WTO Panaskan AS-China, Bursa Asia Kompat Menguat

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
01 March 2019 18:20
Seluruh bursa saham utama kawasan Asia kompak ditutup menguat pada perdagangan terakhir di pekan ini.
Foto: Bursa Jepang (AP Photo/Eugene Hoshiko)
Jakarta, CNBC Indonesia - Seluruh bursa saham utama kawasan Asia kompak ditutup menguat pada perdagangan terakhir di pekan ini, Jumat (1/3/2019).

Indeks Nikkei naik 1,02%, indeks Shanghai naik 1,8%, indeks Hang Seng naik 0,63%, dan indeks Straits Times naik 0,24%. Sementara itu, perdagangan di bursa saham Korea Selatan diliburkan guna memperingati Independence Movement Day.

Memanasnya hubungan AS-China di bidang perdagangan tak menyurutkan minat investor untuk masuk ke pasar saham Benua Kuning. Kemarin (28/2/2019), World Trade Organization (WTO) memenangkan gugatan AS terhadap China terkait dengan pemberian subsidi agrikultur.


WTO menyatakan bahwa China memberikan subsidi yang berlebihan kepada petani beras dan gandum di sana, melebihi nilai komitmen subsidi yang sudah disetujui sebelumnya. WTO merekomendasikan China untuk mengubah kebijakannya di sektor agrikultur sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Sebelumnya, AS mengungkapkan bahwa langkah curang dari China tersebut telah merugikan petani-petani di AS karena produknya menjadi kurang kompetitif di Negeri Panda.

China memprotes keras keputusan tersebut. Dalam pernyataan tertulis, Kementerian Perdagangan China berdalih bahwa program subsidi agrikultur dilakukan dalam koridor yang diperkenankan oleh WTO. Subsidi di sektor agrikultur, menurut China, juga sebuah praktik yang lumrah di berbagai negara. Oleh karena itu, China menyesalkan keputusan WTO yang memenangkan gugatan AS.


Ribut-ribut ini berpotensi membuat negosiasi dagang AS-China kian rumit. Apalagi, Presiden AS Donald Trump sudah menegaskan bahwa dirinya siap untuk keluar dari negosiasi dagang dengan China jika hasilnya tidak memuaskan.

"Saya selalu siap untuk keluar. Saya tidak pernah takut untuk keluar dari kesepakatan, termasuk dengan China," tegasnya kala memberikan konferensi pers terkait pertemuan tingkat tinggi dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un di Hanoi, Vietnam, Kamis (28/2/2019).

Rilis data ekonomi yang terbilang oke membuat aksi beli dilakukan oleh investor di bursa saham Benua Kuning. Pada pagi hari ini, Manufacturing PMI China periode Februari 2019 versi Caixin diumumkan di level 49,9.

Sejatinya, angka di bawah 50 menunjukkan bahwa aktivitas manufaktur mengawali kontraksi jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Namun, kontraksi yang terjadi tak sedalam ekspektasi. Melansir Trading Economics, konsensus untuk data tersebut berada di level 48,5.

Beralih ke Jepang, pembacaan akhir untuk data Manufacturing PMI periode Februari 2019 versi Nikkei diumumkan di level 48,9, lebih tinggi dibandingkan konsensus yang sebesar 48,5, seperti dilansir dari Trading Economics.


Selain itu, sikap The Federal Reserve yang kian dovish (kalem) ikut memantik optimisme investor. Kemarin, Wakil Gubernur The Fed Richard Clarida mengatakan bahwa setiap keputusan yang diambil oleh The Fed haruslah berdasarkan data.

Kemudian, Robert Kaplan, President The Fed Dallas, juga mengatakan bahwa bank sentral sebaiknya menunggu hingga setidaknya bulan Juni sebelum mempertimbangkan kenaikan suku bunga acuan lebih lanjut.

Dengan perlambatan ekonomi dunia yang masih kental terasa, tentu suku bunga acuan AS di level yang rendah menjadi opsi yang paling menguntungkan bagi pasar saham.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ank/tas) Next Article Top! Awal Tahun Bursa Asia Hijau, Tanda akan Bangkitkah?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular