Dolar AS Cuma Tidur-tidur Ayam, Rupiah Pun Diterkam

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
02 April 2019 08:26
Dolar AS Cuma Tidur-tidur Ayam, Rupiah Pun Diterkam
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hari ini dibuka menguat di perdagangan pasar spot. Namun beberapa saat kemudian rupiah langsung berbalik melemah. 

Pada Selasa (2/4/2019), US$ 1 dibanderol Rp 14.215 kala pembukaan perdagangan pasar spot. Rupiah menguat tipis 0,04% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. 

Seiring perjalanan pasar, penguatan rupiah yang tipis itu habis. Rupiah harus rela jatuh ke zona merah. Ternyata penguatan kala pembukaan hanya harapan palsu. 

Pada pukul 08:08 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.230. Rupiah melemah 0,07% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. 

Dalam 2 hari perdagangan terakhir, rupiah mampu mencatatkan apresiasi di hadapan dolar AS. Namun sepertinya jalan menuju penguatan 3 hari beruntun cukup terjal, dan bukan tidak mungkin gagal dilalui. 


Tidak cuma rupiah, mayoritas mata uang utama Asia pun melemah terhadap greenback. Depresiasi terdalam dialami oleh peso Filipina, disusul oleh won Korea Selatan dan dan baht Thailand. 

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 08:12 WIB: 

 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Rupiah tidak kuasa membendung keperkasaan dolar AS yang tidak hanya terjadi di Asia tetapi juga secara global. Pada pukul 08:13 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,09%. 

Kemarin, dolar AS memasuki masa konsolidasi dengan melemah 0,05%. Wajar saja sebab mata uang Negeri Paman Sam memang sudah cukup lama menguat. Dalam sebulan terakhir, Dollar Index naik sampai 0,82%. 

Namun ternyata dolar AS hanya tidur-tidur ayam, istirahat sebentar saja. Tak betah lama-lama rehat, dolar AS langsung kembali ganas. 

Kebangkitan dolar AS juga dipicu oleh pelemahan euro. Pada pukul 08:17 WIB, mata uang Benua Biru melemah 0,1% di hadapan dolar AS. 

Penyebabnya adalah rilis data inflasi Zona Euro yang pada Maret tercatat 1,4% year-on-year (YoY). Di bawah konsensus pasar yang dihimpun Reuters yaitu 1,5% YoY dan masih jauh dari target mendekati 2% yang dipasang Bank Sentral Uni Eropa (ECB). 

Inflasi yang masih lambat menandakan permintaan di Eropa belum pulih. Artinya, ECB kemungkinan besar tetap akan mempertahankan kebijakan moneter longgar bin akomodatif untuk mendorong permintaan. Tidak akan ada kenaikan suku bunga acuan dalam waktu dekat sehingga euro menjadi kurang seksi. 

Kebangkitan dolar AS kembali menjadi mimpi buruk bagi mata uang Asia, termasuk rupiah. Jika dolar AS terlalu kuat dan tidak ada sentimen lain yang bisa mengimbangi, maka rupiah cs di Asia sepertinya bakal betah di zona merah. 


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular