
Simak Sentimen Utama Penggerak Pasar Pekan Depan
Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
24 March 2019 17:21

Pekan lalu, Uni Eropa (UE) sepakat untuk memperpanjang tanggal jatuh tempo perceraian Inggris dengan Uni Eropa hingga 22 Mei. Sedianya, Brexit akan dieksekusi pada pukul 23:00 tanggal 29 Maret, yang mana hanya tinggal menghitung hari.
Tapi tunggu dulu, hal tersebut bukannya tanpa syarat.
Perpanjangan waktu tersebut dapat terjadi apabila proposal Brexit disetujui oleh Parlemen Inggris pekan depan.
Apabila proposal Brexit masih juga belum bisa diterima, alias ditolak lagi, perpanjangan waktu yang diberikan oleh EU hanya sampai tanggal 12 April.
Artinya, harus ada pemungutan suara lagi di parlemen perihal proposal Brexit yang diajukan oleh Perdana Menteri Inggris, Theresa May. Suatu yang amat sulit. Pasalnya, berdasarkan undang-undang, sebuah proposal yang telah ditolak tidak bisa lagi diajukan untuk dilakukan pemungutan suara. Harus ada perbedaan yang 'substansial'.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada jadwal pasti kapan dan bagaimana pemungutan suara atas proposal Brexit ini dilakukan. Namun yang jelas, memang harus ada suatu aksi yang dilakukan terhadap proposal Brexit pekan depan. Bila tidak, Inggris harus bergegas. Dua minggu lagi sudah tanggal 12 April.
Dengan begini, kemungkinan untuk terjadinya No Deal Brexit , atau keluar dari UE tanpa adanya kesepakatan apapun masih tetap ada. Bahkan cenderung meningkat.
Mengutip Reuters, beberapa lembaga perbankan telah mengubah arah proyeksinya terhadap Brexit. Bank Investasi Goldman Sachs telah meningkatkan prediksi kemungkinan No Deal Brexit menjadi 15%, dari yang semula hanya 5%. Hal serupa juga dilakukan oleh J.P. Morgan, yang mana prediksi No Deal Brexit milik Bank tersebut naik menjadi 15% dari yang semula hanya 10%.
Bila terjadi, maka perekonomian Inggris akan mendapat hantaman yang cukup keras. Sebelumnya, Bank Sentral Inggris (Bank of England/BOE) memprediksi bahwa ekonomi Inggris akan terkontraksi hingga 8% dalam kurun waktu satu tahun apabila benar-benar keluar dari UE tanpa ada kesepakatan apapun.
Bila benar, maka dampaknya tak akan hanya dirasakan oleh Inggris. Sebagian negara-negara di dunia juga akan merasakannya karena Inggris merupakan negara dengan perekonomian terbesar ke-5 di dunia. Ini akan mirip dengan perang dagang AS-China yang membuat perekonomian negara-negara di Asia lain juga ikut melambat.
Untuk itu, setiap perkembangan, baik positif maupun negatif, dari proses Bexit yang rumit ini patut dipantau demi tak salah langkah dalam berinvestasi.
Di samping itu semua, rilis data-data perekonomian di sejumlah negara juga patut diperhitungkan.
(BERLANJUT KE HALAMAN BERIKUTNYA)
(taa/prm)
Tapi tunggu dulu, hal tersebut bukannya tanpa syarat.
Perpanjangan waktu tersebut dapat terjadi apabila proposal Brexit disetujui oleh Parlemen Inggris pekan depan.
Artinya, harus ada pemungutan suara lagi di parlemen perihal proposal Brexit yang diajukan oleh Perdana Menteri Inggris, Theresa May. Suatu yang amat sulit. Pasalnya, berdasarkan undang-undang, sebuah proposal yang telah ditolak tidak bisa lagi diajukan untuk dilakukan pemungutan suara. Harus ada perbedaan yang 'substansial'.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada jadwal pasti kapan dan bagaimana pemungutan suara atas proposal Brexit ini dilakukan. Namun yang jelas, memang harus ada suatu aksi yang dilakukan terhadap proposal Brexit pekan depan. Bila tidak, Inggris harus bergegas. Dua minggu lagi sudah tanggal 12 April.
Dengan begini, kemungkinan untuk terjadinya No Deal Brexit , atau keluar dari UE tanpa adanya kesepakatan apapun masih tetap ada. Bahkan cenderung meningkat.
Mengutip Reuters, beberapa lembaga perbankan telah mengubah arah proyeksinya terhadap Brexit. Bank Investasi Goldman Sachs telah meningkatkan prediksi kemungkinan No Deal Brexit menjadi 15%, dari yang semula hanya 5%. Hal serupa juga dilakukan oleh J.P. Morgan, yang mana prediksi No Deal Brexit milik Bank tersebut naik menjadi 15% dari yang semula hanya 10%.
Bila terjadi, maka perekonomian Inggris akan mendapat hantaman yang cukup keras. Sebelumnya, Bank Sentral Inggris (Bank of England/BOE) memprediksi bahwa ekonomi Inggris akan terkontraksi hingga 8% dalam kurun waktu satu tahun apabila benar-benar keluar dari UE tanpa ada kesepakatan apapun.
Bila benar, maka dampaknya tak akan hanya dirasakan oleh Inggris. Sebagian negara-negara di dunia juga akan merasakannya karena Inggris merupakan negara dengan perekonomian terbesar ke-5 di dunia. Ini akan mirip dengan perang dagang AS-China yang membuat perekonomian negara-negara di Asia lain juga ikut melambat.
Untuk itu, setiap perkembangan, baik positif maupun negatif, dari proses Bexit yang rumit ini patut dipantau demi tak salah langkah dalam berinvestasi.
Di samping itu semua, rilis data-data perekonomian di sejumlah negara juga patut diperhitungkan.
(BERLANJUT KE HALAMAN BERIKUTNYA)
(taa/prm)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular