Brexit Ditunda hingga 31 Oktober, Poundsterling Menguat Lagi

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
11 April 2019 09:13
Kurs poundsterling Inggris kembali menguat terhadap dolar AS.
Foto: Pounds (REUTERS/Sukree Sukplang)
Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs poundsterling Inggris kembali menguat terhadap dolar AS di awal perdagangan Kamis ini (11/4/19) setelah Uni Eropa menawarkan penundaan Brexit hingga 31 Oktober mendatang.

Untuk sementara pelaku pasar lega setelah sebelumnya mencemaskan kemungkinan terjadi hard Brexit atau keluarnya Inggris dari Uni Eropa tanpa kesepakatan apa-apa.

Pada pukul 8:28 WIB, pound diperdagangkan di kisaran US$ 1,3094, lebih tinggi dari penutupan Rabu (10/4/19) di level US$ 1,3086 mengutip kuotasi MetaTrader 5.

Tanda-tanda akan diberikannya penundaan Brexit sudah terlihat sebelum pertemuan antara Perdana Menteri Inggris Theresa May dengan para pemimpin Eropa berlangsung di Brussels, Belgia.

Brexit Ditunda Hingga Oktober, Pound Menguat LagiFoto: Brexit (Mark Duffy, House of Commons via AP)

PM May terlebih dahulu menyambangi Kanselir Jerman Angela Merkel. Nama terakhir ini kemudian memberikan pernyataan bahwa Brexit bisa ditunda sampai akhir tahun ini atau awal tahun 2020.

Hal senada juga diungkapkan Presiden Dewan Eropa, Donald Tusk. Dia menyatakan UE seharusnya mempertimbangkan menawarkan penundaan Brexit yang "fleksibel" kepada Inggris. 


Arti fleksibel tersebut yakni penundaan bisa diberikan hingga setahun, dan dapat dilakukan lebih cepat jika proposal Brexit sudah mencapai kata sepakat, baik dari pemerintah dan Parlemen Inggris hingga Uni Eropa.

PM May kini kembali ke Inggris untuk menyampaikan penawaran penundaan tersebut kepada Parlemen Inggris untuk kemudian disepakati, yang tentunya akan "mengamankan" ekonomi Inggris dan Eropa khususnya dari pelambatan yang lebih dalam jika terjadi hard Brexit.

Head-to-head 
data ekonomi antara Inggris dan AS juga menunjukkan bahwa negeri Ratu Elizabeth ini masih unggul.

Produk domestik bruto (PDB) Inggris bulan Februari dilaporkan tumbuh 0,2%, dan produksi manufaktur naik 0,9%. Melansir Forex Factory, data PDB tersebut sesuai dengan prediksi 0,2%, dan data produksi manufaktur jauh lebih tinggi dari prediksi 0,2%.

Perekonomian Inggris memang terlihat tangguh meski terus dibayangi ketidakpastian Brexit.

Sementara itu, data dari AS menunjukkan tingkat inflasi yang bervariasi. Inflasi yang dilihat dari kenaikan harga-harga berdasarkan indeks harga konsumen (IHK) di bulan Maret dilaporkan naik 0,4% dari bulan sebelumnya yang naik 0,2%.

Kenaikan di bulan Maret tersebut sekaligus menjadi yang tertinggi dalam 14 bulan terakhir, dan lebih tinggi dari prediksi 0,3%. 

Namun di sisi lain, inflasi inti yang tidak memasukkan sektor energi dan makanan dalam perhitungan hanya naik 0,1%, sama dengan kenaikan bulan sebelumnya, dan lebih rendah dari prediksi 0,2%.

Rilis data inflasi tersebut menguatkan pandangan Federal Reserve (The Fed) AS jika suku bunga tidak akan dinaikkan di tahun ini. Dua kondisi berbeda tersebut membuat poundsterling memiliki peluang untuk terus menekan dolar pada perdagangan hari ini. 

TIM RISET CNBC INDONESIA


(tas) Next Article Disokong Data Tenaga Kerja Inggris, Pound Terus Hantam Dolar

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular