Sprint di Menit Terakhir, Rupiah Jadi Juara 3 Asia!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
05 March 2019 16:48
Sprint di Menit Terakhir, Rupiah Jadi Juara 3 Asia!
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup menguat. Sprint pada saat-saat terakhir membuat rupiah berhasil finis di jalur hijau.

Pada Selasa (5/3/2019), US$ 1 dihargai Rp 14.115 kala penutupan pasar spot. Rupiah menguat 0,07% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. 

Kala pembukaan pasar spot, sebenarnya rupiah menguat 0,04%. Namun sejurus kemudian, mata uang Tanah Air langsung terperosok ke zona merah. 


Rupiah nyaris sepanjang hari terjebak di teritori depresiasi. Namun jelang penutupan pasar, pelemahan rupiah terus berkurang dan akhirnya berhasil menyelesaikan perdagangan pasar spot hari ini dengan apresiasi.

Rupiah benar-benar baru menguat pada 1 menit terakhir perdagangan.
 Penguatan ini berhasil memutus mata rantai pelemahan yang terjadi selama 4 hari perdagangan beruntun.



Rupiah batal melemah 5 hari beruntun. Selamat!
 

Berikut pergerakan kurs dolar AS terhadap rupiah sepanjang hari ini: 

 

Dolar AS memang agak kehilangan cengkeramannya di Asia. Selain rupiah, beberapa mata uang utama Benua Kuning juga mampu menguat seperti rupee India, won Korea Selatan, dan baht Thailand. 

Rupee berhasil menjadi mata uang terbaik Asia. Disusul oleh baht di posisi runner-up dan rupiah berhasil duduk di peringkat tiga. 

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 16:16 WIB: 

Sprint di Menit Terakhir, Rupiah Jadi Juara 3 Asia!

(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Rupiah cs di Asia mendapat kekuatan karena perkembangan dari China. Sebelumnya, kabar dari Negeri Tirai Bambu pula yang membebani pasar keuangan Asia.

Pemerintah China memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada 2019 'hanya' 6-6,5%. Melambat dibandingkan pencapaian 2018 yaitu 6,6%. Padahal pertumbuhan 6,6% saja sudah menjadi yang terlemah sejak 1990. 


Namun kemudian datang berita yang melegakan. Huang Shouhong, Kepala Kantor Riset Dewan Negara China, menyatakan Negeri Tirai Bambu hanya butuh pertumbuhan ekonomi 6,2% pada 2019 dan 2020 untuk mencapai target membuat Produk Domestik Bruto naik dua kali lipat pada 2020. 

"Pertumbuhan ekonomi yang sedikit di atas atau di bawah itu juga masih bisa diterima," ujar Huang, mengutip Reuters. 

Kabar ini membuat pelaku pasar menjadi agak tenang. Sepertinya tidak perlu ada kekhawatiran bahwa perlambatan ekonomi China akan membawa dampak yang signifikan. Memang ada dampak negatif, tetapi masih terukur sepanjang tidak terjadi hard landing

Selain itu, pemerintah juga berkomitmen untuk menjaga performa ekonomi Negeri Panda. Pemerintahan Presiden Xi Jinping menaikkan defisit anggaran dari 2,6% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada 2018 menjadi 2,8% tahun ini.  

Otoritas fiskal juga akan memangkas tarif pajak secara besar-besaran. Pemotongan tarif pajak ini diperkirakan mampu menciptakan perputaran uang senilai hampir CNY 2 triliun di sistem perekonomian. 

Kemudian, pemerintah pusat China juga menaikkan batas penerbitan obligasi oleh daerah dari CNY 1,35 triliun pada 2018 menjadi CNY 2,15 triliun tahun ini. Tujuannya agar daerah tetap mampu menjaga kinerja pembangunannya masing-masing. 

"Situasi yang dihadapi China lebih rumit dan berat. Akan lebih banyak risiko dan tantangan baik yang bisa diprediksi maupun tidak. Oleh karena itu, kita harus siap menghadapi 'peperangan' tersebut," tegas Li Keqiang, Perdana Menteri China, di hadapan parlemen, seperti dikutip dari Reuters. 

Perkembangan di China membuat pelaku pasar kembali yakin bahwa tidak akan ada hard landing. Arus modal asing pun kembali masuk ke pasar keuangan Asia.  

Di pasar saham, indeks Hang Seng dan Shanghai Composite yang tadi sempat melemah ditutup menguat masing-masing 0,01% dan 0,88%. Sementara Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang anjlok di kisaran 1% pada penutupan perdagangan Sesi I, berhasil finis dengan pelemahan 'hanya' 0,73%.    


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular