Rupiah Menguat Nyaris 1% pada Kuartal I, ke Depan Bagaimana?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
31 March 2019 12:06
Perlambatan Ekonomi Global Bukan Cuma Mitos
Ilustrasi Rupiah (REUTERS/Willy Kurniawan)
Faktor risiko kedua bagi rupiah adalah perlambatan ekonomi global. Ya, perlambatan ekonomi global bukan seperti es yang hanya mitos tetapi benar-benar terjadi. Data-data terbaru terus memberikan konfirmasi bahwa ekonomi dunia memang sedang bermasalah.

Di AS, pembacaan final untuk pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2018 ada di 2,2% secara kuartalan yang disetahunkan (quarterly annualized). Jauh melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu 3,4%.


Kemudian di Eropa, inflasi pada Februari tercatat 1,5% year-on-year (YoY). Lebih baik dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 1,4%, tetapi untuk mencapai target 2% seperti yang ditetapkan Bank Sentral Uni Eropa? Jangan harap bisa terjadi dalam waktu dekat.



Masih dari Eropa, produksi industrial Zona Euro pada Januari turun 1,1% YoY. Ini membuat produksi industri Benua Biru turun selama 3 bulan beruntun.

Dari China, inflasi pada Februari berada di 1,5% YoY, melambat dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 1,7% YoY. Laju pada Februari menjadi yang terlemah sejak Januari 2018.

Lagi-lagi dari China, neraca perdagangan Negeri Tirai Bambu pada Februari membukuka surplus US$ 4,08 miliar. Buat Indonesia, surplus sebesar itu mungkin sebuah prestasi yang langka tetapi bagi China justru menjadi aib. Sebab ada Februari 2018, surplus perdagangan China mencapai US$ 32,2 miliar!



Beralih ke Jepang, laju inflasi Negeri Matahari Terbit pada Februari adalah 0,2% YoY. Tidak berubah dibandingkan bulan sebelumnya. Lagi-lagi, target inflasi 2% yang ditetapkan Bank Sentral Jepang (BoJ) masih sangat jauh panggang dari api yang menunjukkan Jepang masih terjebak dalam stagnasi ekonomi.



Saat ekonomi global melambat, maka arus perdagangan menjadi seret karena permintaan yang menurun. Belum lagi harga komoditas berpotensi jatuh, juga karena penurunan permintaan.

Dua hal ini membuat ekspor Indonesia bakal mengalami tantangan berat. Saat ekspor terhambat, maka devisa dari sektor perdagangan bakal berkurang. Hasilnya jelas, transaksi berjalan (current account) kembali akan menjadi sorotan.

Kerentanan di transaksi berjalan membuat rupia berdiri di atas fondasi yang rapuh sehingga berpotensi melemah. Selama pekerjaan rumah bernama defisit transaksi berjalan belum selesai, maka hantu depresiasi masih akan terus menghantui rupiah.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular