
Laba Lonsum Amblas 55%, Tertekan Rendahnya Harga CPO
Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
28 February 2019 11:25

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten Grup Salim, PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) mencatatkan kinerja kurang menggembirakan tahun lalu, bersamaan dengan performa dari induknya PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) yang mengalami rugi bersih tahun lalu.
Hanya saja kinerja PP London Sumatra (Lonsum) lebih baik karena masih mencetak laba bersih. Tahun lalu, laba bersih Lonsum anjlok 54,8% menjadi Rp331,4 miliar dari tahun 2017 sebesar Rp 733,3 miliar.
Benny Tjoeng, Presiden Direktur Lonsum mengakui bahwa kinerja perseroan terdampak penurunan harga komoditas terutama harga produk sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan karet. Tercatat, sepanjang 2018 harga CPO anjlok 16% dibandingkan 2017. Meski demikian, dari sisi produksi perusahaan tumbuh.
"Lonsum menghadapi penurunan harga komoditas terutama harga produk sawit dan karet yang berdampak pada kinerja Perseroan," kata Benny, dalam keterbukaan informasi, Kamis (28/2/2019).
Pada 2018, perusahaan mencatatkan penjualan Rp 4,02 triliun atau turun 15,2% yoy dari 2017 sebesar Rp 4,74 triliun. Kontribusi produk sawit terhadap total penjualan mencapai 91% diikuti oleh karet sekitar 5% dan benih bibit sawit sekitar 2%.
Total aset mencapai Rp10 triliun dengan posisi kas sebesar Rp 1,66 triliun pada 31 Desember 2018 serta tanpa funded debt.
Dari sisi operasional, tahun lalu, produksi tandan buah segar (TBS) inti meningkat 18,5% yoy menjadi 1.515.537 ton. Peningkatan produksi TBS terutama berasal dari Kalimantan Timur dan Sumatra Selatan seiring dengan implementasi manajemen panen yang lebih baik serta peningkatan kondisi dan jalan kebun secara umum.
Dengan kenaikan produksi TBS, produksi CPO juga naik 16,4% yoy menjadi 453.168 ton. "Pada triwulan keempat 2018, produksi TBS inti meningkat 29,6% yoy dan total produksi CPO meningkat 28,8% yoy," tuturnya.
Benny meyakini, industri perkebunan diperkirakan akan tetap kompetitif dan menantang. "Kami terus memperkuat posisi keuangan, fokus pada praktik-praktik agrikultur yang baik serta meraih potensi pertumbuhan sehingga dapat mendukung upaya- upaya kami untuk mengatasi tantangan-tantangan di masa depan," kata Benny.
Sebagai perbandingan, rendahnya harga CPO juga menekan kinerja induk usaha LSIP yakni Salim Ivomas. Laba usaha SIMP turun sebesar 44% secara tahunan menjadi Rp 973 miliar dari sebelumnya Rp 1,75 triliun, dan rugi sebesar Rp 77 miliar dari tahun 2017 yang laba bersih Rp 486 miliar.
(tas) Next Article CPO Rekor, Target Harga Emiten Sawit Grup Salim Direvisi!
Hanya saja kinerja PP London Sumatra (Lonsum) lebih baik karena masih mencetak laba bersih. Tahun lalu, laba bersih Lonsum anjlok 54,8% menjadi Rp331,4 miliar dari tahun 2017 sebesar Rp 733,3 miliar.
Benny Tjoeng, Presiden Direktur Lonsum mengakui bahwa kinerja perseroan terdampak penurunan harga komoditas terutama harga produk sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan karet. Tercatat, sepanjang 2018 harga CPO anjlok 16% dibandingkan 2017. Meski demikian, dari sisi produksi perusahaan tumbuh.
"Lonsum menghadapi penurunan harga komoditas terutama harga produk sawit dan karet yang berdampak pada kinerja Perseroan," kata Benny, dalam keterbukaan informasi, Kamis (28/2/2019).
Pada 2018, perusahaan mencatatkan penjualan Rp 4,02 triliun atau turun 15,2% yoy dari 2017 sebesar Rp 4,74 triliun. Kontribusi produk sawit terhadap total penjualan mencapai 91% diikuti oleh karet sekitar 5% dan benih bibit sawit sekitar 2%.
Dari sisi operasional, tahun lalu, produksi tandan buah segar (TBS) inti meningkat 18,5% yoy menjadi 1.515.537 ton. Peningkatan produksi TBS terutama berasal dari Kalimantan Timur dan Sumatra Selatan seiring dengan implementasi manajemen panen yang lebih baik serta peningkatan kondisi dan jalan kebun secara umum.
Dengan kenaikan produksi TBS, produksi CPO juga naik 16,4% yoy menjadi 453.168 ton. "Pada triwulan keempat 2018, produksi TBS inti meningkat 29,6% yoy dan total produksi CPO meningkat 28,8% yoy," tuturnya.
Benny meyakini, industri perkebunan diperkirakan akan tetap kompetitif dan menantang. "Kami terus memperkuat posisi keuangan, fokus pada praktik-praktik agrikultur yang baik serta meraih potensi pertumbuhan sehingga dapat mendukung upaya- upaya kami untuk mengatasi tantangan-tantangan di masa depan," kata Benny.
Sebagai perbandingan, rendahnya harga CPO juga menekan kinerja induk usaha LSIP yakni Salim Ivomas. Laba usaha SIMP turun sebesar 44% secara tahunan menjadi Rp 973 miliar dari sebelumnya Rp 1,75 triliun, dan rugi sebesar Rp 77 miliar dari tahun 2017 yang laba bersih Rp 486 miliar.
(tas) Next Article CPO Rekor, Target Harga Emiten Sawit Grup Salim Direvisi!
Most Popular