
Pasokan Minyak Nabati India Naik, Harga CPO Tak Bisa Melawan
Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
14 March 2019 08:47

Jakarta, CNBC Indonesia - Pada penutupan perdagangan Rabu kemarin (13/3/2019), harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) kontrak Mei di Bursa Derivatives Malaysia Exchange amblas 1,18% ke posisi MYR 2.091/ton.
Dengan begitu, sudah enam hari secara beruntun harga CPO ditutup di zona merah. Adapun selama sepekan, harganya juga telah turun 3,06% secara point-to-point.
Sedangkan sejak awal tahun, harga komoditas agrikultur andalan Indonesia dan Malaysia tersebut sudah terpangkas 1,41%.
Prediksi turunnya permintaan minyak sawit dari India, China, dan Negara-Negara Eropa masih cukup kuat memberi beban pada pergerakan harga CPO.
Bahkan tahun ini, permintaan minyak sawit global diprediksi terkontraksi untuk pertama kali sejak dua dekade lalu.
Di India, peningkatan produksi minyak nabati domestik akan mengancam impor minyak sawit. Terlebih Negeri Bollywood merupakan importir terbesar minyak sawit dan produk turunannya.
Berdasarkan keterangan dari B.V. Mehta, Direktur Eksekutif Solvent Extractors Association of India yang dilansir dari Reuters, produksi rapeseed akan menyentuh rekor 8 juta ton pada tahun ini.Akibatnya, ketersediaan minyak rapeseed domestik India akan meningkat lebih dari 1,5 juta ton yang akan menyerap lebih banyak permintaan dari dalam negeri.
Alhasil beban pasokan akan membuat keseimbangan fundamental (pasokan-permintaan) di pasar minyak nabati global akan terganggu. Mau tak mau harga akan terbebani.
"Ada pembicaraan di antara pelaku pasar bahwa minyak sawit stok lama di India dijual dibawah harga pasar," kata pialang yang berbasis di Kuala Lumpur, mengutip Reuters.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(taa/hps) Next Article Seperti Kurang Energi, Harga CPO Terus Melorot
Dengan begitu, sudah enam hari secara beruntun harga CPO ditutup di zona merah. Adapun selama sepekan, harganya juga telah turun 3,06% secara point-to-point.
Sedangkan sejak awal tahun, harga komoditas agrikultur andalan Indonesia dan Malaysia tersebut sudah terpangkas 1,41%.
Prediksi turunnya permintaan minyak sawit dari India, China, dan Negara-Negara Eropa masih cukup kuat memberi beban pada pergerakan harga CPO.
Bahkan tahun ini, permintaan minyak sawit global diprediksi terkontraksi untuk pertama kali sejak dua dekade lalu.
Di India, peningkatan produksi minyak nabati domestik akan mengancam impor minyak sawit. Terlebih Negeri Bollywood merupakan importir terbesar minyak sawit dan produk turunannya.
Berdasarkan keterangan dari B.V. Mehta, Direktur Eksekutif Solvent Extractors Association of India yang dilansir dari Reuters, produksi rapeseed akan menyentuh rekor 8 juta ton pada tahun ini.Akibatnya, ketersediaan minyak rapeseed domestik India akan meningkat lebih dari 1,5 juta ton yang akan menyerap lebih banyak permintaan dari dalam negeri.
Alhasil beban pasokan akan membuat keseimbangan fundamental (pasokan-permintaan) di pasar minyak nabati global akan terganggu. Mau tak mau harga akan terbebani.
"Ada pembicaraan di antara pelaku pasar bahwa minyak sawit stok lama di India dijual dibawah harga pasar," kata pialang yang berbasis di Kuala Lumpur, mengutip Reuters.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(taa/hps) Next Article Seperti Kurang Energi, Harga CPO Terus Melorot
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular