
Dibuka menguat 0,26%, IHSG Mengekor Bursa Utama Asia
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
21 March 2019 09:33

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat 0,26% ke level 6.499,27. IHSG nampaknya ikut bergembira bersama dengan bursa utama kawasan Asia lainnya.
Seperti rekannya di Benua Kuning, penguatan IHSG didukung oleh keputusan Bank Sentral AS untuk menahan suku bunga acuan, belum lagi hingga hari ini rupiah terbukti masih menjadi jawara.
Jerome 'Jay' Powell dan sejawat memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di rentang 2,25-2,5% dan juga memangkas proyeksi kenaikan suku bunga untuk tahun ini.
"Mungkin perlu waktu untuk melihat bagaimana kondisi ketenagakerjaan dan inflasi bisa mempengaruhi perubahan kebijakan moneter. Kami akan bersabar, artinya tidak perlu buru-buru untuk mengambil keputusan," kata Powell dalam konferensi pers usai rapat, mengutip Reuters.
Selain suku bunga, The Fed juga akan mengurangi laju pengurangan neraca mereka. Sejak akhir 2017, The Fed rajin melepas kepemilikan obligasi untuk mengurangi neraca yang gemuk akibat program quantitative easing. Setiap bulannya, The Fed mengurangi sekitar US$ 50 miliar kepemilikan obligasi mereka yang mencapai sekira US$ 4 triliun.
Mulai Mei mendatang, The Fed akan memperlambat laju pengurangan neraca dan berencana menghentikannya pada September. Artinya The Fed akan berhenti menyedot likuiditas dari pasar.
Dampak dari sikap The Fed ini pastinya menekan dollar dan situasi ini dimanfaatkan oleh rupiah cs di Asia. Hari ini mata uang rupiah menguat 0,56% kala pembukaan pasar spot, sehingga 1 US$ hanya dihargai Rp 14.100, dimana nilai ini adalah titik terkuat sejak 28 Februari.
Dengan potensi rupiah yang menguat, aset-aset berdenominasi mata uang Tanah Air pun menjadi menarik. Nilai investasi masih berpeluang naik di kemudian hari, sehingga investor berbondong-bondong masuk ke pasar keuangan Indonesia.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Sepekan Ini, IHSG Anteng di Zona Merah
Seperti rekannya di Benua Kuning, penguatan IHSG didukung oleh keputusan Bank Sentral AS untuk menahan suku bunga acuan, belum lagi hingga hari ini rupiah terbukti masih menjadi jawara.
Jerome 'Jay' Powell dan sejawat memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di rentang 2,25-2,5% dan juga memangkas proyeksi kenaikan suku bunga untuk tahun ini.
"Mungkin perlu waktu untuk melihat bagaimana kondisi ketenagakerjaan dan inflasi bisa mempengaruhi perubahan kebijakan moneter. Kami akan bersabar, artinya tidak perlu buru-buru untuk mengambil keputusan," kata Powell dalam konferensi pers usai rapat, mengutip Reuters.
Mulai Mei mendatang, The Fed akan memperlambat laju pengurangan neraca dan berencana menghentikannya pada September. Artinya The Fed akan berhenti menyedot likuiditas dari pasar.
Dampak dari sikap The Fed ini pastinya menekan dollar dan situasi ini dimanfaatkan oleh rupiah cs di Asia. Hari ini mata uang rupiah menguat 0,56% kala pembukaan pasar spot, sehingga 1 US$ hanya dihargai Rp 14.100, dimana nilai ini adalah titik terkuat sejak 28 Februari.
Dengan potensi rupiah yang menguat, aset-aset berdenominasi mata uang Tanah Air pun menjadi menarik. Nilai investasi masih berpeluang naik di kemudian hari, sehingga investor berbondong-bondong masuk ke pasar keuangan Indonesia.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Sepekan Ini, IHSG Anteng di Zona Merah
Most Popular