
Perhatikan Lima Agenda Penggerak Pasar di Pekan Depan
Arif Gunawan, CNBC Indonesia
03 March 2019 19:20

Sentimen ketiga berasal dari AS uang akan mengumumkan defisit neraca perdagangan per Desember pada Rabu pukul 13:30 (Kamis dini hari waktu Indonesia Barat). Pelaku pasar domestik baru akan memfaktorkan kabar dari Negeri Sam itu pada Kamis pagi.
Menurut konsensus Tradingeconomics, defisit neraca perdagangan AS diperkirakan melebar menjadi US$57,3 miliar, dibandingkan dengan posisi sebelmunya yang berada di angka US$49 miliar. Artinya, perang dagang belum membantu meringankan defisit neraca dagang mereka.
Jangan lupakan juga rilis data tenaga kerja AS per Februari pada Kamis malam (Jumat pagi WIB) yang diprediksi kian membaik. Klaim pengangguran lanjutan pada Februari diperkirakan meringan menjadi 1,78 juta, dari posisi Januari di 1,8 juta. Angka tersebut masih jauh lebih baik dari angka rata-rata historisnya di level 2,7 juta.
Sentimen keempat bakal muncul dari Eropa Barat, karena Bank Sentral Eropa (ECB) dijadwalkan mengumumkan suku bunga acuannya, yang diperkirakan masih akan dipertahankan di level 0%. Bank of Canada pada Rabu juga akan menentukan posisi suku bunga acuannya. Sejauh ini pasar memperkirakan bank sentral Kanada itu mempertahankan suku bunga acuannya.
Sentimen kelima bakal kembali ke China dengan rilis neraca perdagangan yang diperkirakan menunjukkan adanya pelemahan surplus, dari semula US$39,2 miliar (Januari) menjadi hanya US$21 miliar (Februari).
Jika pelemahan itu masih berada di kisaran yang sesuai dengan ekspektasi pasar, maka pelaku bursa global tidak akan reaktif menyikapinya. Namun jika yang terjadi adalah sebaliknya, maka waspadai saham-saham sektor komoditas yang selama ini memang banyak memasok produknya ke China.
Di sisi lain, Jepang merilis PDB kuartal IV-2018 yang diperkirakan mencatatkan pertumbuhan positif, ke level 0,4%, dari posisi sebelumnya -0,7% (2017). Angka pertumbuhan ekonomi tahunan pun diprediksi ke 1,5% dari sebelumnya -2,6%. Ini akan menjadi angin sejuk bagi pelaku pasar global di tengah kekhawatiran ketidakpastian global akibat perang dagang.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)
Menurut konsensus Tradingeconomics, defisit neraca perdagangan AS diperkirakan melebar menjadi US$57,3 miliar, dibandingkan dengan posisi sebelmunya yang berada di angka US$49 miliar. Artinya, perang dagang belum membantu meringankan defisit neraca dagang mereka.
Jangan lupakan juga rilis data tenaga kerja AS per Februari pada Kamis malam (Jumat pagi WIB) yang diprediksi kian membaik. Klaim pengangguran lanjutan pada Februari diperkirakan meringan menjadi 1,78 juta, dari posisi Januari di 1,8 juta. Angka tersebut masih jauh lebih baik dari angka rata-rata historisnya di level 2,7 juta.
Sentimen kelima bakal kembali ke China dengan rilis neraca perdagangan yang diperkirakan menunjukkan adanya pelemahan surplus, dari semula US$39,2 miliar (Januari) menjadi hanya US$21 miliar (Februari).
Jika pelemahan itu masih berada di kisaran yang sesuai dengan ekspektasi pasar, maka pelaku bursa global tidak akan reaktif menyikapinya. Namun jika yang terjadi adalah sebaliknya, maka waspadai saham-saham sektor komoditas yang selama ini memang banyak memasok produknya ke China.
Di sisi lain, Jepang merilis PDB kuartal IV-2018 yang diperkirakan mencatatkan pertumbuhan positif, ke level 0,4%, dari posisi sebelumnya -0,7% (2017). Angka pertumbuhan ekonomi tahunan pun diprediksi ke 1,5% dari sebelumnya -2,6%. Ini akan menjadi angin sejuk bagi pelaku pasar global di tengah kekhawatiran ketidakpastian global akibat perang dagang.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular