
Kestrel Dongkrak Laba Adaro, Saat Harga Batu Bara Anjlok
Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
02 May 2019 17:28

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan tambang batu bara, PT Adaro Energy Tbk (ADRO) mampu meningkatkan laba bersih saat harga batu bara sedang tak mendukung. Akuisisi tambang batu bara Kestrel, Australia yang dilakukan ADRO tahun lalu terbukti ampuh mendongkrak laba perusahaan.
Laba bersih perseroan pada kuartal I-2019 tercatat sebesar US$118,7 juta atau meningkat hingga 59,6% dibanding kuartal I-2018 yang hanya US$ 74,4 juta.
Padahal Average Selling Price (ASP) batu bara ADRO pada kuartal I-2019 hanya sebesar US$ 58/metrik ton, atau turun 10% secara year on year (YoY).
Turunnya ASP batu bara ADRO berkaitan erat dengan harga batu bara acuan Newcastle (calorific value : 6.000 kcal/kg) yang ikut mempengaruhi harga batu bara Indonesia. Rata-rata harga batu bara Newcastle pada kuartal I-2019 hanya sebesar US$ 96,6/metrik ton, atau turun 6% YoY.
Salah satu yang mendongkrak pendapatan ADRO adalah bagian laba dari tambang batu bara Kestrel yang sudah beroperasi secara penuh.
Sebagai informasi, pada Agustus 2018, ADRO telah merampungkan akuisisi kepemilikan Rio Tinto atas Kestrel Coal Mine. Untuk mengakuisisi Kestrel, ADRO menggandeng perusahaan private equity, EMR dan membentuk ventura bersama dengan nama Kestrel Coal Resource Pty Ltd (Kestrel). Diketahui kepemilikan ADRO terhadap Kestrel mencapai 47,99%.
Pada kuartal I-2019, Kestrel mampu membukukan laba sebesar US$ 51 juta. Dengan demikian, ADRO kebagian jatah US$ 24,5 juta pada pos bagian atas keuntungan neto ventura bersama. Dampaknya, pos tersebut membengkak hingga sebesar US$ 33 juta, atau naik 473% YoY.
Tapi tak hanya itu, perusahaan juga tercatat membukukan kinerja penjualan yang gemilang.
Total penjualan batu bara ADRO pada kuartal I-2019 mencapai US$ 846 juta naik 10% YoY. Pada saat yang sama, beban pokok pendapatan hanya naik 8,22%YoY menjadi US$ 581,7 juta. Artinya perusahaan bisa melakukan efisiensi pada kegiatan operasional, membuat marjin laba kotor (gross profit margin/GPM) meningkat menjadi 31,3% pada kuartal I-2019.
Peningkatan penjualan batu bara ADRO pada kuartal I-2019 utamanya terjadi pada pasar ekspor. Penjualan ekspor batu bara sepanjang kuartal I-2019 meningkat 11,82% YoY, sedangkan pasar domestik cenderung flat dengan peningkatan 0,04% YoY.
Artinya, permintaan batu bara impor (seaborne) di pasar global masih tinggi dan dapat diambil oleh perusahaan-perusahaan Indonesia.
Marjin laba bersih (net profit margin/NPM) perusahaan juga naik dari 9,7% pada kuartal I-2018 menjadi 14% di kuartal I-2019.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/hps) Next Article Demi Akuisisi Kestrel, Adaro Korbankan Pertumbuhan Laba
Laba bersih perseroan pada kuartal I-2019 tercatat sebesar US$118,7 juta atau meningkat hingga 59,6% dibanding kuartal I-2018 yang hanya US$ 74,4 juta.
Padahal Average Selling Price (ASP) batu bara ADRO pada kuartal I-2019 hanya sebesar US$ 58/metrik ton, atau turun 10% secara year on year (YoY).
Salah satu yang mendongkrak pendapatan ADRO adalah bagian laba dari tambang batu bara Kestrel yang sudah beroperasi secara penuh.
Sebagai informasi, pada Agustus 2018, ADRO telah merampungkan akuisisi kepemilikan Rio Tinto atas Kestrel Coal Mine. Untuk mengakuisisi Kestrel, ADRO menggandeng perusahaan private equity, EMR dan membentuk ventura bersama dengan nama Kestrel Coal Resource Pty Ltd (Kestrel). Diketahui kepemilikan ADRO terhadap Kestrel mencapai 47,99%.
Pada kuartal I-2019, Kestrel mampu membukukan laba sebesar US$ 51 juta. Dengan demikian, ADRO kebagian jatah US$ 24,5 juta pada pos bagian atas keuntungan neto ventura bersama. Dampaknya, pos tersebut membengkak hingga sebesar US$ 33 juta, atau naik 473% YoY.
Tapi tak hanya itu, perusahaan juga tercatat membukukan kinerja penjualan yang gemilang.
Total penjualan batu bara ADRO pada kuartal I-2019 mencapai US$ 846 juta naik 10% YoY. Pada saat yang sama, beban pokok pendapatan hanya naik 8,22%YoY menjadi US$ 581,7 juta. Artinya perusahaan bisa melakukan efisiensi pada kegiatan operasional, membuat marjin laba kotor (gross profit margin/GPM) meningkat menjadi 31,3% pada kuartal I-2019.
Peningkatan penjualan batu bara ADRO pada kuartal I-2019 utamanya terjadi pada pasar ekspor. Penjualan ekspor batu bara sepanjang kuartal I-2019 meningkat 11,82% YoY, sedangkan pasar domestik cenderung flat dengan peningkatan 0,04% YoY.
Artinya, permintaan batu bara impor (seaborne) di pasar global masih tinggi dan dapat diambil oleh perusahaan-perusahaan Indonesia.
Marjin laba bersih (net profit margin/NPM) perusahaan juga naik dari 9,7% pada kuartal I-2018 menjadi 14% di kuartal I-2019.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/hps) Next Article Demi Akuisisi Kestrel, Adaro Korbankan Pertumbuhan Laba
Most Popular