Rupiah Terlemah Kedua di Asia, Tapi Harapan Masih Ada

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
23 April 2019 12:12
Rupiah Terlemah Kedua di Asia, Tapi Harapan Masih Ada
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Namun bukan berarti rupiah tanpa harapan. 

Pada Selasa (23/4/2019) pukul 12:00 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.080. Rupiah melemah 0,07% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. 

Kala pembukaan pasar, rupiah masih mampu menguat 0,07%. Namun kemudian rupiah terperosok ke zona merah. 


Depresiasi rupiah yang terbatas membuat mata uang Tanah Air punya harapan untuk kembali ke zona hijau. Apalagi sebagian besar mata uang utama Asia kini menguat di hadapan dolar AS. 

Oleh karena itu, depresiasi 0,07% sudah cukup untuk membuat rupiah menjadi mata uang terlemah kedua di Asia. Malang betul nasib rupiah, melemah tipis saja sudah menjadi  salah satu yang terlemah di Benua Kuning. 

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang Asia pada pukul 12:01 WIB: 



(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Faktor utama yang membebani langkah rupiah hari ini adalah harga minyak. Pada pukul 12:02 WIB, harga minyak jenis light sweet memang masih naik 1,39%. Namun harga minyak brent sudah turun 0,03%. 

Harga si emas hitam yang sempat meroket 2-3% mulai melandai seiring perkembangan terbaru seputar isu Iran. Sebagai informasi, pada November tahun lalu AS memberi sanksi larangan ekspor minyak asal Negeri Persia. Barang siapa yang masih berani membeli minyak dari Iran, maka tidak bisa berbisnis dengan Negeri Adidaya. 


Namun AS memberi keringanan kepada delapan negara yaitu India, China, Turki, Yunani, Italia, Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan bisa tetap mendatangkan minyak dari Iran. Nah, masalahnya keringanan itu akan berakhir mulai 2 Mei dan AS tidak berniat memberi perpanjangan waktu. 

Oleh karena itu, sempat ada persepsi bahwa pasokan minyak di pasar dunia akan sedikit seret. Bukan apa-apa, ekspor Iran cukup signifikan yaitu mencapai 2,12 juta barel/hari, mengutip data Organisasi Negara-negara Eksportir Minyak (OPEC). 

Akan tetapi, harga minyak perlahan melandai karena ada harapan pasokan tidak akan akan berkurang signifikan. Sebab negara-negara lain dikabarkan bersedia untuk menambah pasokan untuk menutup kekurangan. 

"Arab Saudi dan negara lainnya di OPEC akan menutup lebih dari cukup pasokan minyak dunia akibat sanksi penuh kepada Iran," tegas Presiden AS Donald Trump dalam cuitan di Twitter. 


Perkembangan ini menjadi semacam jaminan bahwa pasokan minyak tidak akan terganggu meski Iran tidak bisa mengakses pasar. Hasilnya adalah harga minyak perlahan turun. 

Apabila harga minyak terus melandai, syukur-syukur bisa turun, maka bisa menjadi sentimen positif buat rupiah. Saat harga minyak turun, maka biaya importasinya akan lebih murah sehingga tidak terlalu membebani transaksi berjalan (current account). Dengan harapan membaiknya transaksi berjalan, maka rupiah punya pijakan yang lebih kuat. 

Harga minyak adalah kunci. Mari berdoa harga minyak turun, sehingga rupiah bisa menguat.



TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular