Pemilu 2019
Rupiah Terlemah Ketiga di Asia, Apa Kabar Jokowi Effect?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
22 April 2019 16:45

Pemandangan di luar yang suram ini sayangnya tidak bisa diimbangi oleh indahnya situasi di dalam rumah. Praktis tidak ada sentimen domestik yang mampu menjadi penyeimbang.
Pekan lalu, ada faktor domestik yang cukup kuat dan mampu membawa rupiah menjadi mata uang terbaik di Asia. Selepas Pemilu 17 April, hasil hitung cepat (quick count) di sejumlah institusi menyebutkan pasangan capres-cawapres Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin unggul atas pesaingnya, Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno.
Jokowi Effect, seperti pada 2014, kembali terulang pekan lalu. Rupiah menguat, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat, dan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah turun.
Namun hari ini sepertinya efek 'obat kuat' itu sudah pudar, tidak lagi bisa membuat rupiah tahan lama. Lagipula, penguatan rupiah, IHSG, dan obligasi pemerintah sepanjang pekan lalu memancing investor untuk melakukan ambil untung (profit taking).
Di pasar saham, investor asing membukukan jual bersih Rp 80,14 miliar di pasar reguler yang menyebabkan IHSG ditutup melemah tajam 1,42%. Sementara di pasar obligasi, yield surat utang pemerintah seri acuan tenor 10 tahun naik 2,1 basis poin (bps). Kenaikan yield adalah pertanda harga instrumen ini sedang turun karena tekanan jual.
Jadi jelas bahwa tekanan jual terhadap aset-aset berbasis rupiah membuat mata uang Tanah Air melemah. Euforia Jokowi Effect Jilid II sudah selesai, dan sepertinya investor memilih untuk mencairkan cuan. Apa boleh buat...
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pekan lalu, ada faktor domestik yang cukup kuat dan mampu membawa rupiah menjadi mata uang terbaik di Asia. Selepas Pemilu 17 April, hasil hitung cepat (quick count) di sejumlah institusi menyebutkan pasangan capres-cawapres Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin unggul atas pesaingnya, Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno.
Jokowi Effect, seperti pada 2014, kembali terulang pekan lalu. Rupiah menguat, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat, dan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah turun.
Di pasar saham, investor asing membukukan jual bersih Rp 80,14 miliar di pasar reguler yang menyebabkan IHSG ditutup melemah tajam 1,42%. Sementara di pasar obligasi, yield surat utang pemerintah seri acuan tenor 10 tahun naik 2,1 basis poin (bps). Kenaikan yield adalah pertanda harga instrumen ini sedang turun karena tekanan jual.
Jadi jelas bahwa tekanan jual terhadap aset-aset berbasis rupiah membuat mata uang Tanah Air melemah. Euforia Jokowi Effect Jilid II sudah selesai, dan sepertinya investor memilih untuk mencairkan cuan. Apa boleh buat...
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular