.
"Kita ketahui perusahaan ambil pendanaan utama dari perbankan dan bisa dilihat dari lending. Pertumbuhan kredit 2019 itu sudah 11,75%," kata Ketua Umum Apindo Hariyadi B Sukamdani di Gedung BI, Jumat (3/5/2019).
"Bukan pasar modal, yang saat ini kenyataannya perbankan masih jadi pilihan utama," imbuhnya.
Namun sayangnya ekspansi sektor riil tidak berjalan beriringan dengan industri perbankan. Suku bunga perbankan masih tinggi.
"Kelihatan bahwa kita ini di ASEAN masih luar biasa ada bank kita bisa masuk 10 besar. Ada BCA, BRI dan Mandiri. Tapi kenapa mereka [negara lain] bisa berikan lending di bawah 7% dan kita di atas 10%?" keluh Hariyadi.
Menurut Hariyadi, memang ada cost of fund atau biaya dana yang tinggi dan risiko. Namun apapun alasannya, Hariyadi mengatakan, masalah ini haruslah diselesaikan bersama.
"Perbankan suku bunganya kurang kompetitif, kita ajak bicara," jelasnya.
Lebih jauh, para pengusaha juga meminta agar nilai tukar rupiah bergerak stabil.
(dru/dru) Next Article Perhatian! OJK Minta Bank Tak Naikkan Suku Bunga
Hal ini dikeluhkan oleh para pengusaha tanah air yang membutuhkan dana perbankan.
"Kita ketahui perusahaan ambil pendanaan utama dari perbankan dan bisa dilihat dari lending. Pertumbuhan kredit 2019 itu sudah 11,75%," kata Ketua Umum Apindo Hariyadi B Sukamdani di Gedung BI, Jumat (3/5/2019).
Namun sayangnya ekspansi sektor riil tidak berjalan beriringan dengan industri perbankan. Suku bunga perbankan masih tinggi.
"Kelihatan bahwa kita ini di ASEAN masih luar biasa ada bank kita bisa masuk 10 besar. Ada BCA, BRI dan Mandiri. Tapi kenapa mereka [negara lain] bisa berikan lending di bawah 7% dan kita di atas 10%?" keluh Hariyadi.
Menurut Hariyadi, memang ada cost of fund atau biaya dana yang tinggi dan risiko. Namun apapun alasannya, Hariyadi mengatakan, masalah ini haruslah diselesaikan bersama.
"Perbankan suku bunganya kurang kompetitif, kita ajak bicara," jelasnya.
Lebih jauh, para pengusaha juga meminta agar nilai tukar rupiah bergerak stabil.
(dru/dru) Next Article Perhatian! OJK Minta Bank Tak Naikkan Suku Bunga
Most Popular