Rugi 4 Tahun Beruntun, CP Prima Akhirnya Cetak Laba Rp 1,77 T

Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
01 April 2019 15:07
PT Central Proteina Prima Tbk (CPRO) menunjukkan kinerja keuangan cukup memuaskan dengan mencatatkan laba bersih Rp 1,77 triliun.
Foto: CP Prima
Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten pakan ternak dan udang PT Central Proteina Prima Tbk (CPRO) menunjukkan kinerja keuangan cukup memuaskan dengan mencatatkan laba bersih Rp 1,77 triliun pada tahun lalu, membalikkan derita rugi bersih selama 4 tahun berturut-turut.

Dengan demikian, setelah 5 tahun, CPRO akhirnya dapat kembali mendistribusikan dividen di kisaran laba per saham dasar sebesar Rp 34/saham.

Sebagai informasi, CPRO merupakan salah satu perusahaan terafiliasi dari PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) yang bergerak di bidang penjualan pakan dan peralatan ternak. Charoen dikendalikan oleh keluarga Jiavaranon lewat Charoen Pokphand Group, konglomerasi terbesar di Thailand.

Laporan keuangan CPRO mengungkapkan, perusahaan yang mengakuisisi eks tambak udang Dipasena, Lampung, ini sahamnya dipegang oleh Leedon Capital Ltd sebesar 18,01%, UOB Kay Hian Pte Ltd sebesar 13,01%, Benjamin Jiaravanon 6,18%, PT Surya Hidup Satwa 6,48%, Sidarta Sidik 0,00 dan investor publik 24,26%.

Adapun saham Seri B perusahaan dimiliki oleh Azion Bao Pte Lted sebesar 23% dan Snow Lion Investment Ltd yakni 9,06%.

Jika dilihat lebih dalam, pencapaian laba bersih positif tidak terlepas dari kinerja top line CPRO yang tumbuh positif. Total penjualan naik 12,39% year-on-year (YoY) menjadi Rp 7,39 triliun dari tahun sebelumnya Rp 6,58 triliun.

Sumber pendapatan terbesar masih berasal dari penjualan pakan ternak senilai Rp 5,62 triliun. Kemudian dilanjutkan produk makanan Rp 1,37 triliun, benur atau benih udang sebesar Rp 346,9 miliar, dan produk lainnya senilai Rp 59,83 miliar.

Namun, andil terbesar tercapainya laba CPRO tahun lalu adalah karena perusahaan mencatatkan keuntungan penyelesaian utang obligasi hingga Rp 2,36 triliun. Andai saja, pos keuntungan ini dihapuskan maka perusahaan akan tetap rugi dengan nilai rugi sebelum pajak di kisaran Rp 524,71 juta.

Di lain pihak, dari sisi pos neraca perusahaan, total aset di tahun 2018 turun menjadi Rp 6,57 triliun dari sebelumnya Rp 7,08 triliun. Terdiri dari aset lancar Rp 1,96 triliun dan aset tidak lancar sebesar Rp 4,61 triliun.

Liabilitas perseroan pada 2018 bahkan anjlok lebih dalam menjadi hanya sebesar Rp 5,9 triliun, dari akhir 2017 yang sebesar Rp 8,79 triliun. Anjloknya total liabilitas perusahaan disebabkan jumlah utang jangka pendek turun signifikan dari total 8,25 triliun di tahun 2017 menjadi hanya Rp 3,19 triliun di tahun 2018.

Sedangkan utang jangka panjang, terutama utang obligasi tahun lalu bertambah, sehingga total liabilitas jangka panjang meroket dari 532,97 miliar menjadi Rp 2,71 triliun.

Sementara nilai ekuitas di periode tersebut tercatat mencapai Rp 674,34 miliar.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(dwa/tas) Next Article 3 Tahun Jadi Saham Tidur, CPRO Tiba-tiba 'Ngamuk'

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular