
Investor Asing Tebar Dana Rp 263,6 Miliar, IHSG Menguat 0,26%
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
18 March 2019 12:52

Investor asing memegang peranan penting dalam mendorong penguatan IHSG. Hingga akhir sesi 1, investor asing membukukan beli bersih senilai Rp 263,6 miliar di pasar saham tanah air.
Selain karena tingginya ekspektasi terkait damai dagang AS-China, aksi beli yang dilakukan investor asing juga didorong oleh penguatan nilai tukar rupiah. Hingga siang hari, rupiah menguat 0,14% di pasar spot ke level Rp 14.235/dolar AS.
Rupiah menguat lantaran ada optimisme bahwa defisit transaksi berjalan/Current Account Deficit (CAD) bisa ditekan pada tahun ini. Pasalnya, jika ditotal neraca dagang Indonesia hanya membukukan defisit senilai US$ 734 juta dalam dua bulan pertama tahun ini, lebih rendah dibandingkan defisit pada dua bulan pertama tahun 2018 yang mencapai US$ 809 juta.
Bahkan, pada Februari 2019 neraca dagang Indonesia membukukan surplus senilai US$ 330 juta, walaupun memang surplus tersebut dihasilkan oleh penurunan impor yang lebih dalam daripada penurunan ekspor. Sepanjang bulan lalu, ekspor terkontraksi 11,33% secara tahunan, sementara impor anjlok hingga 13,98% YoY.
Sebagai informasi, sepanjang tahun 2018 CAD tercatat sebesar 2,98% dari PDB, terdalam sejak tahun 2014.
Bagi pergerakan rupiah, pos transaksi berjalan tentulah merupakan hal yang sangat penting lantaran menggambarkan pasokan devisa yang tidak mudah berubah (dari aktivitas ekspor-impor barang dan jasa). Hal ini berbeda dengan pos transaksi modal dan finansial yang bisa cepat berubah karena datang dari aliran modal portfolio atau yang biasa disebut sebagai hot money.
Kala rupiah menguat, memeluk saham-saham di dalam negeri berpotensi memberikan keuntungan kurs, disamping capital gain. Wajar jika investor asing membukukan beli bersih dengan nilai yang besar.
5 besar saham yang diburu investor asing per akhir sesi 1 adalah: PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 77,3 miliar), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 65,3 miliar), PT Intiland Development Tbk/DILD (Rp 52,2 miliar), PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syaria Tbk/BTPS (Rp 44,4 miliar), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (Rp 24,6 miliar).
TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/hps)
Selain karena tingginya ekspektasi terkait damai dagang AS-China, aksi beli yang dilakukan investor asing juga didorong oleh penguatan nilai tukar rupiah. Hingga siang hari, rupiah menguat 0,14% di pasar spot ke level Rp 14.235/dolar AS.
Rupiah menguat lantaran ada optimisme bahwa defisit transaksi berjalan/Current Account Deficit (CAD) bisa ditekan pada tahun ini. Pasalnya, jika ditotal neraca dagang Indonesia hanya membukukan defisit senilai US$ 734 juta dalam dua bulan pertama tahun ini, lebih rendah dibandingkan defisit pada dua bulan pertama tahun 2018 yang mencapai US$ 809 juta.
Sebagai informasi, sepanjang tahun 2018 CAD tercatat sebesar 2,98% dari PDB, terdalam sejak tahun 2014.
Bagi pergerakan rupiah, pos transaksi berjalan tentulah merupakan hal yang sangat penting lantaran menggambarkan pasokan devisa yang tidak mudah berubah (dari aktivitas ekspor-impor barang dan jasa). Hal ini berbeda dengan pos transaksi modal dan finansial yang bisa cepat berubah karena datang dari aliran modal portfolio atau yang biasa disebut sebagai hot money.
Kala rupiah menguat, memeluk saham-saham di dalam negeri berpotensi memberikan keuntungan kurs, disamping capital gain. Wajar jika investor asing membukukan beli bersih dengan nilai yang besar.
5 besar saham yang diburu investor asing per akhir sesi 1 adalah: PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 77,3 miliar), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 65,3 miliar), PT Intiland Development Tbk/DILD (Rp 52,2 miliar), PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syaria Tbk/BTPS (Rp 44,4 miliar), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (Rp 24,6 miliar).
TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/hps)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular