Rupiah Belum Bosan Jadi Juara Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
21 March 2019 08:37
Rupiah Belum Bosan Jadi Juara Asia
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serkat (AS) kembali menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Rupiah sepertinya akan mantap menapaki jalan menuju penguatan 5 hari beruntun. 

Pada Kamis (21/3/2019), US$ 1 dihargai Rp 14.100 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat 0,56% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya dan menyentuh titik terkuat sejak 28 Februari.  

Seiring perjalanan pasar, apresiasi rupiah agak tergerus. Pada pukul 08:21 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.105 di mana rupiah menguat 0,53%.

Hingga kemarin, rupiah sudah menguat 4 hari berturut-turut di hadapan dolar AS. Dengan penguatan 0,53%, sepertinya rupiah tidak akan menemui kendala berarti untuk mencapai apresiasi kelima hari ini. Sesuatu yang kali terakhir terjadi pada 22-28 Januari.



Kala penutupan pasar spot valas Indonesia kemarin, rupiah menjadi mata uang terbaik di Asia. Pagi ini, rupiah masih mempertahankan status tersebut. Rupiah belum tergoyahkan menjadi mata uang terkuat di Benua Kuning.


Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 08:26 WIB: 




(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Tema utama pasar hari ini adalah keputusan rapat komite pengambil kebijakan The Federal Reserve/The Fed yang mempertahankan suku bunga di kisaran 2,25-2,5% atau median 2,375%. Bukan itu saja, Jerome 'Jay' Powell dan sejawat juga memperkirakan tidak ada kenaikan suku bunga acuan sampai akhir 2019. 


Menurut dot plot (yang menentukan arah suku bunga sampai jangka menengah) edisi terbaru Maret 2019, median Federal Funds Rate pada akhir 2019 adalah 2,375% atau sama seperti sekarang. Artinya, hampir mustahil suku bunga acuan di Negeri Paman Sam naik setidaknya sampai akhir tahun ini. 

Rupiah Belum Bosan Jadi Juara AsiaFoto: the fed

 
"Mungkin perlu waktu untuk melihat bagaimana kondisi ketenagakerjaan dan inflasi bisa mempengaruhi perubahan kebijakan moneter. Kami akan bersabar, artinya tidak perlu buru-buru untuk mengambil keputusan," kata Powell dalam konferensi pers usai rapat, mengutip Reuters. 

Tanpa kenaikan suku bunga acuan, berinvestasi di instrumen berbasis dolar AS (terutama di aset berpendapatan tetap seperti obligasi) menjadi kurang menarik. Tekanan jual membayangi mata uang Negeri Adidaya sehingga nilainya melemah. 

Situasi ini bisa dimanfaatkan oleh rupiah cs di Asia. Arus modal yang menjauhi dolar AS bisa mampir ke pasar keuangan Benua Kuning, termasuk Indonesia. 

Sikap (stance) The Fed yang semakin anteng alias dovish ini membuka ruang bagi Bank Indonesia (BI) untuk tidak lagi mengetatkan ikat pinggang. Hari ini BI akan mengumumkan suku bunga acuan 7 Day Reserve Repo Rate. Menurut konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia, Gubernur Perry Warjiyo dan rekan masih akan mempertahankan suku bunga acuan di angka 6%. 


Bahkan jika kondisi tetap stabil, seperti laju inflasi yang 'santai' atau defisit transaksi berjalan bisa lebih terkendali, maka bukan tidak mungkin BI akan menurunkan suku bunga acuan. Andai langkah ini ditempuh, maka akan menjadi bahan bakar untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonomi.

Dengan rupiah yang cenderung menguat, laju inflasi domestik yang 'santai' (baru 2,57% year-on-year sampai Februari, terendah sejak November 2009), mungkin sudah saatnya BI mulai mempertimbangkan untuk masuk menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi dengan cara relaksasi kebijakan suku bunga. Namun itu dengan catatan defisit transaksi berjalan (current account deficit) bisa lebih terkendali.



TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular