Lawan Mata Uang Asia, Rupiah Kalah 7-3

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
08 April 2019 14:30
Lawan Mata Uang Asia, Rupiah Kalah 7-3
Ilustrasi Demonstrasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hari ini bergerak melemah. Tidak cuma di hadapan dolar AS, rupiah pun sulit berbicara banyak kala berhadapan satu lawan satu dengan mata uang Asia. 

Pada Selasa (8/4/2019) pukul 14:00 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.155. Rupiah melemah 0,25% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu. 

Kala pembukaan pasar, rupiah sudah melemah 0,07%. Seiring perjalanan, depresiasi rupiah semakin dalam. 

Sebelumnya, rupiah sudah menguat 5 hari beruntun melawan dolar AS. Oleh karena itu, rupiah memang jadi rentan terserang koreksi teknikal. Investor yang merasa sudah mendapat cuan lumayan tentu tergoda untuk mencairkannya sehingga rupiah mengalami tekanan jual dan melemah. 


Namun tidak cuma di hadapan dolar AS, rupiah pun cenderung melemah kala melawan mata uang utama Asia. Dari 10 mata uang, rupiah hanya mampu menguat terhadap tiga mata uang yaitu baht Thailand, rupee India, dan Won Korea Selatan. 

Rupiah mengalami depresiasi terdalam di hadapan yen Jepang. Maklum saja, terhadap dolar AS pun yen begitu perkasa. Beda dengan rupiah yang melemah. 

Berikut perkembangan nilai tukar mata uang utama Benua Kuning terhadap rupiah pada pukul 14:15 WIB: 

 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Seperti di hadapan dolar AS, rupiah pun menguat lumayan tajam terhadap mata uang Asia. Sepanjang pekan lalu, rupiah menguat tajam 1,58% terhadap yen. Kemudian terhadap yuan China, rupiah perkasa dengan penguatan 0,91%. 

Sementara di level Asia Tenggara, rupiah menguat 0,74% terhadap dolar Singapura. Kemudian di hadapan ringgit Malaysia, rupiah terapresiasi 0,89%. Jadi wajar saja rupiah hari ini terkoreksi. Sebab penguatannya memang sudah cukup tajam sehingga seperti yang sudah disinggung, rupiah rentan terkena profit taking


Selain itu, rupiah juga terbeban karena kenaikan harga minyak dunia. Pada pukul 14:22 WIB, harga minyak jenis brent dan light sweet naik masing-masing 0,48% dan 0,51%. 


Indonesia adalah negara net importir minyak, yang mau tidak mau harus mengimpor demi memenuhi kebutuhan dalam negeri. Saat harga minyak naik, maka biaya impornya akan iktu membengkak sehingga membebani transaksi berjalan (current account). 

Padahal current account adalah fondasi penting yang menyokong nilai tukar. Sebab transaksi berjalan mencerminkan aliran devisa dari ekspor-impor barang dan jasa, yang lebih berjangka panjang ketimbang pasokan valas dari portofolio di sektor keuangan alias hot money

Oleh karena itu, rupiah akan rentan terdepresiasi saat defisit transaksi berjalan melebar. Jadi kenaikan harga minyak tentu akan menjadi sentimen negatif bagi mata uang Tanah Air. 


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular