Alasan Rupiah Melemah: Gara-gara Klaim Jokowi dan Prabowo?

Iswari Anggit Pramesti, CNBC Indonesia
22 April 2019 14:19
Hari ini, Senin (22/4/3019), rupiah masih tak berdaya melawan dolar Amerika.
Foto: Infografis/Quick Count Pilpres 2019/Arie Pratama
Jakarta, CNBC Indonesia - Hari ini, Senin (22/4/3019), rupiah masih tak berdaya melawan dolar Amerika.

Berdasarkan pantauan tim riset CNBC Indonesia, pukul 12:00 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.085. Hal ini menunjukkan, rupiah melemah 0,32% jika dibandingkan dengan posisinya pada penutupan perdagangan sebelum libur Jumat Agung.

Lantas, apa ya yang membuat pelemahan nilai tukar rupiah?

Indonesia sudah berhasil melaksanakan pemilihan umum 2019, termasuk memilih kepala negara dan wakilnya, dengan cukup baik.

Saat ini banyak pihak memang sedang menunggu hasil resmi perhitungan suara oleh Komisi Pemilihan Umum atau KPU.

Namun, hasil quick count oleh beberapa lembaga survey menunjukkan, Joko Widodo kembali memenangkan pemilu 2019. Hal ini tentu memicu penolakan dari kubu oposisi, dan menimbulkan ketegangan di dalam negeri. Dan saat ini, kedua kubu pun mengklaim memenangkan pemilu.

Namun, apakah faktor tersebut mempengaruhi pelemahan nilai tukar rupiah?

Kepala Ekonom BCA, David Sumual menjelaskan, saat ini pasar sudah 'price in'. Pasar telah mengetahui hasil pemilu 2019, di mana calon presiden petahana Joko Widodo unggul dari oposisinya, Prabowo Subianto, berdasarkan data hitung cepat atau quick count. Pasar pun tinggal menunggu hasil resmi dari KPU.

Oleh karena itu, pemilu 2019 termasuk 'Jokowi Effect', tidak terlalu berpengaruh terhadap pasar. Menurutnya, pasar justru lebih mempertimbangkan faktor eksternal.

"Itu tidak pengaruh. Sebenarnya kondisi sekarang sudah di-price in juga oleh pasar, kemungkinan dispute, klaim-klaim [kemenangan] semacam itu tidak ada masalah. Semua berjalan lancar, aman, tinggal menunggu hasil resmi KPU," jelasnya sewaktu diwawancara tim CNBC Indonesia, Senin (22/4/2019).

"Jokowi effect juga, seperti yang tadi saya bilang, pasar sudah price in. Jadi, dalam beberapa minggu terakhir kemungkinan tidak ada Jokowi effect yang besar. Kemarinkan naik sedikit karena memang market sudah lihat realitas selama lima tahun, jadi mereka tetap positif. Tapi, ke depannya menunggu faktor eksternal."

Lebih dalam lagi David menjelaskan faktor eksternal yang mempengaruhi pelemahan nilai tukar rupiah.

Untuk saat ini, David meyakini persoalan terkait minyak dunia menjadi faktor yang menyumbang pelemahan nilai tukar rupiah. Pasalnya, faktor eksternal lain seperti perang dagang antara China dan Amerika sudah berangsur membaik. Bahkan, kesepakatan dagang di antara keduanya, dikabarkan akan keluar pada Bulan Mei mendatang.

Inilah mengapa, David berpendapat Indonesia perlu menaruh perhatian lebih terhadap persoalan minyak dunia.

"Tapi juga baru ada berita; ekspor minyak Iran ke delapan negara itu kemungkinan diputus oleh Amerika dalam waktu dekat. Nah itu memengaruhi sekali ke harga minyak. Itu bisa mempengaruhi sentimen investor, jadi harus hati-hati."

"Tadinya Iran kan tidak boleh ekspor minyak oleh Amerika, tapi dia boleh ekspor ke China, India, Korea Selatan, terus Turki, Yunani, ada beberapa negara itu. Nah ini berakhir masanya awal Bulan Mei ini. Bisa saja tidak diperpanjang oleh Amerika, kalau benar-benar tidak diperpanjang itu bisa ... kita lihat saja harga minyak hari ini sudah hampir naik 3%, jadi itu yang membuat market agak sedikit sedikit koreksi hari ini."

"Makanya hari ini kita lihat agak turun harga saham, Rupiah juga sedikit melemah," tuturnya.




(dru) Next Article Daftar Harta Presiden RI, Siapa Paling Kaya dan Miskin?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular