Dolar AS 'Obrak-Abrik' Asia, Rupiah Lesu di Kurs Tengah BI

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
02 April 2019 10:24
Dolar AS 'Obrak-Abrik' Asia, Rupiah Lesu di Kurs Tengah BI
Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hari ini melemah di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Rupiah batal menguat 3 hari beruntun. 

Pada Selasa (2/4/2019), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.237. Rupiah melemah 0,04% dibandingkan hari sebelumnya. 

Setelah menguat selama 2 hari beruntun, rupiah gagal melanjutkan tren positif. Pada hari ketiga rupiah terpaksa menyerah di hadapan dolar AS. 


Sementara di pasar spot, rupiah juga kesulitan meladeni keperkasaan dolar AS. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.240 di mana rupiah melemah 0,14%. 

Seiring perjalanan pasar, depresiasirupiah agak menipis. Pada pukul 10:10 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.235 di mana rupiah melemah 0,11%. 

Padahal rupiah mengawali pasar spot dengan apresiasi 0,04%. Namun penguatan tipis itu tidak bertahan lama, rupiah pun terpeleset ke zona merah dan terjebak di sana sampai saat ini. 


Rupiah kewalahan karena dolar AS memang sedang 'mengobrak-abrik' Asia. Seluruh mata uang Asia melemah, tidak ada yang selamat bahkan yen Jepang. 

Won Korea Selatan menjadi mata uang terlemah di Asia, disusul oleh peso Filipina dan baht Thailand. Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 10:13 WIB: 

 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Tidak hanya di Asia, dolar AS juga perkasa secara global. Pada pukul 10:14 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback secara relatif di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,1%. 

Dolar AS mendapat kekuatan dari penderitaan mata uang Eropa. Pada pukul 09:14 WIB, dolar AS menguat 0,22% terhadap poundsterling Inggris dan 0,07% terhadap euro. 

Sterling tertekan akibat dinamika Brexit yang semakin tidak jelas. Parlemen Inggris gagal mencapai suara mayoritas untuk berbagai alternatif yang tersedia setelah proposal Brexit yang diajukan pemerintah tiga kali ditolak.  

Steven Barclay, Menteri Urusan Brexit Inggris, menegaskan bahwa kegagalan parlemen mencapai kata sepakat membuat satu-satu opsi yang tersisa bagi Negeri Ratu Elizabeth saat ini adalah meninggalkan Uni Eropa tanpa kompensasi apa-apa pada 12 April. No-deal Brexit


Sementara euro melemah akibat rilis data inflasi. Pada Maret, inflasi Zona Euro tercatat 1,4% year-on-year (YoY). Di bawah konsensus pasar yang dihimpun Reuters yaitu 1,5% YoY dan masih jauh dari target mendekati 2% yang dipasang Bank Sentral Uni Eropa (ECB). 


Inflasi yang masih lambat menandakan permintaan di Eropa belum pulih. Artinya, ECB kemungkinan besar tetap akan mempertahankan kebijakan moneter longgar bin akomodatif untuk mendorong permintaan. Tidak akan ada kenaikan suku bunga acuan dalam waktu dekat sehingga euro menjadi kurang seksi.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular