
Rupiah Belum Bosan Jadi Juara Asia
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
21 March 2019 08:37

Tema utama pasar hari ini adalah keputusan rapat komite pengambil kebijakan The Federal Reserve/The Fed yang mempertahankan suku bunga di kisaran 2,25-2,5% atau median 2,375%. Bukan itu saja, Jerome 'Jay' Powell dan sejawat juga memperkirakan tidak ada kenaikan suku bunga acuan sampai akhir 2019.
Menurut dot plot (yang menentukan arah suku bunga sampai jangka menengah) edisi terbaru Maret 2019, median Federal Funds Rate pada akhir 2019 adalah 2,375% atau sama seperti sekarang. Artinya, hampir mustahil suku bunga acuan di Negeri Paman Sam naik setidaknya sampai akhir tahun ini.
"Mungkin perlu waktu untuk melihat bagaimana kondisi ketenagakerjaan dan inflasi bisa mempengaruhi perubahan kebijakan moneter. Kami akan bersabar, artinya tidak perlu buru-buru untuk mengambil keputusan," kata Powell dalam konferensi pers usai rapat, mengutip Reuters.
Tanpa kenaikan suku bunga acuan, berinvestasi di instrumen berbasis dolar AS (terutama di aset berpendapatan tetap seperti obligasi) menjadi kurang menarik. Tekanan jual membayangi mata uang Negeri Adidaya sehingga nilainya melemah.
Situasi ini bisa dimanfaatkan oleh rupiah cs di Asia. Arus modal yang menjauhi dolar AS bisa mampir ke pasar keuangan Benua Kuning, termasuk Indonesia.
Sikap (stance) The Fed yang semakin anteng alias dovish ini membuka ruang bagi Bank Indonesia (BI) untuk tidak lagi mengetatkan ikat pinggang. Hari ini BI akan mengumumkan suku bunga acuan 7 Day Reserve Repo Rate. Menurut konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia, Gubernur Perry Warjiyo dan rekan masih akan mempertahankan suku bunga acuan di angka 6%.
Bahkan jika kondisi tetap stabil, seperti laju inflasi yang 'santai' atau defisit transaksi berjalan bisa lebih terkendali, maka bukan tidak mungkin BI akan menurunkan suku bunga acuan. Andai langkah ini ditempuh, maka akan menjadi bahan bakar untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonomi.
Dengan rupiah yang cenderung menguat, laju inflasi domestik yang 'santai' (baru 2,57% year-on-year sampai Februari, terendah sejak November 2009), mungkin sudah saatnya BI mulai mempertimbangkan untuk masuk menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi dengan cara relaksasi kebijakan suku bunga. Namun itu dengan catatan defisit transaksi berjalan (current account deficit) bisa lebih terkendali.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Menurut dot plot (yang menentukan arah suku bunga sampai jangka menengah) edisi terbaru Maret 2019, median Federal Funds Rate pada akhir 2019 adalah 2,375% atau sama seperti sekarang. Artinya, hampir mustahil suku bunga acuan di Negeri Paman Sam naik setidaknya sampai akhir tahun ini.
![]() |
"Mungkin perlu waktu untuk melihat bagaimana kondisi ketenagakerjaan dan inflasi bisa mempengaruhi perubahan kebijakan moneter. Kami akan bersabar, artinya tidak perlu buru-buru untuk mengambil keputusan," kata Powell dalam konferensi pers usai rapat, mengutip Reuters.
Situasi ini bisa dimanfaatkan oleh rupiah cs di Asia. Arus modal yang menjauhi dolar AS bisa mampir ke pasar keuangan Benua Kuning, termasuk Indonesia.
Sikap (stance) The Fed yang semakin anteng alias dovish ini membuka ruang bagi Bank Indonesia (BI) untuk tidak lagi mengetatkan ikat pinggang. Hari ini BI akan mengumumkan suku bunga acuan 7 Day Reserve Repo Rate. Menurut konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia, Gubernur Perry Warjiyo dan rekan masih akan mempertahankan suku bunga acuan di angka 6%.
Bahkan jika kondisi tetap stabil, seperti laju inflasi yang 'santai' atau defisit transaksi berjalan bisa lebih terkendali, maka bukan tidak mungkin BI akan menurunkan suku bunga acuan. Andai langkah ini ditempuh, maka akan menjadi bahan bakar untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonomi.
Dengan rupiah yang cenderung menguat, laju inflasi domestik yang 'santai' (baru 2,57% year-on-year sampai Februari, terendah sejak November 2009), mungkin sudah saatnya BI mulai mempertimbangkan untuk masuk menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi dengan cara relaksasi kebijakan suku bunga. Namun itu dengan catatan defisit transaksi berjalan (current account deficit) bisa lebih terkendali.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular