Bos BEI Yakin IHSG Bullish Saat Pilpres 2019, Ini Faktanya!

Anthony Kevin & Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
20 March 2019 14:09
Bursa Efek Indonesia (BEI) meyakini kinerja pasar modal domestik tidak akan terpengaruh oleh sentimen agenda pilpres 2019.
Foto: Presiden Indonesia Joko Widodo dan cawapresnya Ma'ruf Amin berbincang dengan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno saat upacara di KPU Jakarta (REUTERS/Darren Whiteside)
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Efek Indonesia (BEI) meyakini kinerja pasar modal domestik tidak akan terpengaruh oleh sentimen agenda pemilihan presiden dan wakil presiden (pilpres) 2019.

Direktur Utama BEI Inarno Djajadi menjelaskan, secara historis pergerakan indeks di tahun politik justru menguat dan tidak ada pengaruh ke pasar modal.

"Ada pilpres, saya katakan empat pemilu terakhir, kita lihat bahwa korelasinya tidak terlalu banyak, jadi harapannya tahun ini insya Allah korelasi pemilu tidak terlalu banyak terhadap kinerja IHSG," kata Inarno kepada wartawan dalam Lunch Meeting, Rabu (20/3/2019).

Dari segi transaksi saham pada pemilu 2004, 2009, dan 2014 mencatatkan tren positif. Dari sisi penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO), juga tak terjadi penurunan jumlah selama pemilu.


Pada pemilu 2004 jumlah perusahaan IPO mencapai 12 perusahaan, lalu 2009 sebanyak 13 perusahaan dan di 2014 jumlah perusahaan listing 24 emiten.

Meski demikian, Inarno tak menampik ada sejumlah tantangan bagi pasar saham di tahun ini, baik dari domestik maupun eksternal.

Tantangan domestik bersumber dari masih banyaknya perusahaan tercatat yang belum melaporkan kinerja keuangan di tahun 2018.

Tantangan berikutnya yakni produk-produk ini di pasar modal masih kurang, sehingga otoritas bursa menginisiasi sejumlah produk baru di tahun 2019.

Dari sisi fundamental ekonomi domestik, transaksi berjalan (current account) yang masih defisit juga masih menjadi tantangan.

Meski demikian, Bank Indonesia meyakini neraca transaksi berjalan diperkirakan terjaga dalam batas yang aman, di bawah 3% Produk Domestik Bruto tahun ini.

Adapun, sentimen eksternal masih bersumber dari arah kebijakan bank sentral AS, The Fed, apakah akan tetap mempertahankan Fed Funds Rate atau malah menaikkannya tahun ini.

"Kebijakan moneter The Fed sangat pengaruh terhadap kita. Ketegangan perang dagang AS dan China itu juga masih hangat, itu tantangan kita ke depan juga mengenai proyeksi perlambatan ekonomi global," kata Inarno.




Sebagai perbandingan, Tim Riset CNBC Indonesia, dalam analisisnya mengungkapkan ada korelasi positif antara pasar saham dan pemilihan presiden.

Dalam tiga pemilihan presiden terakhir (2004, 2009, dan 2014), IHSG membukukan imbal hasil yang sangat-sangat impresif. Pada tahun 2004, IHSG melejit hingga 44,6%. Kala itu, pasangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Muhammad Jusuf Kalla memenangkan pertarungan melawan Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi.

Pada tahun 2009, IHSG meroket hingga 87%. Pada pertarungan tahun 2009, SBY berhasil mempertahankan posisi RI-1, namun dengan wakil yang berbeda. Ia didampingi oleh Boediono.

Beralih ke tahun 2014, mantan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo berhasil menempati tahta kepemimpinan tertinggi di Indonesia dengan menggandeng Jusuf Kalla sebagai wakilnya. Pada saat itu, IHSG melejit 22,3%.

Sepanjang 2004-2014, IHSG rata-rata memberikan imbal hasil sebesar 26,2% setiap tahunnya. Lantas, imbal hasil pada 3 tahun politik terakhir selalu berada di atas rata-rata, kecuali pada tahun 2014.


(tas) Next Article Investor Wait and See Menanti Hasil Pemilu

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular