Analisis Teknikal

Tertinggal dari IHSG, Pelemahan Sektor Konsumer Belum Selesai

Yazid Muamar, CNBC Indonesia
19 March 2019 17:36
Faktanya, kinerja indeks sektor konsumer tertinggal dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Tahun politik seharusnya menjadi berkah bagi saham-saham sektor barang konsumsi yang ada di Bursa Efek Indonesia (BEI). Faktanya, kinerja indeks sektor konsumer tertinggal dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Kinerja IHSG hingga tahun berjalan atau year to date naik mencapai 5,08% hingga 19 Maret 2019, lebih tinggi dibandingkan kinerja sektor barang konsumsi yang hanya menguat 4,66%.

Sentimen dari penurunan pertumbuhan penjualan barang-barang eceran (retail sales) menjadi salah satu indikatornya.

Penjualan eceran pada Januari 2019 yang diumumkan Bank Indonesia (BI) tumbuh 7,2%, lebih rendah dari pertumbuhan bulan Desember 2019 yang mencapai 7,7%.


Penurunan penjualan eceran tersebut tentunya mencerminkan pula kondisi perekonomian, khususnya rumah tangga. Meskipun demikian angka tersebut terbilang tinggi dibandingkan pertumbuhan beberapa bulan ke belakang.

Rendahnya inflasi berpotensi membuat daya beli masyarakat Indonesia naik. Pada Februari, terjadi deflasi sebesar 0,08% MoM, lebih dalam dibandingkan konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia yakni deflasi sebesar 0,05% MoM.


Mengacu pada komposisi emiten yang tergabung dalam sektor barang konsumsi, terdapat 4 saham yang memiliki bobot paling tinggi, yakni PT HM Sampoerna Tbk/HMSP (29,9%), PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (24,1%), PT Gudang Garam Tbk/GGRM (12,1%), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk/ICBP (7,8%).

Sektor konsumer berkontribusi 20% dari total bobot sektor di IHSG, tertinggi kedua setelah sektor keuangan dengan bobot 31%.

Lalu ke mana sektor konsumer akan bergerak?

Berikut ulasan Tim Riset CNBC Indonesia secara teknikal.

Foto: Konsumer

Hingga penutupan IHSG Selasa (19/3/2019) sektor konsumer berada pada level 2.662 atau melemah 1%. Dalam jangka pendek sektor konsumer menunjukkan tanda-tanda pelemahan.

Hal ini terlihat dari posisinya yang bergerak di bawah garis rerata harganya lima hari (moving average/MA5).


Secara momentum ruang pelemahan sektor konsumer masih terbuka karena belum memasuki wilayah jenuh jualnya (oversold), mengacu pada indikator Relative Strength Index (RSI).

Tren pelemahan juga terlihat pada indikator rerata pergerakan konvergen dan divergen (moving average convergence divergence/ MACD) yang pada persilangan cenderung turun (dead cross).

Namun dalam jangka panjang tren sektor konsumer menunjukkan bergerak naik (uptrend) menguji resistance di level 3.030.

TIM RISET CNBC INDONESIA



(yam/tas) Next Article Akhir November, Saham-saham Barang Konsumsi Unjuk Gigi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular