
BI Ikut Bawa Rupiah Jadi Terbaik Kedua Asia, Kok Bisa?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
04 April 2019 09:40

Sementara dari sisi eksternal, dolar AS memang sedang dalam fase konsolidasi. Pada pukul 09:20 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) masih melemah 0,04%. Sebelumnya, Dollar Index sudah menguat 0,33% selama sepekan terakhir dan 0,58% dalam sebulan ke belakang.
Investor juga sedang bergairah dan enggan bermain aman karena aura damai dagang AS-China yang semakin terasa. Pada Rabu waktu setempat, AS-China akan melanjutkan dialog dagang di Washington. Tim AS akan dipimpin oleh Kepala Perwakilan Dagang Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin, sementara delegasi AS dikomandoi oleh Wakil Perdana Menteri Liu He.
"Wakil Perdana Menteri Liu dan timnya akan berada di Washington selama 3 hari, atau mungkin lebih. Kami akan membahas isu yang belum pernah disentuh sebelumnya, termasuk penegakan hukum. Semua berjalan baik, semua mengarah ke jalan yang benar, tetapi kita memang belum sampai di tujuan. Kami berharap kita bisa lebih dekat ke tujuan pada pekan ini," papar Kudlow dalam acara yang digelar Christian Science Monitor, mengutip Reuters.
Kudlow menambahkan, China semakin terbuka dengan mengakui bahwa ada masalah dalam hal perlindungan atas hak kekayaan intelektual dan pemaksaan transfer teknologi. Untuk kali pertama China mengakui hal tersebut.
"Mereka akhirnya mengakui masalah ini untuk kali pertama. Sebelumnya mereka dalam pengingkaran," ujar Kudlow. Sikap China yang semakin terbuka diharapkan mampu menjembatani perbedaan yang selama ini membuat jarak antara Washington-Beijing. Dengan demikian, proses menuju damai dagang akan semakin mudah.
Kemudian, pelaku pasar juga lega karena ancaman resesi di AS sudah memudar. Ini terlihat dari perkembangan di pasar obligasi pemerintah AS, di mana tidak lagi terjadi inversi.
Pada pukul 09:25 WIB, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 3 bulan ada di 2,4278% sementara yang tenor 10 tahun sebesar 2,5223%. Sudah normal, yield tenor panjang lebih tinggi ketimbang tenor pendek. Artinya, risiko resesi di AS sudah semakin samar-samar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Investor juga sedang bergairah dan enggan bermain aman karena aura damai dagang AS-China yang semakin terasa. Pada Rabu waktu setempat, AS-China akan melanjutkan dialog dagang di Washington. Tim AS akan dipimpin oleh Kepala Perwakilan Dagang Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin, sementara delegasi AS dikomandoi oleh Wakil Perdana Menteri Liu He.
"Wakil Perdana Menteri Liu dan timnya akan berada di Washington selama 3 hari, atau mungkin lebih. Kami akan membahas isu yang belum pernah disentuh sebelumnya, termasuk penegakan hukum. Semua berjalan baik, semua mengarah ke jalan yang benar, tetapi kita memang belum sampai di tujuan. Kami berharap kita bisa lebih dekat ke tujuan pada pekan ini," papar Kudlow dalam acara yang digelar Christian Science Monitor, mengutip Reuters.
"Mereka akhirnya mengakui masalah ini untuk kali pertama. Sebelumnya mereka dalam pengingkaran," ujar Kudlow. Sikap China yang semakin terbuka diharapkan mampu menjembatani perbedaan yang selama ini membuat jarak antara Washington-Beijing. Dengan demikian, proses menuju damai dagang akan semakin mudah.
Kemudian, pelaku pasar juga lega karena ancaman resesi di AS sudah memudar. Ini terlihat dari perkembangan di pasar obligasi pemerintah AS, di mana tidak lagi terjadi inversi.
Pada pukul 09:25 WIB, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 3 bulan ada di 2,4278% sementara yang tenor 10 tahun sebesar 2,5223%. Sudah normal, yield tenor panjang lebih tinggi ketimbang tenor pendek. Artinya, risiko resesi di AS sudah semakin samar-samar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular