
Pemilu 2019
Bagi IHSG & Rupiah, Pilpres Kali Ini Kurang 'Nendang'
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
22 April 2019 20:30

Jakarta, CNBC Indonesia - Pesta politik terbesar di tanah air sudah selesai digelar. Pada hari Rabu (17/4/2019), untuk pertama kalinya dalam sejarah, pemilihan presiden dan para anggota legislatif dilakukan secara serentak.
Pada pemilu 2019, dipilih sepasang presiden dan wakil presiden, 575 anggota DPR RI, 136 anggota DPD, 2.207 anggota DPR Provinsi, dan 17.610 anggota DPRD Kota/Kabupaten.
Lantas, bagaimana kinerja pasar keuangan Indonesia di gelaran pilpres tahun ini? Ternyata, bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan rupiah, pilpres kali ini bisa dibilang kurang 'nendang'.
Dalam 2 hari perdagangan pertama selepas pilpres (18 & 22 April), IHSG justru anjlok hingga 1,03%. Padahal dalam 2 hari perdagangan pertama selepas pilpres tahun 2014, IHSG membukukan penguatan sebesar 0,16%.
Dalam perdagangan pertama setelah pilpres, sejatinya IHSG membukukan penguatan sebesar 0,4%. Namun, pada perdagangan hari ini IHSG anjlok hingga 1,42%, membuat imbal hasil dalam 2 hari perdagangan pertama selepas pilpres menjadi negatif.
Jika berkaca kepada sejarah, IHSG memang selalu memberikan imbal hasil yang menggiurkan di tahun pemilu, dengan catatan bahwa hasil pemilihan presiden sesuai dengan proyeksi dari mayoritas lembaga survei.
Pada tahun 2004, IHSG melejit hingga 44,6%. Kala itu, pasangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Muhammad Jusuf Kalla memenangkan pertarungan melawan Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi (putaran 2).
Pada tahun 2009, IHSG meroket hingga 87%. Pada pertarungan tahun 2009, SBY berhasil mempertahankan posisi RI-1, namun dengan wakil yang berbeda. Ia didampingi oleh Boediono yang sebelumnya menjabat Gubernur Bank Indonesia (BI). SBY-Boediono berhasil mengalahkan 2 pasangan calon yakni Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto dan Jusuf Kalla-Wiranto.
Beralih ke tahun 2014, mantan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo berhasil menempati tahta kepemimpinan tertinggi di Indonesia dengan menggandeng Jusuf Kalla sebagai wakilnya. Pada saat itu, IHSG melejit 22,3%.
Untuk pilpres edisi 2019, mayoritas lembaga survei memang menjagokan pasangan calon nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin, yang kini unggul di quick count yang diadakan sejumlah lembaga.
Sepnjang tahun ini (hingga penutupan perdagangan hari Selasa atau sehari sebelum pilpres), imbal hasil IHSG baru sebesar 4,63%, menyisakan upside yang sebenarnya besar jika berkaca kepada performa IHSG di tahun-tahun pemilu sebelumnya.
Namun nyatanya, IHSG justru jatuh dengan kedalaman yang signifikan pasca pilpres selesai digelar. Pada hari ini, kinerja rupiah yang mengecewakan membuat saham-saham di tanah air dilepas investor. Hingga akhir perdagangan hari ini, rupiah melemah 0,21% di pasar spot ke level Rp 14.070/dolar AS, menjadikannya mata uang dengan kinerja terburuk ketiga di Asia. Sebagai catatan, seluruh mata uang kawasan Asia melemah melawan dolar AS pada hari ini.
Seiring dengan pelemahan rupiah pada hari ini, apresiasi dalam 2 hari perdagangan pertama selepas pilpres menipis menjadi 0,07% saja. Pada hari Kamis, rupiah menguat sebesar 0,28% melawan dolar AS.
Sebagai catatan, dalam 2 hari perdagangan pertama selepas pilpres tahun 2014, rupiah menguat hingga 0,34% melawan dolar AS.
Lantas, bukan hanya IHSG yang underperform selepas pilpres tahun ini, namun juga rupiah.
Kekhawatiran bahwa The Federal Reserve/The Fed selaku bank sentral AS akan mengeksekusi kenaikan suku bunga acuan pada tahun ini membuat dolar AS perkasa melawan rupiah dan mata uang negara-negara Asia lainnya. Padahal sebelumnya, pelaku pasar sudah pede bahwa tak akan ada kenaikan suku bunga acuan pada tahun 2019.
Kekhawatiran ini dilandasi oleh kinclongnya data-data ekonomi yang dirilis di AS pada hari Kamis. Penjualan barang-barang ritel periode Maret 2019 diumumkan naik sebesar 1,6% secara bulanan, menandai kenaikan tertinggi sejak September 2017 dan jauh membaik dibandingkan capaian bulan Februari yakni kontraksi sebesar 0,2%. Capaian pada bulan Maret juga berhasil mengalahkan konsensus yakni pertumbuhan sebesar 0,9% saja, seperti dilansir dari Forex Factory.
