Berkaca pada Sejarah, Jangan Beli Saham Bulan Depan!

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
29 March 2019 17:47
Dari Dalam Negeri, Waspadai Data Inflasi & Ekspor-Impor
Foto: Konferensi pers BPS terkait inflasi Januari 2019, IHPB, nilai tukar petani dan harga gabah, hingga pola perdagangan komoditas strategis (CNBC Indonesia/Iswari Anggit)
Dari dalam negeri, ada dua rilis data ekonomi yang berpotensi membuat IHSG kembali membukukan kinerja negatif pada bulan April, yakni inflasi dan ekspor-impor.

Data inflasi periode Maret 2019 akan dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tanggal 1 April. Konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan inflasi berada di level 0,12% secara bulanan. Secara tahunan, laju inflasi adalah sebesar 2,5%.


Jika sampai angka inflasi berada di bawah ekspektasi, maka konsumsi masyarakat Indonesia bisa dianggap sedang loyo sehingga saham-saham konsumer berpotensi dilego investor. Pada akhirnya, laju IHSG akan terbebani.

Untuk ekspor-impor, data periode Maret akan dirilis oleh BPS pada tanggal 15 April. Pada Februari 2019, neraca dagang Indonesia membukukan surplus senilai US$ 330 juta, dari yang sebelumnya defisit US$ 1,06 miliar pada bulan Januari.

Namun, surplus neraca dagang tersebut merupakan hasil dari impor yang anjlok lebih dalam dibandingkan ekspor. Sepanjang Februari, ekspor terkontraksi 11,33% secara tahunan, sementara impor anjlok hingga 13,98% YoY.


Jika pelemahan ekspor dan impor berlanjut ke bulan Maret, hal tersebut akan dipandang sebagai sinyal pelemahan ekonomi tanah air. Pada akhirnya, instrumen berisiko seperti saham berpotensi dilego.

Pada intinya, ada begitu banyak risiko yang akan menghantui jalannya perdagangan di bursa saham dalam negeri pada bulan depan. Sejarah juga sudah menunjukkan bahwa April bukan merupakan bulan yang ramah bagi pelaku pasar saham. Mungkin, akan lebih bijak jika pelaku pasar menghindari dulu aksi beli di pasar saham pada bulan depan.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(ank/prm)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular