
Bos Indika: Kinerja Kuartal I-2019 Tak Sebagus Tahun Lalu
Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
08 April 2019 15:30

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Indika Energy Tbk (INDY) menyampaikan capaian perseroan pada kuartal I-2019 diperkirakan lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu meskipun jumlah produksi tak jauh beda.
Direktur Keuangan dan Chief Executive Officer (CEO) Indika Aziz Armand mejelaskan, penjualan perseroan diperkirkan turun karena harga jual rata-rata (avarage selling price/ASP) batu perseroan lebih rendah.
"Kemungkinan kinerja kita kuartal I-2019 lebih rendah dibandingkan tahun lalu. Tapi jumlah produksi kami masih sama tak jauh berbeda dengan tahun lalu," kata Armand, saat memberikan paparan dengan media massa, Senin (08/04/2018).
Aziz belum menyampaikan angka secara resmi karena belum selesai dilakukan penghitungan. Namun tanda-tanda penuruna tersebut sudah tampak karena harga batu-bara pada kuartal I-2019 lebih rendah.
"Tahun lalu pada kuartal I harga batu bara dalam tren naik khususnya pada kuartal I. Penyebabnya cuaca buruk dan persoalan di transportasi sehingga supply di pasar berkurang dan harga naik," kata Armand.
Pada kuartal I-2018 Indika mencatatkan peningkatan laba bersih sebesar 114,74% pada kuarta I tahun 2018 menjadi US$59,03 juta atau setara Rp 796,91 miliar.
"Faktor utama meningkatnya pendapatan berasal dari pendapatan Kideco sebesar US$ 527,8 juta yang dikonsolidasikan ke dalam laporan keuangan Indika, juga pendapatan Petrosea yang meningkat 18% menjadi US$ 68,9 juta berkat bertambahnya bisnis kontrak pertambangan," terang Azis di Balai Kartini, Kamis (26/4/2018).
Selain itu, pendapatan dari bisnis perdagangan batu bara sendiri juga meningkat 81% menjadi US$ 108,5 juta.
Kideco secara resmi diakuisisi oleh Indika hingga 91% kepemilikan pada akhir tahun lalu. Sebelumnya, perusahaan hanya memiliki 46% saham atas perusahaan tersebut.
Sekedar informasi, pada kuartal I 2018 harga rata-rata batu bara di pasar internasional senilai US$ 102,92/ton. Sementara, pada kuartal I-2019 harga batu bara di pasar internasional pada kisaran US$ 96,67/ton.
"Kalau bisnis batu bara, banyak faktor yang tidak bisa di kontrol oleh pelaku industri batu bara," jelas Armand lebih lanjut.
Berdasarkan laporan keuangan 2018, kinerja keuangan Indika Energy kurang menggembirakan. Pasalnya, laba bersih perseroan amblas 76% menjadi US$ 80,06 juta dari US$ 335,41 juta yang dicatatkan pada 2017.
Total pendapatan perusahaan sepanjang tahun 2018 mencapai US$ 2,96 miliar. Jumlah tersebut meningkat hingga 170% dibanding pendapatan tahun 2017 yang hanya sebesar US$ 1,09 miliar.
Penurunan laba bersih tampaknya dipicu amortisasi aset tidak berwujud yang nilainya cukup besar di tahun 2018, yaitu sebesar US$ 135,66 juta. Jauh dibanding tahun 2017 yang sebesar US$ 17,97 juta.
Selain itu perlu diingat, pada tahun 2017 perusahaan mendapatkan keuntungan dari hasil revaluasi nilai aset sebesar US$ 384,21 juta.
Saksikan video Pendapatan Indika Energy Melonjak, Tapi Laba Turun
[Gambas:Video CNBC]
(hps/prm) Next Article Harga Batu Bara Loyo, Saham Indika Kok Bisa Melesat?
Direktur Keuangan dan Chief Executive Officer (CEO) Indika Aziz Armand mejelaskan, penjualan perseroan diperkirkan turun karena harga jual rata-rata (avarage selling price/ASP) batu perseroan lebih rendah.
"Kemungkinan kinerja kita kuartal I-2019 lebih rendah dibandingkan tahun lalu. Tapi jumlah produksi kami masih sama tak jauh berbeda dengan tahun lalu," kata Armand, saat memberikan paparan dengan media massa, Senin (08/04/2018).
Aziz belum menyampaikan angka secara resmi karena belum selesai dilakukan penghitungan. Namun tanda-tanda penuruna tersebut sudah tampak karena harga batu-bara pada kuartal I-2019 lebih rendah.
Pada kuartal I-2018 Indika mencatatkan peningkatan laba bersih sebesar 114,74% pada kuarta I tahun 2018 menjadi US$59,03 juta atau setara Rp 796,91 miliar.
"Faktor utama meningkatnya pendapatan berasal dari pendapatan Kideco sebesar US$ 527,8 juta yang dikonsolidasikan ke dalam laporan keuangan Indika, juga pendapatan Petrosea yang meningkat 18% menjadi US$ 68,9 juta berkat bertambahnya bisnis kontrak pertambangan," terang Azis di Balai Kartini, Kamis (26/4/2018).
Selain itu, pendapatan dari bisnis perdagangan batu bara sendiri juga meningkat 81% menjadi US$ 108,5 juta.
Kideco secara resmi diakuisisi oleh Indika hingga 91% kepemilikan pada akhir tahun lalu. Sebelumnya, perusahaan hanya memiliki 46% saham atas perusahaan tersebut.
Sekedar informasi, pada kuartal I 2018 harga rata-rata batu bara di pasar internasional senilai US$ 102,92/ton. Sementara, pada kuartal I-2019 harga batu bara di pasar internasional pada kisaran US$ 96,67/ton.
"Kalau bisnis batu bara, banyak faktor yang tidak bisa di kontrol oleh pelaku industri batu bara," jelas Armand lebih lanjut.
Berdasarkan laporan keuangan 2018, kinerja keuangan Indika Energy kurang menggembirakan. Pasalnya, laba bersih perseroan amblas 76% menjadi US$ 80,06 juta dari US$ 335,41 juta yang dicatatkan pada 2017.
Total pendapatan perusahaan sepanjang tahun 2018 mencapai US$ 2,96 miliar. Jumlah tersebut meningkat hingga 170% dibanding pendapatan tahun 2017 yang hanya sebesar US$ 1,09 miliar.
Penurunan laba bersih tampaknya dipicu amortisasi aset tidak berwujud yang nilainya cukup besar di tahun 2018, yaitu sebesar US$ 135,66 juta. Jauh dibanding tahun 2017 yang sebesar US$ 17,97 juta.
Selain itu perlu diingat, pada tahun 2017 perusahaan mendapatkan keuntungan dari hasil revaluasi nilai aset sebesar US$ 384,21 juta.
Saksikan video Pendapatan Indika Energy Melonjak, Tapi Laba Turun
[Gambas:Video CNBC]
(hps/prm) Next Article Harga Batu Bara Loyo, Saham Indika Kok Bisa Melesat?
Most Popular