Mandiri & Northstar di Permata, Seberapa Besar Peluangnya?

tahir saleh, CNBC Indonesia
06 March 2019 10:44
Isu calon pembeli 45% saham PT Bank Permata Tbk (BNLI) milik Standard Chartered Bank kian ramai saja.
Foto: Muhammad Luthfi Rahman
Jakarta, CNBC Indonesia - Isu calon pembeli 45% saham PT Bank Permata Tbk (BNLI) milik Standard Chartered Bank kian ramai saja. Setelah sebelumnya Bank Mizuho, Sumitomo Mitsui, Bank Mandiri, kini ada perusahaan investasi Northstar.

RHB Sekuritas Indonesia dalam riset terbarunya, 6 Maret 2019, menilai Bank Permata adalah target merger dan akuisisi yang ideal. Penilaian PBV (price to book value) potensial yakni di level 1,5-2x sebagaimana rata-rata rasio PBV merger dan akuisisi di Indonesia.

PBV ini adalah penilaian harga saham dengan nilai buku perusahaan. Biasanya, saham yang memiliki rasio PBV besar, memiliki valuasi yang tinggi (overvalue) sedangkan saham yang memiliki PBV di bawah 1 memiliki valuasi yang rendah alias undervalue.


Sebab itu, RHB mempertahankan rekomendasi 'Buy' di level Rp 1.400/saham atau target price-nya yang naik 27% dari sebelumnya. Data Bursa Efek Indonesia mencatat, saham BNLI rata-rata di level Rp 1.136/saham hingga 6 Maret 2019. Dalam 3 bulan terakhir, saham BNLI melesat 147%.

Satu katalis positif lain ialah kinerja Bank Permata pada Januari 2019 yang positif.  Bank Permata melaporkan pada Januari bahwa laba bersih naik 105% year on year (YoY) dengan ROE (return on equity) 7,6%, dan provisi turun 67,5% secara YoY. Cost of capital (CoC) atau biaya modal pada Januari 2019 juga di level 1%, dibandingan dengan Januari 2018 di 3,1%.


"Mandiri dan Northstar mungkin tertarik untuk membeli Bank Permata. Target price kami menyiratkan 1,7x PBV pada estimasi full year 2019," tulis dua analis RHB, Alvin Baramuli dan Henry Wibowo dalam risetnya.

Mengacu laporan keuangan Bank Permata per Januari 2019, p
endapatan bunga bersih Rp 465,39 miliar, naik tipis 1,8% dari Januari 2018 Rp 457,13 miliar. Adapun laba bersih melesat 105% menjadi Rp 138 miliar dari Januari 2018 sebesar Rp 67 miliar.

Lebih lanjut riset RHB mengungkapkan, EPS (earnings per share) atau laba per saham Bank Permata melesat 105%, dengan laba bersih Rp 138 miliar yang naik 105% YoY, mengungguli 
semua kompetitornya dari 12 bank di bawah analisis RHB. Ini menyiratkan ROE sebesar 7,6%.

Kredit mencpai Rp 97 triliun, naik 6,8% YoY dibandingkan dengan Januari 2018 yang justru minus 3,9%. Net interest margin atau margin bunga bersih naik menjadi 3,8%, dari 3,6% pada Januari 2018. Adapun LDR (loan to deposit ratio) atau rasio pinjaman terhadap simpanan naik tipis menjadi 84,2%, dari 83,2%.

Kans Bank Mandiri dan Northstar
Menurut RHB, Bank 
Mandiri dikatakan sedang menjajaki opsi pembelian Bank Permata dan akan menggabungkan bank tersebut dengan anak perusahaannya, PT Bank Mandiri Taspen (Bank Mantap) dengan target penyelesaian tahun ini.

Permata, tulis keduanya, adalah kandidat merger dan akuisisi yang ideal, mengingat ukuran aset yang layak sebagai bank terbesar ke-11 di Indonesia (Rp 157 triliun), dan didukung waralaba pendanaan Astra. Ditambah lagi kurangnya ketersediaan bank-bank menengah lainnya.


"Kami pikir Mandiri akan merasa ideal untuk membeli Permata untuk menumbuhkan pendanaan secara anorganik. [Apalagi] perhatikan bahwa CASA Mandiri turun 0,2% YoY, sehingga total pertumbuhan simpanan konsolidasi menjadi hanya 3,1% di tahun lalu," tulis mereka.

CASA atau current account savings account sering disebut dana murah yang diperoleh perbankan dari tabungan dan giro. Disebut dana murah perbankan hanya memberikan bunga kecil pada dua produk tabungan ini.

Selain itu, Bank 
Mandiri juga memiliki kelebihan modal Rp 30-35 triliun dengan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) mencapai 21%. Rasio CAR tinggi itu artinya melebihi kebutuhan. Kelebihan modal ini bisa digunakan untuk membiayai ekspansi dengan akuisisi perusahaan di bidang keuangan.

Bagaimana dengan Northstar?

Sumber CNBC Indonesia yang mengikuti proses tersebut menyampaikan bahwa Northstar Group juga ikut bertarung untuk membeli saham Bank Permata. Private equity yang dikomandani Patrick Walujo, menantu Theodore Permadi Rahmat ini sudah memasukkan penawaran harga.

"Mereka [Northstar] masuk dengan harga penawaran PBV 1,6x," kata sumber tersebut. PBV Bank Permata per 6 Maret ini di level 1,42x.

RHB menilai 
Northstar dapat menjadi kandidat pembeli lainnya, terutama karena mereka mendivestasi investasinya di PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) dengan perkiraan US$ 1,8 miliar (2013-2018).

"Perhatikan bahwa Northstar dan TPG Capital bersama-sama berinvestasi di BTPN pada 2008, estimasi senilai US$ 195 juta yang dilaporkan untuk 72% saham, ini menyiratkan 2.1x PBV."


(tas/hps) Next Article Bank Permata & SCBI Bungkam Soal Masuknya Investor Jepang

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular