
3 Hari Menggelora, Yen Jepang Akhirnya Menyerah
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
11 April 2019 08:44

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang yen Jepang melemah di awal perdagangan Kamis ini (11/4/19), setelah sebelumnya mencatat penguatan 3 hari beruntun.
Namun melihat dolar AS yang sedang babak belur, tidak menutup kemungkinan yen akan kembali menguat (USD/JPY bergerak turun).
Melansir kuotasi MetaTrader 5, yen diperdagangkan di kisaran 111,07/US$ pada pukul 8:02 WIB, melemah dari penutupan Rabu di level 110,99/US$.
Secara fundamental dolar AS sedang tidak diunggulkan saat ini. Rilis data inflasi yang bervariasi memberikan gambaran menguatkan prediksi pelaku pasar jika Federal Reserve (The Fed), bank sentral AS, akan memangkas suku bunga acuan atau federal funds rate (FFR) pada awal tahun depan.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan inflasi di bulan Maret naik sebesar 0,4% dari bulan sebelumnya yang naik 0,2%. Kenaikan di bulan Maret tersebut sekaligus menjadi yang tertinggi dalam 14 bulan terakhir, mengutip data dari Forex Factory. Rilis data ini lebih tinggi dari prediksi 0,3%.
Namun di sisi lain, inflasi inti yang tidak memasukkan sektor energi dan makanan dalam perhitungan hanya naik 0,1%, sama dengan kenaikan bulan sebelumnya, dan lebih rendah dari prediksi 0,2%.
Selain itu, rilis notula atau risalah rapat kebijakan moneter The Fed masih membuka peluang kenaikan suku bunga di akhir tahun ini, dengan catatan kondisi ekonomi membaik.
Tetapi untuk saat ini mayoritas komite pembuat kebijakan The Fed (FOMC) sepakat jika suku bunga tidak akan dinaikkan di tahun ini.
Rilis data inflasi dan risalah The Fed kian melengkapi data tenaga kerja AS pada Jumat (5/4/19) lalu yang bisa dijadikan indikator kapan The Fed akan menaikkan suku bunga.
Rilis data tenaga kerja juga bisa dibilang tidak terlalu bagus mengingat rata-rata upah per jam hanya naik 0,1% atau sama dengan keniakan inflasi inti.
Kombinasi ketiga faktor di atas membuat pasar melihat probabilitas pemangkasan FFR sebesar 25 basis poin menjadi 2,00% - 2,25% semakin meningkat.
Bedasarkan data dari perangkat FedWatch milik CME Group, pelaku pasar melihat propabilitas 40,4% FFR akan dipangkas di Januari 2019. Probabilitas tersebut meningkat dari sebelumnya 38,9%, bahkan lebih tinggi dari probabilitas suku bunga dipertahankan, yakni sebesar 38,5%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(tas) Next Article Karena Brexit, Yen Jepang Sentuh Level Terlemah
Namun melihat dolar AS yang sedang babak belur, tidak menutup kemungkinan yen akan kembali menguat (USD/JPY bergerak turun).
Melansir kuotasi MetaTrader 5, yen diperdagangkan di kisaran 111,07/US$ pada pukul 8:02 WIB, melemah dari penutupan Rabu di level 110,99/US$.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan inflasi di bulan Maret naik sebesar 0,4% dari bulan sebelumnya yang naik 0,2%. Kenaikan di bulan Maret tersebut sekaligus menjadi yang tertinggi dalam 14 bulan terakhir, mengutip data dari Forex Factory. Rilis data ini lebih tinggi dari prediksi 0,3%.
Namun di sisi lain, inflasi inti yang tidak memasukkan sektor energi dan makanan dalam perhitungan hanya naik 0,1%, sama dengan kenaikan bulan sebelumnya, dan lebih rendah dari prediksi 0,2%.
Selain itu, rilis notula atau risalah rapat kebijakan moneter The Fed masih membuka peluang kenaikan suku bunga di akhir tahun ini, dengan catatan kondisi ekonomi membaik.
Tetapi untuk saat ini mayoritas komite pembuat kebijakan The Fed (FOMC) sepakat jika suku bunga tidak akan dinaikkan di tahun ini.
Rilis data inflasi dan risalah The Fed kian melengkapi data tenaga kerja AS pada Jumat (5/4/19) lalu yang bisa dijadikan indikator kapan The Fed akan menaikkan suku bunga.
Rilis data tenaga kerja juga bisa dibilang tidak terlalu bagus mengingat rata-rata upah per jam hanya naik 0,1% atau sama dengan keniakan inflasi inti.
Kombinasi ketiga faktor di atas membuat pasar melihat probabilitas pemangkasan FFR sebesar 25 basis poin menjadi 2,00% - 2,25% semakin meningkat.
Bedasarkan data dari perangkat FedWatch milik CME Group, pelaku pasar melihat propabilitas 40,4% FFR akan dipangkas di Januari 2019. Probabilitas tersebut meningkat dari sebelumnya 38,9%, bahkan lebih tinggi dari probabilitas suku bunga dipertahankan, yakni sebesar 38,5%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(tas) Next Article Karena Brexit, Yen Jepang Sentuh Level Terlemah
Most Popular