
Ditopang Damai Dagang, Bursa Saham Asia Kompak Menghijau
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
18 March 2019 18:12

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham utama kawasan Asia kompak menutup perdagangan pada Senin (18/3/2019) awal pekan ini di zona hijau.
Indeks Nikkei naik 0,62%, indeks Shanghai melesat 2,47%, indeks Hang Seng naik 1,37%, indeks Straits Times naik 0,4%, dan indeks Kospi juga naik 0,16%.
Sejatinya, rilis data ekonomi di kawasan regional tak mendukung aksi beli di bursa saham. Pada hari ini, ekspor Jepang periode Februari 2019 diumumkan melemah sebesar 1,2% secara tahunan, lebih dalam dibandingkan konsensus yang memperkirakan pelemahan sebesar 0,9% saja, seperti dilansir dari Trading Economics.
Sementara itu, impor juga terkontraksi hingga 6,7%, lebih dalam dibandingkan konsensus yakni terkoreksi sebesar 5,8%.
Optimisme terkait damai dagang AS-China berhasil menyelamatkan kinerja bursa saham Benua Kuning.
Xinhua News Agency pada Jumat (15/3/2019) melaporkan bahwa AS dan China telah membuat perkembangan yang konkret terkait penulisan kesepakatan dagang kedua negara, seperti dilansir dari South China Morning Post.
Xinhua, yang merupakan media milik pemerintah China, juga menyebutkan bahwa Wakil Perdana Menteri China Liu He berbicara dengan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin pada Kamis (14/3/2019) melalui sambungan telepon.
Dalam pidato di sidang tahunan parlemen China, Perdana Menteri Li Keqiang menegaskan bahwa pemerintah akan menerapkan aturan baru mengenai investasi.
Dalam aturan tersebut, China berkomitmen untuk melindungi investasi (termasuk asing) dan tidak akan mewajibkan transfer teknologi.
Sejauh ini, perang dagang yang berkecamuk antar kedua negara terlihat jelas sudah menyakiti perekonomian masing-masing.
Di China misalnya, belum lama ini ekspor periode Februari 2019 diumumkan terkontraksi sebesar 20,7% secara tahunan, jauh lebih dalam dibandingkan konsensus yang hanya memperkirakan penurunan sebesar 4,8% YoY, seperti dilansir dari Trading Economics. Sementara itu, impor turun hingga 5,2%, juga lebih dalam dari ekspektasi yakni penurunan sebesar 1,4%.
Kemudian di AS, produksi industri periode Februari 2019 diumumkan hanya tumbuh tipis 0,1% MoM, jauh di bawah konsensus yang memperkirakan pertumbuhan sebesar 0,4% MoM, seperti dikutip dari Forex Factory.
Jika kesepakatan dagang benar bisa dicapai nantinya, perekonomian kedua negara akan bisa dipacu untuk melaju lebih kencang.
Pada akhirnya, tentu perekonomian dunia akan ikut merasakan dampak positifnya, mengingat posisi AS dan China yang merupakan dua negara dengan nilai perekonomian terbesar di dunia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/tas) Next Article Top! Awal Tahun Bursa Asia Hijau, Tanda akan Bangkitkah?
Indeks Nikkei naik 0,62%, indeks Shanghai melesat 2,47%, indeks Hang Seng naik 1,37%, indeks Straits Times naik 0,4%, dan indeks Kospi juga naik 0,16%.
Sejatinya, rilis data ekonomi di kawasan regional tak mendukung aksi beli di bursa saham. Pada hari ini, ekspor Jepang periode Februari 2019 diumumkan melemah sebesar 1,2% secara tahunan, lebih dalam dibandingkan konsensus yang memperkirakan pelemahan sebesar 0,9% saja, seperti dilansir dari Trading Economics.
Optimisme terkait damai dagang AS-China berhasil menyelamatkan kinerja bursa saham Benua Kuning.
Xinhua News Agency pada Jumat (15/3/2019) melaporkan bahwa AS dan China telah membuat perkembangan yang konkret terkait penulisan kesepakatan dagang kedua negara, seperti dilansir dari South China Morning Post.
Xinhua, yang merupakan media milik pemerintah China, juga menyebutkan bahwa Wakil Perdana Menteri China Liu He berbicara dengan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin pada Kamis (14/3/2019) melalui sambungan telepon.
Dalam pidato di sidang tahunan parlemen China, Perdana Menteri Li Keqiang menegaskan bahwa pemerintah akan menerapkan aturan baru mengenai investasi.
Dalam aturan tersebut, China berkomitmen untuk melindungi investasi (termasuk asing) dan tidak akan mewajibkan transfer teknologi.
Sejauh ini, perang dagang yang berkecamuk antar kedua negara terlihat jelas sudah menyakiti perekonomian masing-masing.
Di China misalnya, belum lama ini ekspor periode Februari 2019 diumumkan terkontraksi sebesar 20,7% secara tahunan, jauh lebih dalam dibandingkan konsensus yang hanya memperkirakan penurunan sebesar 4,8% YoY, seperti dilansir dari Trading Economics. Sementara itu, impor turun hingga 5,2%, juga lebih dalam dari ekspektasi yakni penurunan sebesar 1,4%.
Kemudian di AS, produksi industri periode Februari 2019 diumumkan hanya tumbuh tipis 0,1% MoM, jauh di bawah konsensus yang memperkirakan pertumbuhan sebesar 0,4% MoM, seperti dikutip dari Forex Factory.
Jika kesepakatan dagang benar bisa dicapai nantinya, perekonomian kedua negara akan bisa dipacu untuk melaju lebih kencang.
Pada akhirnya, tentu perekonomian dunia akan ikut merasakan dampak positifnya, mengingat posisi AS dan China yang merupakan dua negara dengan nilai perekonomian terbesar di dunia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/tas) Next Article Top! Awal Tahun Bursa Asia Hijau, Tanda akan Bangkitkah?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular