Batal Terbitkan Obligasi, Intiland Garap Tiga Proyek Baru

Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
28 August 2018 20:12
Untuk penerbitan obligasi global tersebut, Intiland sudah mendapat rating BB dari Moody's dan B flat dari Fitch Rating.
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - PT Intiland Development Tbk (DILD) membatalkan rencana menerbitkan obligasi sebesar US$ 250 juta atau sekitar Rp 3,62 triliun. Pembatalan ini terkait dengan tingginya kupon yang diinginkan investor.

"Mereka inginnya [kupon] 11% lebih, kami harapnya single digit. Yield yang diminta terlalu tinggi, jadi kami mundur," tutur Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi DILD Archied Noto Pradono di Gedung BEI, Jakarta, Selasa (28/8/2018).

Archied mengatakan, pihaknya menilai memang saat ini merupakan waktu yang kurang tepat untuk menerbitkan obligasi global, apalagi masih dibayangi oleh fluktuasi nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS.

Padahal Intiland sudah mendapatkan rating yang cukup bagus untuk obligasi global itu tersebut. Ia mencontohkan, rating dari Moody's yakni BB dan Fitch di rating B Flat. 

"Pemegang saham pun tidak keberatan. Tetapi yang perlu diperhatikan, pada dasarnya penerbitan obligasi ini hanya untuk memenuhi diversifikasi pendanaan dan pembiayaan kembali atas utang perbankan perseroan. Kami akan cari strategi lain," pungkas Archied.

Tiga Proyek baru

Pada paruh kedua tahun ini, Intiland sudah siapkan setidaknya tiga pengembangan proyek baru. Proyek tersebut meliputi pengembangan apartemen di Jakarta dan Surabaya.

Archied menjelaskan, proyek South Quarter nantinya akan terdiri dari dua tower apartemen. Namun, ia belum merinci berapa besaran investasi yang akan digelontorkan perusahaan.

Tahun ini perusahaan juga akan fokus pada strategi meningkatkan penjualan meski pasar properti masih terbilang lesu. Salah satunya yakni dengan program Smart Deal Fest yang merupakan program penjualan dan promosi terpadu.

"Secara umum sektor properti masih menghadapi tantangan cukup berat dan konsumen masih memilih untuk mengambil sikap wait and see atau cenderung menunggu. Pasar membutuhkan stimulus yang dapat mengembalikan kepercayaan investor dan membangkitkan kembali minat bel konsumen," tambahnya.


 

(roy) Next Article Laba Intiland Amblas 32% Jadi Rp 204 M, Apa Pemicunya?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular