
CNBC Indonesia Outlook 2019
Bos BCA: Likuiditas Bank Cukup Baik, Tapi...
Monica Wareza, CNBC Indonesia
28 February 2019 13:00

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Jahja Setiaatmadja meminta otoritas perbankan dan jasa keuangan untuk memperhatikan likuiditas perbankan. Pasalnya likuiditas ibarat aliran darah di dalam tubuh.
Menurut Jahja, saat ini likuiditas perbankan cukup baik, tapi harus diperhatikan tingkat loan to deposit ratio (LDR) dan rasio pembiayaan terhadap pendanaan atau loan to funding ratio (LFR) yang sudah mencapai 93-94%. LDR adalah rasio antara besarnya seluruh volume kredit yang disalurkan oleh bank dan jumlah penerimaan dana perbankan.
Jahja menambahkan, kebijakan BI yang membuka transaksi repo (penjualan instrumen efek perbankan Indonesia) antara Bank Indonesia dengan perbankan untuk mendapatkan likuiditas cukup baik. Hanya saja pinjaman ini tidak gratis, karena ada surat berharga negara (SBN) sebagai underlying transaksi.
Bank memang menempatkan kelebihan likuiditas di SBN dan instrumen tersebut bisa dijadikan sebagai secondary reserve atau Giro Wajib Minimum (GWM) sekunder.
"Kalau secondary reserve dipakai, ini dalam jangka panjang membahayakan," ujar Jahja dalam diskusi panel CNBC Indonesia Economic Outlook di Hotel Westin Jakarta Kamis (28/2/2019).
Jahja menambahkan dalam memenuhi likuiditas, bank harus mengumpulkan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan kebijakan likuiditas harusnya tidak menggantikan DPK untuk penuhi likuiditas bank.
"Jangan kembali ke 1997 ketika likuiditas gampang dengan banyak instrumen tidak permanen sehingga banyak bank yang bermasalah funding-nya," jelasnya.
Sektor perbankan tanah air tengah dihadapkan dengan masalah likuiditas yang ketat karena penyaluran kredit agresif, tapi penghimpunan dana masyarakat atau DPK justru rendah. Hal ini tercermin LDR di kisaran 92%.
Dalam kesempatan sebelumnya, di forum CNBC Indonesia Economic Outlook, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso menegaskan likuiditas perbankan saat ini cukup aman. Sebab, OJK selalu mengukur dana perbankan yang 'parkir' di Bank Indonesia (BI), treasury, dan surat berharga.
Simak pandangan Ketua DK OJK soal likuiditas di sistem keuangan yang mengetat sejak 2018.
[Gambas:Video CNBC]
(roy/tas) Next Article Live Streaming: Grand Launching CNBC Indonesia
Menurut Jahja, saat ini likuiditas perbankan cukup baik, tapi harus diperhatikan tingkat loan to deposit ratio (LDR) dan rasio pembiayaan terhadap pendanaan atau loan to funding ratio (LFR) yang sudah mencapai 93-94%. LDR adalah rasio antara besarnya seluruh volume kredit yang disalurkan oleh bank dan jumlah penerimaan dana perbankan.
Jahja menambahkan, kebijakan BI yang membuka transaksi repo (penjualan instrumen efek perbankan Indonesia) antara Bank Indonesia dengan perbankan untuk mendapatkan likuiditas cukup baik. Hanya saja pinjaman ini tidak gratis, karena ada surat berharga negara (SBN) sebagai underlying transaksi.
Bank memang menempatkan kelebihan likuiditas di SBN dan instrumen tersebut bisa dijadikan sebagai secondary reserve atau Giro Wajib Minimum (GWM) sekunder.
"Kalau secondary reserve dipakai, ini dalam jangka panjang membahayakan," ujar Jahja dalam diskusi panel CNBC Indonesia Economic Outlook di Hotel Westin Jakarta Kamis (28/2/2019).
Jahja menambahkan dalam memenuhi likuiditas, bank harus mengumpulkan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan kebijakan likuiditas harusnya tidak menggantikan DPK untuk penuhi likuiditas bank.
"Jangan kembali ke 1997 ketika likuiditas gampang dengan banyak instrumen tidak permanen sehingga banyak bank yang bermasalah funding-nya," jelasnya.
Sektor perbankan tanah air tengah dihadapkan dengan masalah likuiditas yang ketat karena penyaluran kredit agresif, tapi penghimpunan dana masyarakat atau DPK justru rendah. Hal ini tercermin LDR di kisaran 92%.
Dalam kesempatan sebelumnya, di forum CNBC Indonesia Economic Outlook, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso menegaskan likuiditas perbankan saat ini cukup aman. Sebab, OJK selalu mengukur dana perbankan yang 'parkir' di Bank Indonesia (BI), treasury, dan surat berharga.
Simak pandangan Ketua DK OJK soal likuiditas di sistem keuangan yang mengetat sejak 2018.
[Gambas:Video CNBC]
(roy/tas) Next Article Live Streaming: Grand Launching CNBC Indonesia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular