
Laba Intiland Amblas 32% Jadi Rp 204 M, Apa Pemicunya?
tahir saleh, CNBC Indonesia
29 March 2019 16:04

Jakarta, CNBC Indonesia - Laba bersih emiten pengembang properti, PT Intiland Development Tbk (DILD) amblas 32% pada tahun 2018 menjadi Rp 203,67 miliar dari laba bersih tahun 2017 sebesar Rp 297,49 miliar.
Mengacu laporan keuangan perusahaan, kendati laba bersih turun, pendapatan DILD justru naik 16% menjadi Rp 2,55 triliun dari tahun sebelumnya Rp 2,20 triliun.
Hanya saja, tekanan laba bersih tampaknya datang dari beban pokok yang membengkak menjadi Rp 1,55 triliun dari sebelumnya Rp 1,25 triliun.
Bisnis Intiland terutama ditopang penjualan high rise sebesar Rp 819,46 miliar, naik dari tahun sebelumnya Rp 703,64 miliar dan kenaikan penjualan perumahan menjadi Rp 629,61 miliar dari Rp 420,01 miliar.
(tas/hps) Next Article Meski Laba Amblas 32%, Intiland Setia Bagi Dividen Rp 20,7 M
Mengacu laporan keuangan perusahaan, kendati laba bersih turun, pendapatan DILD justru naik 16% menjadi Rp 2,55 triliun dari tahun sebelumnya Rp 2,20 triliun.
Hanya saja, tekanan laba bersih tampaknya datang dari beban pokok yang membengkak menjadi Rp 1,55 triliun dari sebelumnya Rp 1,25 triliun.
Bisnis Intiland terutama ditopang penjualan high rise sebesar Rp 819,46 miliar, naik dari tahun sebelumnya Rp 703,64 miliar dan kenaikan penjualan perumahan menjadi Rp 629,61 miliar dari Rp 420,01 miliar.
Hanya saja penjualan di lini kawasan industri justru turun menjadi Rp 507 miliar dari tahun 2017 sebesar Rp 550,95 miliar.
Di lini bisnis pendapatan, kontribusi terbesar dari pendapatan fasilitas yakni naik menjadi Rp 306,55 miliar dari tahun 2017 yakni Rp 256,54 miliar.
Pendapatan perkantoran juga naik menjadi Rp 225,20 miliar dari sebelumnya Rp 217,51 miliar dan pendapatan kawasan industri naik menjadi Rp 64,67 miliar dari Rp 54,17 miliar.
Adapun beban bunga membengkak menjadi Rp 290 miliar. Padahal tahun 2017 beban bunga hanya Rp 240 miliar, ditambah lagi beban umum juga naik menjadi Rp 446,91 miliar dari sebelumnya Rp 391,77 miliar.
Pada awal tahun, Intiland baru meraih fasilitas kredit sindikasi perbankan senilai Rp 2,8 triliun dari dua bank nasional yakni PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).
Fasilitas kredit sindikasi itu diberikan dengan tenor 8 tahun, rinciannya dari BBNI sebesar Rp 1,63 triliun atau 58,33% dan dari BBCA sebesar Rp 1,17 triliun (41,67%) dengan tingkat bunga 10,5%.
Di lini bisnis pendapatan, kontribusi terbesar dari pendapatan fasilitas yakni naik menjadi Rp 306,55 miliar dari tahun 2017 yakni Rp 256,54 miliar.
Pendapatan perkantoran juga naik menjadi Rp 225,20 miliar dari sebelumnya Rp 217,51 miliar dan pendapatan kawasan industri naik menjadi Rp 64,67 miliar dari Rp 54,17 miliar.
Adapun beban bunga membengkak menjadi Rp 290 miliar. Padahal tahun 2017 beban bunga hanya Rp 240 miliar, ditambah lagi beban umum juga naik menjadi Rp 446,91 miliar dari sebelumnya Rp 391,77 miliar.
Pada awal tahun, Intiland baru meraih fasilitas kredit sindikasi perbankan senilai Rp 2,8 triliun dari dua bank nasional yakni PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).
Fasilitas kredit sindikasi itu diberikan dengan tenor 8 tahun, rinciannya dari BBNI sebesar Rp 1,63 triliun atau 58,33% dan dari BBCA sebesar Rp 1,17 triliun (41,67%) dengan tingkat bunga 10,5%.
(tas/hps) Next Article Meski Laba Amblas 32%, Intiland Setia Bagi Dividen Rp 20,7 M
Most Popular