Asing Keluar 4 Hari Beruntun, IHSG Melemah Terdalam di Asia

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
05 March 2019 17:19
Asing Keluar 4 Hari Beruntun, IHSG Melemah Terdalam di Asia
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup perdagangan Selasa ini (5/3/2019) dengan predikat sebagai indeks saham berkinerja terburuk di kawasan Asia. Mengawali hari dengan koreksi tipis sebesar 0,04%, IHSG justru jatuh 0,73% pada akhir perdagangan ke level 6.441,28. Pelemahan IHSG bahkan sempat melampaui 1%.

Mayoritas indeks saham kawasan Asia lain sebetulnya juga diperdagangkan melemah kecuali Hang Seng. Namun ya itu tadi, tak ada yang membukukan pelemahan lebih dalam dari IHSG.



Kekhawatiran perlambatan ekonomi dunia membuat saham-saham di Benua Kuning dilepas investor. Pemerintah China bahkan memangkas target pertumbuhan ekonomi 2019 menjadi kisaran 6%-6,5%. Sebelumnya, target pertumbuhan ekonomi 2019 dipatok di kisaran 6,5%, seperti dilansir dari Bloomberg.

Revisi ke bawah atas target pertumbuhan ekonomi China tersebut disampaikan oleh Perdana Menteri Li Keqiang dalam pertemuan tahunan parlemen China.

Tahun lalu, perekonomian China tumbuh sebesar 6,6%, pertumbuhan paling rendah sejak 1990.


Memang, pemerintah China tak tinggal diam. Bersamaan dengan revisi ke bawah target pertumbuhan ekonomi, pemerintah China juga mengumumkan pemotongan tingkat pajak dan biaya untuk korporasi senilai hampir 2 triliun yuan (US$ 298,31 miliar atau sekitar Rp 4.222 triliun). Stimulus fiskal tersebut diarahkan untuk mendukung pertumbuhan di sektor manufaktur, transportasi, dan konstruksi.

Namun, pelaku pasar sudah terlanjut kecewa dengan target batas bawah pertumbuhan ekonomi yang begitu rendah. Mengingat China merupakan negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia, tentu perlambatan ekonomi di sana akan membuat perekonomian negara-negara lain ikut berada dalam tekanan.


Kabar buruk dari Negeri Panda tersebut melengkapi rentetan rilis data ekonomi yang mengecewakan dari AS. Kemarin (4/3/2019), Biro Sensus AS melaporkan bahwa belanja konstruksi pada Desember 2018 turun 0,6% dibandingkan bulan sebelumnya, jauh lebih buruk dari konsensus yang memperkirakan pertumbuhan sebesar 0,2% MoM, seperti dilansir dari Forex Factory.

Selama 2018, belanja konstruksi naik 4,1% dibandingkan tahun sebelumnya. Meski membukukan pertumbuhan, tetapi capaian tersebut adalah laju yang paling lemah sejak 2011.

Sebelumnya, perlambatan ekonomi AS juga ditunjukkan oleh ekspansi aktivitas sektor manufaktur yang tak sekencang ekspektasi. Data Forex Factory menunjukkan Manufacturing PMI periode Februari 2019 versi ISM diumumkan di level 54,2, lebih rendah dibandingkan konsensus yang sebesar 55,6.

Di sisi lain, memang perkembangan terkait damai dagang AS-China masih positif. Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo menyatakan bahwa AS dan China sudah dekat untuk mengakhiri perang dagang. Dalam waktu dekat, seluruh bea masuk dan berbagai hambatan dagang (trade barrier) bisa dihapuskan.

Asing Keluar 4 Hari Beruntun, IHSG Melemah Terdalam di AsiaFoto: Presiden AS Donald Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping menghadiri jamuan makan malam setelah pertemuan pemimpin G20 di Buenos Aires, Argentina 1 Desember 2018. REUTERS / Kevin Lamarque

"Kami mencoba mengesahkan itu [kesepakatan dagang dengan China]. Saya rasa kedua pihak akan segera bertemu dan saya berharap seluruh bea masuk dan hambatan dagang akan sirna," tegas Pompeo kepada stasiun televisi KCCI, dikutip dari Reuters.

Namun tetap saja, hingga saat ini belum ada kesepakatan hitam di atas putih yang ditandatangani kedua negara sehingga damai dagang belum 100% terjadi. Alhasil, investor dibuat bermain defensif dengan melepas instrumen berisiko seperti saham.

Sektor barang konsumsi yang terkoreksi 1,43% menjadi sektor dengan kontribusi terbesar bagi pelemahan IHSG. Saham-saham barang konsumsi yang dilego investor di antaranya: PT Gudang Garam Tbk/GGRM (-4,58%), PT Indofood Sukses Makmur Tbk/INDF (-3,05%), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk/ICBP (-0,72%), PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (-0,71%), dan PT Kalbe Farma Tbk/KLBF (-0,66%).

Pelaku pasar tampak grogi menantikan rilis data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) periode Februari 2019. Melansir Trading Economics, data IKK periode Februari 2019 dijadwalkan dirilis esok hari (6/3/2019) oleh Bank Indonesia (BI).

Rilis data IKK periode Januari 2019 terbilang mengecewakan. IKK periode Januari 2019 tercatat di level 125,5, turun dibandingkan capaian bulan Desember 2018 yang sebesar 127.


Memang, sejatinya wajar jika ada penurunan IKK pada Januari. Pasalnya, IKK bulan Desember merupakan yang tertinggi di sepanjang tahun 2018. Faktor musiman yakni libur hari raya Natal dan Tahun Baru membuat IKK berada di level yang tinggi pada bulan Desember.

Namun tetap saja, IKK pada Januari 2019 lebih rendah dibandingkan capaian Januari 2018 yang sebesar 126,1.

Penurunan IKK pada Januari didorong oleh seluruh komponen pembentuknya. Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) turun menjadi 121,1, dari yang sebelumnya 123,3, sementara Indeks Ekspektasi Kondisi Ekonomi (IEK) turun menjadi 153,1, dari yang sebelumnya 158,7.

Jika IKK kembali merosot pada bulan Februari, besar kemungkinan konsumsi masyarakat akan tertekan yang pada akhirnya akan mempengaruhi pendapatan emiten-emiten sektor barang konsumsi secara negatif. Investor asing memegang peranan penting dalam mendikte arah pergerakan IHSG pada hari ini. Hingga akhir perdagangan, investor asing membukukan jual bersih (net sell) senilai Rp 1,17 triliun di pasar saham tanah air, menandai jual bersih selama 4 hari berturut-turut.

Ruang bagi investor asing untuk melakukan ambil untung memang terbilang masih besar. Sepanjang tahun ini (hingga penutupan perdagangan kemarin, 4/3/2019), investor asing tercatat masih membukukan beli bersih senilai Rp 9,41 triliun dan IHSG telah menguat sebesar 4,74% dalam periode tersebut.


Kekhawatiran terkait dengan perlambatan ekonomi dunia menjadi alasan utama investor asing melakukan aksi jual di pasar saham tanah air. Selain itu, pelemahan rupiah juga memberikan tekanan bagi investor asing untuk melakukan aksi jual.

Walaupun ditutup menguat 0,07% di pasar spot ke level Rp 14.115/dolar AS, rupiah cenderung diperdagangkan melemah sepanjang hari.

Adapun 5 besar saham yang dilepas investor asing adalah: PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 362 miliar), PT Matahari Department Store Tbk/LPPF (Rp 173,7 miliar), PT Astra International Tbk/ASII (Rp 153,5 miliar), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 140,5 miliar), dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 72,5 miliar).

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular