
Kinerja Emiten Grup Salim Moncer, Bagaimana Valuasi Sahamnya?
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
11 April 2019 13:02

Dalam membandingkan kinerja emiten di bawah bendera grup Salim, investor dapat menggunakan salah satu analisis fundamental yang cukup populer, yaitu price-to-earning-ratio (PER).
PER dihitung dengan cara membagi harga saham saat ini dengan keuntungan tahunan per saham (earning per share/EPS). Hasil perhitungan PER dapat diimplikasikan sebagai seberapa besar ekspektasi investor terhadap return (imbal hasil) emiten.
Emiten dikatakan relatif mahal (overvalued) ketika PER-nya lebih besar dibanding PER Industri. Sebaliknya emiten disebut relatif murah (undervalued) ketika nilai PER-nya lebih rendah dibanding PER industri. Perlu diingat, jika perusahaan mencatatkan kerugian, maka PER tidak dapat dihitung.
Berdasarkan hasil analisis tabel di atas, hanya dua emiten yaitu INDF dan ICBP yang bisa dibilang relatif murah dan layak dikoleksi investor. Pasalnya, perolehan PER kedua saham tersebut masih di bawah PER industrinya.
Kemudian, untuk ROTI, IMAS, dan IMJS terbilang relatif mahal karena PER emiten tersebut jauh di atas PER industri. Dengan demikian, peluang untuk harga ketiga emiten tersebut untuk terus tumbuh relatif kecil kecuali ada faktor pendorong yang bersifat non-organik seperti aksi korporasi.
Untuk DNET, cukup suliat diambil kesimpulan, karena data BEI mencatatkan PER industri untuk emiten tersebut memiliki nilai negatif. Ini artinya secara umum perusahaan yang tergolong dalam industri tersebut membukukan laba per saham dasar negatif. Hal ini bisa menjadi sinyal waspada kepada pelaku pasar, karena nampaknya industri sulit tumbuh.
Lalu, bagaimana dengan analisis IMJS? Metode PER kurang cocok untuk menganalisis emiten keuangan seperti IMJS yang bergerak sebagai perusahaan pembiayaan. Oleh karenanya alat ukur yang bisa digunakan adalah price-book-value (PBV) sebagaimana banyak dipakai untuk mengukur valuasi saham perbankan.
PBV dihitung dengan membagi harga saham dengan nilai buku ekuitas perusahaan. Selanjutnya, hasil yang diperoleh bisa diimplikasikan layaknya PER. Dengan harga saham Rp 640/unit, angka PBV emiten IMJS adalah 1,33 kali. Angka ini masih di bawah PBV industri yang ad di 2,79 kali. Alhasil, IMJS masih cukup layak dikoleksi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/dwa)
PER dihitung dengan cara membagi harga saham saat ini dengan keuntungan tahunan per saham (earning per share/EPS). Hasil perhitungan PER dapat diimplikasikan sebagai seberapa besar ekspektasi investor terhadap return (imbal hasil) emiten.
Emiten dikatakan relatif mahal (overvalued) ketika PER-nya lebih besar dibanding PER Industri. Sebaliknya emiten disebut relatif murah (undervalued) ketika nilai PER-nya lebih rendah dibanding PER industri. Perlu diingat, jika perusahaan mencatatkan kerugian, maka PER tidak dapat dihitung.
Berdasarkan hasil analisis tabel di atas, hanya dua emiten yaitu INDF dan ICBP yang bisa dibilang relatif murah dan layak dikoleksi investor. Pasalnya, perolehan PER kedua saham tersebut masih di bawah PER industrinya.
Kemudian, untuk ROTI, IMAS, dan IMJS terbilang relatif mahal karena PER emiten tersebut jauh di atas PER industri. Dengan demikian, peluang untuk harga ketiga emiten tersebut untuk terus tumbuh relatif kecil kecuali ada faktor pendorong yang bersifat non-organik seperti aksi korporasi.
Untuk DNET, cukup suliat diambil kesimpulan, karena data BEI mencatatkan PER industri untuk emiten tersebut memiliki nilai negatif. Ini artinya secara umum perusahaan yang tergolong dalam industri tersebut membukukan laba per saham dasar negatif. Hal ini bisa menjadi sinyal waspada kepada pelaku pasar, karena nampaknya industri sulit tumbuh.
Lalu, bagaimana dengan analisis IMJS? Metode PER kurang cocok untuk menganalisis emiten keuangan seperti IMJS yang bergerak sebagai perusahaan pembiayaan. Oleh karenanya alat ukur yang bisa digunakan adalah price-book-value (PBV) sebagaimana banyak dipakai untuk mengukur valuasi saham perbankan.
PBV dihitung dengan membagi harga saham dengan nilai buku ekuitas perusahaan. Selanjutnya, hasil yang diperoleh bisa diimplikasikan layaknya PER. Dengan harga saham Rp 640/unit, angka PBV emiten IMJS adalah 1,33 kali. Angka ini masih di bawah PBV industri yang ad di 2,79 kali. Alhasil, IMJS masih cukup layak dikoleksi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/dwa)
Pages
Most Popular