Pemilu 2019

Bagi IHSG & Rupiah, Pilpres Kali Ini Kurang 'Nendang'

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
22 April 2019 20:30
Hanya Obligasi yang Lebih Oke
Foto: Suasana debat kelima Capres dan Cawapres Pilpres 2019 di Hotel Sultan, Jakarta, Sabtu (13/4). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Walaupun IHSG dan rupiah sama-sama underperform dalam 2 hari perdagangan pertama selepas pilpres tahun ini, ternyata lain cerita jika berbicara mengenai obligasi.

Dalam 2 hari perdagangan pertama selepas pilpres tahun 2019, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Indonesia tenor 10 tahun turun sebesar 1,2 bps, berbanding terbalik dengan tahun 2014 yang naik sebesar 0,1 bps. Sebagai informasi, pergerakan yield obligasi berbanding terbalik dengan harganya. Ketika yield turun, berarti harga sedang naik. Sebaliknya, ketika yield naik, berarti harga sedang turun. Di pasar obligasi Indonesia, tenor 10 tahun merupakan yang paling sering diamati karena biasanya merupakan yang paling likuid.


Selisih (spread) antara yield dan inflasi yang masih menggiurkan membuat obligasi Indonesia masih laris manis pasca pilpres. Berdasarkan survei yang dilakukan Bank Indonesia (BI) hingga pekan kedua bulan April, terjadi inflasi sebesar 0,25% secara bulanan. Secara tahunan, tingkat inflasi berada di level 2,64%. Capaian ini masih berada jauh di bawah perkiraan BI bahwa inflasi akan bergerak di rentang 3-3,2% pada tahun 2019.

Inflasi merupakan variabel penting bagi investor dalam menentukan keputusan investasi di pasar obligasi. Jika inflasi rendah, maka obligasi akan menjadi menarik lantaran menawarkan real interest rate yang lebih tinggi. Sebaliknya, jika inflasi tinggi, maka real interest rate akan menjadi lebih rendah sehingga obligasi tidak menarik.

Hingga penutupan perdagangan hari Selasa atau sehari sebelum pilpres, yield obligasi tenor 10 tahun berada di level 7,629%.

TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/ank)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular