Meski masih perkasa, sebenarnya penguatan rupiah agak berkurang. Sebab, rupiah sempat begitu perkasa hingga mendorong dolar AS ke bawah Rp 14.100.Â
Namun sepertinya dolar AS mulai bisa melawan balik. Pada pukul 10:14 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi
greenback di hadapan enam mata uang utama) sudah menguat 0,13%. Padahal dini hari tadi indeks ini terkoreksi sampai sekitar 0,4%.Â
Dolar AS terkoreksi akibat keputusan The Federal Reserve/The Fed yang menahan suku bunga acuan di 2,25-2,5%. Bahkan hingga akhir tahun diperkirakan tidak ada kenaikan Federal Funds Rate.Â
Akan tetapi terpaan badai itu ternyata tidak lama. Dolar AS berhasil bangkit karena memang sudah tertekan lumayan dalam.Â
Selama sepekan terakhir, Dollar Index sudah melemah hampir 1% dan dalam sebulan ke belakang koreksinya adalah 0,67%. Pelemahan yang sudah dalam ini tentu menyimpan potensi terjadinya
technical rebound.Â
Â
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
Namun rupiah masih bisa perkasa juga karena keputusan The Fed. Sikap Jerome 'Jay' Powell yang semakin jinak alias
dovish membuat posisi rupiah agak tenang. Setidaknya satu faktor risiko bagi rupiah sudah terliminasi yaitu kenaikan Federal Funds Rate.Â
Inflasi juga tidak menjadi tantangan berarti buat mata uang Tanah Air. Hingga Februari, inflasi tercatat 2,57%
year-on-year (YoY) atau terendah sejak November 2009.Â
Jadi boleh dibilang satu-satunya tantangan buat rupiah adalah defisit transaksi berjalan (
current account deficit). Pemerintah dan Bank Indonesia (BI) kini bisa fokus untuk membenahi masalah itu tanpa perlu mengkhawatirkan hal lain seperti kenaikan suku bunga acuan AS atau inflasi.Â
Faktor risiko bagi rupiah yang sudah semakin berkurang ini membuat investor memberikan apresiasi. Rupiah pun kembali menjadi mata uang terbaik di Asia.
TIM RISET CNBC INDONESIA