Sentimen Global Tak Bertuah, Harga Obligasi Tak Berpindah

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
29 April 2019 19:40
Harga obligasi rupiah pemerintah ditutup terkoreksi tipis dan menjurus stagnan, berbeda dari tren di pasar obligasi negara lainnya.
Foto: CNBC Indonesia
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah ditutup terkoreksi tipis dan menjurus stagnan. Koreksi tipis tersebut disebabkan ancaman perang dagang Eropa-Amerika Serikat (AS) meskipun perkembangannya belum jelas.

Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu berbeda arah dibandingkan dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah milik negara berkembang yang lain.  

Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).  

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. 

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. 

Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun. 

Seri acuan yang paling melemah adalah FR0077 yang bertenor 5 tahun dengan kenaikan yield 1,9 basis poin (bps) menjadi 7,23%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.  

Dari empat seri acuan tersebut, akumulasi pergerakan yield hanya 0,53 bps hari ini, sangat kecil dibandingkan rerata harian 1 bps-5 bps.

 
Yield Obligasi Negara Acuan 29 Apr'19
SeriJatuh tempoYield 26 Apr'19 (%)Yield 29 Apr'19 (%)Selisih (basis poin)Yield wajar IBPA 29 Apr'19
FR00775 tahun7.2127.2311.907.2072
FR007810 tahun7.7787.780.207.7397
FR006815 tahun8.2228.2260.408.2064
FR007920 tahun8.338.326-0.408.32
Avg movement0.53
Sumber: Refinitiv   

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 964,74 triliun SBN, atau 38,53% dari total beredar Rp 2.504 triliun berdasarkan data per 26 April.  

Angka kepemilikannya masih positif Rp 71,49 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. 

Koreksi di pasar surat utang hari ini juga berbalik dari kondisi pasar ekuitas yang justru menguat 0,39%. 

Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan terjadi di banyak negara yaitu di Brasil, India, Rusia, Singapura, dan Afsel sedangkan tidak ada pasar obligasi di negara maju yang menguat. 
  
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
NegaraYield 26 Apr'19 (%)Yield 29 Apr'19 (%)Selisih (basis poin)
Brasil8.988.97-1.00
China3.4153.431.50
Jerman-0.018-0.0051.30
Perancis0.3530.3671.40
Inggris1.1421.150.80
India7.4517.408-4.30
Jepang-0.044-0.0350.90
Malaysia3.7843.7930.90
Filipina6.0066.0251.90
Rusia8.298.26-3.00
Singapura2.1822.18-0.20
Thailand2.462.471.00
Amerika Serikat2.4982.5091.10
Afrika Selatan8.598.535-5.50
Sumber: Refinitiv  

TIM RISET CNBC INDONESIA


(irv/irv) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular