Bunga Acuan BI Bakal Turun Pekan Ini?

Iswari Anggit Pramesti, CNBC Indonesia
22 April 2019 16:20
kebijakan BI untuk tetap mempertahankan atau menurunkan suku bunga acuannya sangat tergantung pada kondisi transaksi berjalan.
Foto: CNBC Indonesia
Jakarta, CNBC Indonesia - Pada tahun 2018 lalu, The Federal Reserve (The Fed/ Bank Sentral Amerika) menaikkan suku bunga acuannya hingga empat kali, atau 175 bps.

Hal ini membuat Bank Indonesia merasa perlu menaikkan suku bunga acuannya, hingga tujuh kali (BI 7-Day Reverse Repo Rate) di angka 6,0%.

Tahun ini, banyak pihak memprediksi kebijakan suku bunga acuan The Fed tidak akan se-agresif tahun lalu. BI siap mereview kebijakan moneternya di Rabu-Kamis (24-25 April 2019).

Menurut Kepala Ekonom BCA David Sumual, kebijakan BI untuk tetap mempertahankan atau menurunkan suku bunga acuannya sangat tergantung pada kondisi transaksi berjalan.

Jika defisit dalam transaksi berjalan membaik, maka BI mungkin akan menurunkan suku bunga acuannya. Namun, jika sebaliknya yang terjadi, maka BI mungkin memilih mempertahankan suku bunga acuannya saat ini.

"Sekarang, [keputusan BI menurunkan atau mempertahankan suku bunga acuannya] tinggal menunggu CAD (Current Account Defisit/Defisit Transaksi Berjalan) bisa membaik atau tidak. Kalau semester satu membaik, kemungkinan bisa terjadi [penurunan suku bunga acuan BI] paruh kedua tahun ini."

"Kalau CAD membaik, kita tunggu saja, kalau CAD oke, bisa saja itu terjadi. Ganjalannya tinggal di CAD. Ya mungkin, turun sedikit."

Pendapat David sedikit berbeda dengan pendapat Ekonom Bank Danamon, Wisnu Wardhana.

Menurut Wisnu, untuk menentukan menurunkan atau mempertahankan suku bunga acuan, BI perlu memperhatikan apa yang disebut dengan 'basic balance BOP'. Ia menjelaskan, basic balance BOP merupakan penjumlahan antara CAD dan Foreign Direct Investment atau FDI. Jika ingin CAD mengecil, menurutnya Indonesia perlu lebih banyak FDI.

Ia juga menyebutkan sejak kuartal empat tahun 2017, basic balance BOP Indonesia masih negatif. Dengan demikian, Wisnu lebih meyakini BI tetap akan mempertahankan suku bunga acuannya.

"Kelihatannya mungkin stay dulu. Ini-kan masuk ke kuartal dua dan kuartal tiga, di mana kuartal dua biasanya jadi kuartal pembayaran dividen, demand terhadap dolar meningkat, perlu melihat juga rupiah-nya seperti apa. Mungkin stance-nya masih sama."

"Tapi, paling penting dari fundamental neraca pembayaran terhadap suku bunga yang perlu diperhatikan menurut kami, bukan hanya neraca transaksi berjalan yang defisit, terus defisitnya mengecil, tapi apa yang disebut basic balance of BOP itu."

"Basic balance itu-kan CAD ditambah FDI. CAD diupayakan mengecil, sementara di saat yang sama FDI-nya seperti apa juga perlu diperhatikan. Kalau dilihat dalam beberapa tahun terakhir FDI-kan mengecil, bukan negatif growth, tapi pertumbuhannya melambat. Kalau digabungkan, basic balance-nya sejak Q4/2017 kan negatif, nah biasanya selama basic balance masih negatif dan belum terlihat akan positif, sebaiknya tidak melakukan perubahan stance moneter dulu."





(dru) Next Article Alasan Bos BI Kenapa Bunga Acuan Ditahan 4%: Rupiah!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular