
'Saga Brexit' Seret Turun Kurs Euro di Hadapan Dolar AS
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
28 March 2019 12:24

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang euro kembali terbenam menghadapi dolar AS pada perdagangan Rabu (28/3/19) hingga menyentuh level terendah dua pekan. Padahal sebelumnya euro sempat menguat ke area US$ 1,1285 merespon sikap Presiden European Central Bank (ECB), Mario Draghi yang tidak terlalu dovish.
Namun di akhir perdagangan euro justru berbalik ditekuk dolar dan berakhir di kisaran US$1,1250 (-0,12%), mengutip kuotasi MetaTrader 5.
Pada perdagangan sesi Asia hari ini Kamis (28/3/19) pada pukul 11:24 WIB nilai tukar euro terhadap dolar AS pada level US$ 1,1252, atau masih tertahan di level terendah dua pekan.
Saga politik di Inggris yang semakin rumit turut menyeret turun kurs euro. Alasannya, Inggris merupakan salah satu mitra dagang utama Uni Eropa, gejolak yang terjadi di negara tersebut dapat mempengaruhi aktivitas ekonomi di Benua Biru.
Harapan akan adanya alternatif pilihan Brexit akhirnya kandas setelah Parlemen Inggris juga gagal menyepakati proposal yang dibuat sendiri pada hari Rabu.
Mengutip CNBC International, ada delapan alternatif Brexit yang dibuat oleh Parlemen Inggris, dan tak satupun yang berhasil meraih dukungan mayoritas. Parlemen Inggris berencana untuk mengurangi jumlah alternatif tersebut dan melakukan voting lagi pada hari Senin (1/4/19) nanti.
Selain itu, Perdana Menteri Theresa May menyatakan akan mengundurkan diri jika proposal Brexit yang dibuatnya didukung oleh Parlemen Inggris. Jelang deadline yang terus mendekat, bagaimana Brexit akan dilakukan malah semakin tidak jelas. Yang pasti hingga saat ini jika Parlemen Inggris menolak proposal PM May, maka Brexit harus dilakukan pada 12 April. Sedangkan jika proposal didukung, Brexit akan dilakukan pada 22 Mei.
Situasi politik di Inggris tersebut membuat sentimen positif yang diterima euro dari Mario Draghi lenyap seketika.
Euro sebelumnya sempat mengungguli dolar setelah Draghi mengesampingkan kemungkinan terjadi resesi di Zona Euro. Ia mengatakan berkaca dari sejarah sejak 1970 terjadi pelambatan ekonomi sebanyak 50 kali dan hanya empat kali mengalami resesi.
Kondisi saat ini juga dikatakan sama dengan yang terjadi pada tahun 2016 ketika perekonomian melambat akibat kontraksi perdagangan global.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/hps) Next Article Mau Main Forex, Simak Ulasan Teknikal Dolar vs 4 Mata Uang
Namun di akhir perdagangan euro justru berbalik ditekuk dolar dan berakhir di kisaran US$1,1250 (-0,12%), mengutip kuotasi MetaTrader 5.
Pada perdagangan sesi Asia hari ini Kamis (28/3/19) pada pukul 11:24 WIB nilai tukar euro terhadap dolar AS pada level US$ 1,1252, atau masih tertahan di level terendah dua pekan.
Saga politik di Inggris yang semakin rumit turut menyeret turun kurs euro. Alasannya, Inggris merupakan salah satu mitra dagang utama Uni Eropa, gejolak yang terjadi di negara tersebut dapat mempengaruhi aktivitas ekonomi di Benua Biru.
Mengutip CNBC International, ada delapan alternatif Brexit yang dibuat oleh Parlemen Inggris, dan tak satupun yang berhasil meraih dukungan mayoritas. Parlemen Inggris berencana untuk mengurangi jumlah alternatif tersebut dan melakukan voting lagi pada hari Senin (1/4/19) nanti.
Selain itu, Perdana Menteri Theresa May menyatakan akan mengundurkan diri jika proposal Brexit yang dibuatnya didukung oleh Parlemen Inggris. Jelang deadline yang terus mendekat, bagaimana Brexit akan dilakukan malah semakin tidak jelas. Yang pasti hingga saat ini jika Parlemen Inggris menolak proposal PM May, maka Brexit harus dilakukan pada 12 April. Sedangkan jika proposal didukung, Brexit akan dilakukan pada 22 Mei.
Situasi politik di Inggris tersebut membuat sentimen positif yang diterima euro dari Mario Draghi lenyap seketika.
Euro sebelumnya sempat mengungguli dolar setelah Draghi mengesampingkan kemungkinan terjadi resesi di Zona Euro. Ia mengatakan berkaca dari sejarah sejak 1970 terjadi pelambatan ekonomi sebanyak 50 kali dan hanya empat kali mengalami resesi.
Kondisi saat ini juga dikatakan sama dengan yang terjadi pada tahun 2016 ketika perekonomian melambat akibat kontraksi perdagangan global.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/hps) Next Article Mau Main Forex, Simak Ulasan Teknikal Dolar vs 4 Mata Uang
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular