
Hantu Resesi Muncul Lagi, Bursa Jepang Dibuka Anjlok
Prima Wirayani, CNBC Indonesia
28 March 2019 07:25

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Jepang terjun bebas saat dibuka, Kamis (28/3/2019), setelah kecemasan akan terjadinya resesi di Amerika Serikat (AS) dan perlambatan ekonomi global kembali mengemuka.
Indeks acuan Nikkei 225 anjlok 1,28% sementara indeks Topix juga kehilangan 1,28% di awal perdagangan, AFP melaporkan.
Kabar resesi AS kembali muncul setelah para investor di Wall Street ramai-ramai pindah ke pasar obligasi.
Yield obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) bertenor 10 tahun yang menjadi acuan pasar turun ke level 2,386% dan menyentuh posisi terendahnya sejak 15 Desember 2017, tulis CNBC International.
Para investor menaruh perhatian besar terhadap suku bunga obligasi setelah yield surat utang bertenor 10 tahun berada di bawah tenor 3 bulan (inversi yield) yang dipandang sebagai pertanda akan datangnya resesi.
Para investor lebih memilih obligasi setelah data ekonomi yang dirilis lebih lemah dari perkiraan. Data tersebut memperkuat perkiraan bahwa pertumbuhan ekonomi mungkin tengah melambat.
Laba industri China mengalami penurunan terdalam sejak 2011 di dua bulan pertama tahun ini atau jatuh sekitar 14% sepanjang tahun 2019. Data yang dirilis hari Selasa juga menunjukkan keyakinan konsumen terperosok untuk kali keempat dalam lima bulan terakhir.
AS dan China adalah dua perekonomian terbesar dunia sehingga bila keduanya melemah, seluruh penjuru Bumi akan merasakan dampaknya.
(prm) Next Article Gawat, Bursa Jepang Anjlok 2% Lebih Gara-gara Kabar Resesi AS
Indeks acuan Nikkei 225 anjlok 1,28% sementara indeks Topix juga kehilangan 1,28% di awal perdagangan, AFP melaporkan.
Kabar resesi AS kembali muncul setelah para investor di Wall Street ramai-ramai pindah ke pasar obligasi.
Para investor menaruh perhatian besar terhadap suku bunga obligasi setelah yield surat utang bertenor 10 tahun berada di bawah tenor 3 bulan (inversi yield) yang dipandang sebagai pertanda akan datangnya resesi.
Para investor lebih memilih obligasi setelah data ekonomi yang dirilis lebih lemah dari perkiraan. Data tersebut memperkuat perkiraan bahwa pertumbuhan ekonomi mungkin tengah melambat.
Laba industri China mengalami penurunan terdalam sejak 2011 di dua bulan pertama tahun ini atau jatuh sekitar 14% sepanjang tahun 2019. Data yang dirilis hari Selasa juga menunjukkan keyakinan konsumen terperosok untuk kali keempat dalam lima bulan terakhir.
AS dan China adalah dua perekonomian terbesar dunia sehingga bila keduanya melemah, seluruh penjuru Bumi akan merasakan dampaknya.
(prm) Next Article Gawat, Bursa Jepang Anjlok 2% Lebih Gara-gara Kabar Resesi AS
Most Popular