Morgan Stanley Ramal Bunga Acuan BI Turun 75 Bps, Mungkinkah?

Herdaru Purnomo & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
16 March 2019 09:50
Tergantung Perang Dagang & Brexit
Foto: Morgan Stanley (REUTERS/Mike Segar)
Namun, belum tentu juga BI bisa benar-benar memangkas suku bunga acuan. Walaupun perkembangan ekonomi di AS dan Indonesia membuka ruang bagi BI untuk melonggarkan suku bunga acuan, hal ini akan sangat ditentukan oleh perkembangan dari 2 isu utama yang saat ini menyelimuti perekonomian dan pasar keuangan dunia, yakni perang dagang AS-China dan perceraian Inggris-Uni Eropa (Brexit).

Saat ini, ada kecenderungan perang dagang AS-China dan Brexit akan berlangsung berlarut-larut. Berbicara mengenai perang dagang AS-China, sedianya ada rencana untuk mempertemukan Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping pada akhir bulan ini guna memfinalisasi perjanjian dagang.

Namun, pada hari Kamis (14/3/2019) tiga orang sumber mengatakan bahwa pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping batal dilakukan akhir bulan ini, seperti dilansir dari Bloomberg.

Menurut salah seorang dari sumber tersebut, kalau jadi digelar pun, pertemuan antara Trump dan Xi baru akan terjadi pada akhir bulan April. Ada kemungkinan bahwa pertemuannya justru akan lebih mundur lagi.

Mundurnya pertemuan antara Trump dan Xi tersebut mengindikasikan bahwa negosiasi dagang kedua negara berjalan dengan alot. Memang, Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer belum lama ini mengatakan bahwa isu-isu krusial belum mampu dipecahkan. Salah satu isu krusial yang dimaksud adalah terkait dengan perlindungan hak kekayaan intelektual.

Kemudian, Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin juga mengungkapkan bahwa masih ada banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan.

"Kami bekerja keras untuk mencapai kesepakatan secepat mungkin. Ada dokumen lebih dari 150 halaman yang sedang kami kerjakan. Masih banyak pekerjaan, tetapi kami senang dengan perkembangan yang terjadi sampai saat ini," kata Mnuchin, mengutip Reuters.

Beralih ke Brexit, pada hari Kamis parlemen Inggris sepakat untuk memundurkan tanggal resmi Brexit yang saat ini dijadwalkan pada 29 Maret. Sebanyak 412 anggota parlemen mendukung opsi tersebut, sementara sebanyak 202 menolak.

Jika kesepakatan Brexit yang diajukan Perdana Menteri Inggris Theresa May bisa diloloskan di parlemen sebelum 20 Maret, maka May akan meminta Uni Eropa untuk memundurkan tanggal resmi Brexit menjadi 30 Juni. Namun jika tak ada kesepakatan hingga 20 Maret, May mengatakan bahwa dirinya akan meminta perpanjangan waktu yang lebih lama.

Sebelumnya, Presiden Dewan Eropa Donald Tusk mengatakan bahwa dirinya akan meminta kepada 27 negara anggota Uni Eropa lainnya untuk membuka pintu untuk perpanjangan waktu yang lama bagi Inggris.

"Dalam kunjungan saya menjelang EUCO (European Convention), saya akan meminta kepada 27 negara Uni Eropa untuk membuka diri terhadap perpanjangan yang lama jika Inggris merasa perlu untuk memikirkan kembali strategi Brexit-nya dan menciptakan konsensus," cuit Tusk melalui akun Twitter @eucopresident.

Lantas, sudah perang dagang berpotensi berlarut-larut, Brexit juga serupa. Jika hal tersebut benar terjadi nantinya, investor akan lebih cenderung memilih memegang dolar AS selaku safe haven.

Kala dolar AS perkasa dan rupiah tertekan, tentu ruang bagi BI untuk memangkas suku bunga acuan menjadi berkurang atau bahkan hilang sepenuhnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA (ank)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular