
Meyakinkan! Rupiah 5 Hari Menguat & Jadi Runner up di Asia
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
06 April 2019 09:38

Pekan ini rupiah terbantu oleh sentimen pergerakan dollar index dan derasnya arus modal yang masuk di pasar keuangan tanah air.
Sentimen pertama adalah pergerakan dollar index yang relatif stagnan, bahkan beberapa kali menunjukkan pelemahan. Dollar index merupakan alat ukur yang mengevaluasi posisi greenback secara relatif terhadap enam mata uang utama dunia.
Dengan dollar index yang relatif stagnan, tentu saja rupiah dapat lebih mudah untuk bergerak leluasa.
Sentimen kedua datang dari pasar obligasi pemerintah, dimana pada hari Jumat imbal hasil (yield) surat utang seri acuan tenor 10 tahun turun 2,5 basis poin (bps) menjadi 7,563%. Penurunan yield adalah pertanda harga obligasi sedang meningkat karena tingginya permintaan.
Pasar obligasi Indonesia nampaknya masih menikmati hasil rilis data inflasi bulan Maret 2019 yang hanya tercatat di level 2,48% year-on-year (YoY) yang merupakan laju paling lambat sejak November 2009.
Rendahnya tingkat inflasi merupakan hal yang menggembirakan bagi pasar obligasi. Pasalnya, keuntungan riil yang dikantongi pun dari obligasi dapat tetap terjaga. Dengan yield obligasi 7.563% dan tingkat inflasi 2,58%, maka keuntungan riil yang bisa didapat adalah 4,98%, cukup menarik.
Terlebih lagi arus modal juga ditunjukkan di pasar keuangan Indonesia. Selama sepekan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) membukukan aksi beli bersih investor asing hingga Rp 2,12 triliun.
Sentimen domestik terakhir adalah angka Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur Indonesia versi Markit yang naik pada bulan Maret di level 51,2, naik dibandingkan capaian Februari di angka 50.1, dilansir Trading Economics. Pada bulan Maret, jumlah produksi barang dan pesanan akhirnya meningkat untuk pertama kalinya sejak Desember tahun lalu.
TIM RISET CNBC INDONESIA (dwa/hps)
Sentimen pertama adalah pergerakan dollar index yang relatif stagnan, bahkan beberapa kali menunjukkan pelemahan. Dollar index merupakan alat ukur yang mengevaluasi posisi greenback secara relatif terhadap enam mata uang utama dunia.
Sentimen kedua datang dari pasar obligasi pemerintah, dimana pada hari Jumat imbal hasil (yield) surat utang seri acuan tenor 10 tahun turun 2,5 basis poin (bps) menjadi 7,563%. Penurunan yield adalah pertanda harga obligasi sedang meningkat karena tingginya permintaan.
Pasar obligasi Indonesia nampaknya masih menikmati hasil rilis data inflasi bulan Maret 2019 yang hanya tercatat di level 2,48% year-on-year (YoY) yang merupakan laju paling lambat sejak November 2009.
Rendahnya tingkat inflasi merupakan hal yang menggembirakan bagi pasar obligasi. Pasalnya, keuntungan riil yang dikantongi pun dari obligasi dapat tetap terjaga. Dengan yield obligasi 7.563% dan tingkat inflasi 2,58%, maka keuntungan riil yang bisa didapat adalah 4,98%, cukup menarik.
Terlebih lagi arus modal juga ditunjukkan di pasar keuangan Indonesia. Selama sepekan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) membukukan aksi beli bersih investor asing hingga Rp 2,12 triliun.
Sentimen domestik terakhir adalah angka Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur Indonesia versi Markit yang naik pada bulan Maret di level 51,2, naik dibandingkan capaian Februari di angka 50.1, dilansir Trading Economics. Pada bulan Maret, jumlah produksi barang dan pesanan akhirnya meningkat untuk pertama kalinya sejak Desember tahun lalu.
TIM RISET CNBC INDONESIA (dwa/hps)
Pages
Most Popular