Kemudian, penjualan barang-barang ritel inti (mengeluarkan komponen mobil) periode Maret 2019 tumbuh sebesar 1,2% secara bulanan, membaik ketimbang bulan Februari yang minus 0,2%. Capaian tersebut juga juga berhasil mengalahkan konsensus yakni pertumbuhan sebesar 0,7% saja, seperti dilansir dari Forex Factory.
Tak sampai disitu, klaim tunjangan pengangguran untuk minggu yang berakhir pada 13 April tercatat turun 5.000 dibandingkan pekan sebelumnya menjadi 192.000, lebih rendah dari konsensus yang sebesar 207.000, dilansir dari Forex Factory. Walaupun IHSG dan rupiah sama-sama underperform dalam 2 hari perdagangan pertama selepas pilpres tahun ini, ternyata lain cerita jika berbicara mengenai obligasi.
Dalam 2 hari perdagangan pertama selepas pilpres tahun 2019, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Indonesia tenor 10 tahun turun sebesar 1,2 bps, berbanding terbalik dengan tahun 2014 yang naik sebesar 0,1 bps. Sebagai informasi, pergerakan yield obligasi berbanding terbalik dengan harganya. Ketika yield turun, berarti harga sedang naik. Sebaliknya, ketika yield naik, berarti harga sedang turun. Di pasar obligasi Indonesia, tenor 10 tahun merupakan yang paling sering diamati karena biasanya merupakan yang paling likuid.
Selisih (spread) antara yield dan inflasi yang masih menggiurkan membuat obligasi Indonesia masih laris manis pasca pilpres. Berdasarkan survei yang dilakukan Bank Indonesia (BI) hingga pekan kedua bulan April, terjadi inflasi sebesar 0,25% secara bulanan. Secara tahunan, tingkat inflasi berada di level 2,64%. Capaian ini masih berada jauh di bawah perkiraan BI bahwa inflasi akan bergerak di rentang 3-3,2% pada tahun 2019.
Inflasi merupakan variabel penting bagi investor dalam menentukan keputusan investasi di pasar obligasi. Jika inflasi rendah, maka obligasi akan menjadi menarik lantaran menawarkan real interest rate yang lebih tinggi. Sebaliknya, jika inflasi tinggi, maka real interest rate akan menjadi lebih rendah sehingga obligasi tidak menarik.
Hingga penutupan perdagangan hari Selasa atau sehari sebelum pilpres, yield obligasi tenor 10 tahun berada di level 7,629%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article Jelang Musim Laporan Keuangan, Ini Emiten Yang Mulai Diborong
Pada pemilu 2019, dipilih sepasang presiden dan wakil presiden, 575 anggota DPR RI, 136 anggota DPD, 2.207 anggota DPR Provinsi, dan 17.610 anggota DPRD Kota/Kabupaten.
Lantas, bagaimana kinerja pasar keuangan Indonesia di gelaran pilpres tahun ini? Ternyata, bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan rupiah, pilpres kali ini bisa dibilang kurang 'nendang'.
Dalam perdagangan pertama setelah pilpres, sejatinya IHSG membukukan penguatan sebesar 0,4%. Namun, pada perdagangan hari ini IHSG anjlok hingga 1,42%, membuat imbal hasil dalam 2 hari perdagangan pertama selepas pilpres menjadi negatif.
Jika berkaca kepada sejarah, IHSG memang selalu memberikan imbal hasil yang menggiurkan di tahun pemilu, dengan catatan bahwa hasil pemilihan presiden sesuai dengan proyeksi dari mayoritas lembaga survei.
Pada tahun 2004, IHSG melejit hingga 44,6%. Kala itu, pasangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Muhammad Jusuf Kalla memenangkan pertarungan melawan Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi (putaran 2).
Pada tahun 2009, IHSG meroket hingga 87%. Pada pertarungan tahun 2009, SBY berhasil mempertahankan posisi RI-1, namun dengan wakil yang berbeda. Ia didampingi oleh Boediono yang sebelumnya menjabat Gubernur Bank Indonesia (BI). SBY-Boediono berhasil mengalahkan 2 pasangan calon yakni Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto dan Jusuf Kalla-Wiranto.
Beralih ke tahun 2014, mantan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo berhasil menempati tahta kepemimpinan tertinggi di Indonesia dengan menggandeng Jusuf Kalla sebagai wakilnya. Pada saat itu, IHSG melejit 22,3%.
Untuk pilpres edisi 2019, mayoritas lembaga survei memang menjagokan pasangan calon nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin, yang kini unggul di quick count yang diadakan sejumlah lembaga.
Sepnjang tahun ini (hingga penutupan perdagangan hari Selasa atau sehari sebelum pilpres), imbal hasil IHSG baru sebesar 4,63%, menyisakan upside yang sebenarnya besar jika berkaca kepada performa IHSG di tahun-tahun pemilu sebelumnya.
Namun nyatanya, IHSG justru jatuh dengan kedalaman yang signifikan pasca pilpres selesai digelar. Pada hari ini, kinerja rupiah yang mengecewakan membuat saham-saham di tanah air dilepas investor. Hingga akhir perdagangan hari ini, rupiah melemah 0,21% di pasar spot ke level Rp 14.070/dolar AS, menjadikannya mata uang dengan kinerja terburuk ketiga di Asia. Sebagai catatan, seluruh mata uang kawasan Asia melemah melawan dolar AS pada hari ini.
Seiring dengan pelemahan rupiah pada hari ini, apresiasi dalam 2 hari perdagangan pertama selepas pilpres menipis menjadi 0,07% saja. Pada hari Kamis, rupiah menguat sebesar 0,28% melawan dolar AS.
Sebagai catatan, dalam 2 hari perdagangan pertama selepas pilpres tahun 2014, rupiah menguat hingga 0,34% melawan dolar AS.
Lantas, bukan hanya IHSG yang underperform selepas pilpres tahun ini, namun juga rupiah.
Kekhawatiran bahwa The Federal Reserve/The Fed selaku bank sentral AS akan mengeksekusi kenaikan suku bunga acuan pada tahun ini membuat dolar AS perkasa melawan rupiah dan mata uang negara-negara Asia lainnya. Padahal sebelumnya, pelaku pasar sudah pede bahwa tak akan ada kenaikan suku bunga acuan pada tahun 2019.
Kekhawatiran ini dilandasi oleh kinclongnya data-data ekonomi yang dirilis di AS pada hari Kamis. Penjualan barang-barang ritel periode Maret 2019 diumumkan naik sebesar 1,6% secara bulanan, menandai kenaikan tertinggi sejak September 2017 dan jauh membaik dibandingkan capaian bulan Februari yakni kontraksi sebesar 0,2%. Capaian pada bulan Maret juga berhasil mengalahkan konsensus yakni pertumbuhan sebesar 0,9% saja, seperti dilansir dari Forex Factory.
Kemudian, penjualan barang-barang ritel inti (mengeluarkan komponen mobil) periode Maret 2019 tumbuh sebesar 1,2% secara bulanan, membaik ketimbang bulan Februari yang minus 0,2%. Capaian tersebut juga juga berhasil mengalahkan konsensus yakni pertumbuhan sebesar 0,7% saja, seperti dilansir dari Forex Factory.
Tak sampai disitu, klaim tunjangan pengangguran untuk minggu yang berakhir pada 13 April tercatat turun 5.000 dibandingkan pekan sebelumnya menjadi 192.000, lebih rendah dari konsensus yang sebesar 207.000, dilansir dari Forex Factory. Walaupun IHSG dan rupiah sama-sama underperform dalam 2 hari perdagangan pertama selepas pilpres tahun ini, ternyata lain cerita jika berbicara mengenai obligasi.
Dalam 2 hari perdagangan pertama selepas pilpres tahun 2019, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Indonesia tenor 10 tahun turun sebesar 1,2 bps, berbanding terbalik dengan tahun 2014 yang naik sebesar 0,1 bps. Sebagai informasi, pergerakan yield obligasi berbanding terbalik dengan harganya. Ketika yield turun, berarti harga sedang naik. Sebaliknya, ketika yield naik, berarti harga sedang turun. Di pasar obligasi Indonesia, tenor 10 tahun merupakan yang paling sering diamati karena biasanya merupakan yang paling likuid.
Selisih (spread) antara yield dan inflasi yang masih menggiurkan membuat obligasi Indonesia masih laris manis pasca pilpres. Berdasarkan survei yang dilakukan Bank Indonesia (BI) hingga pekan kedua bulan April, terjadi inflasi sebesar 0,25% secara bulanan. Secara tahunan, tingkat inflasi berada di level 2,64%. Capaian ini masih berada jauh di bawah perkiraan BI bahwa inflasi akan bergerak di rentang 3-3,2% pada tahun 2019.
Inflasi merupakan variabel penting bagi investor dalam menentukan keputusan investasi di pasar obligasi. Jika inflasi rendah, maka obligasi akan menjadi menarik lantaran menawarkan real interest rate yang lebih tinggi. Sebaliknya, jika inflasi tinggi, maka real interest rate akan menjadi lebih rendah sehingga obligasi tidak menarik.
Hingga penutupan perdagangan hari Selasa atau sehari sebelum pilpres, yield obligasi tenor 10 tahun berada di level 7,629%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article Jelang Musim Laporan Keuangan, Ini Emiten Yang Mulai Diborong
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular