
Pemilu 2019
Bagi IHSG & Rupiah, Pilpres Kali Ini Kurang 'Nendang'
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
22 April 2019 20:30

Pada hari ini, kinerja rupiah yang mengecewakan membuat saham-saham di tanah air dilepas investor. Hingga akhir perdagangan hari ini, rupiah melemah 0,21% di pasar spot ke level Rp 14.070/dolar AS, menjadikannya mata uang dengan kinerja terburuk ketiga di Asia. Sebagai catatan, seluruh mata uang kawasan Asia melemah melawan dolar AS pada hari ini.
Seiring dengan pelemahan rupiah pada hari ini, apresiasi dalam 2 hari perdagangan pertama selepas pilpres menipis menjadi 0,07% saja. Pada hari Kamis, rupiah menguat sebesar 0,28% melawan dolar AS.
Sebagai catatan, dalam 2 hari perdagangan pertama selepas pilpres tahun 2014, rupiah menguat hingga 0,34% melawan dolar AS.
Lantas, bukan hanya IHSG yang underperform selepas pilpres tahun ini, namun juga rupiah.
Kekhawatiran bahwa The Federal Reserve/The Fed selaku bank sentral AS akan mengeksekusi kenaikan suku bunga acuan pada tahun ini membuat dolar AS perkasa melawan rupiah dan mata uang negara-negara Asia lainnya. Padahal sebelumnya, pelaku pasar sudah pede bahwa tak akan ada kenaikan suku bunga acuan pada tahun 2019.
Kekhawatiran ini dilandasi oleh kinclongnya data-data ekonomi yang dirilis di AS pada hari Kamis. Penjualan barang-barang ritel periode Maret 2019 diumumkan naik sebesar 1,6% secara bulanan, menandai kenaikan tertinggi sejak September 2017 dan jauh membaik dibandingkan capaian bulan Februari yakni kontraksi sebesar 0,2%. Capaian pada bulan Maret juga berhasil mengalahkan konsensus yakni pertumbuhan sebesar 0,9% saja, seperti dilansir dari Forex Factory.
Kemudian, penjualan barang-barang ritel inti (mengeluarkan komponen mobil) periode Maret 2019 tumbuh sebesar 1,2% secara bulanan, membaik ketimbang bulan Februari yang minus 0,2%. Capaian tersebut juga juga berhasil mengalahkan konsensus yakni pertumbuhan sebesar 0,7% saja, seperti dilansir dari Forex Factory.
Tak sampai disitu, klaim tunjangan pengangguran untuk minggu yang berakhir pada 13 April tercatat turun 5.000 dibandingkan pekan sebelumnya menjadi 192.000, lebih rendah dari konsensus yang sebesar 207.000, dilansir dari Forex Factory. (ank/ank)
Seiring dengan pelemahan rupiah pada hari ini, apresiasi dalam 2 hari perdagangan pertama selepas pilpres menipis menjadi 0,07% saja. Pada hari Kamis, rupiah menguat sebesar 0,28% melawan dolar AS.
Sebagai catatan, dalam 2 hari perdagangan pertama selepas pilpres tahun 2014, rupiah menguat hingga 0,34% melawan dolar AS.
Lantas, bukan hanya IHSG yang underperform selepas pilpres tahun ini, namun juga rupiah.
Kekhawatiran bahwa The Federal Reserve/The Fed selaku bank sentral AS akan mengeksekusi kenaikan suku bunga acuan pada tahun ini membuat dolar AS perkasa melawan rupiah dan mata uang negara-negara Asia lainnya. Padahal sebelumnya, pelaku pasar sudah pede bahwa tak akan ada kenaikan suku bunga acuan pada tahun 2019.
Kekhawatiran ini dilandasi oleh kinclongnya data-data ekonomi yang dirilis di AS pada hari Kamis. Penjualan barang-barang ritel periode Maret 2019 diumumkan naik sebesar 1,6% secara bulanan, menandai kenaikan tertinggi sejak September 2017 dan jauh membaik dibandingkan capaian bulan Februari yakni kontraksi sebesar 0,2%. Capaian pada bulan Maret juga berhasil mengalahkan konsensus yakni pertumbuhan sebesar 0,9% saja, seperti dilansir dari Forex Factory.
Kemudian, penjualan barang-barang ritel inti (mengeluarkan komponen mobil) periode Maret 2019 tumbuh sebesar 1,2% secara bulanan, membaik ketimbang bulan Februari yang minus 0,2%. Capaian tersebut juga juga berhasil mengalahkan konsensus yakni pertumbuhan sebesar 0,7% saja, seperti dilansir dari Forex Factory.
Tak sampai disitu, klaim tunjangan pengangguran untuk minggu yang berakhir pada 13 April tercatat turun 5.000 dibandingkan pekan sebelumnya menjadi 192.000, lebih rendah dari konsensus yang sebesar 207.000, dilansir dari Forex Factory. (ank/ank)
Next Page
Hanya Obligasi yang Lebih Oke
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular