Damai Dagang di Depan Mata, Wall Street Siap Tancap Gas

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
25 February 2019 19:23
Wall Street akan dibuka menguat pada perdagangan hari ini.
Foto: REUTERS/Brendan McDermid
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham di Wall Street diprediksi akan dibuka menguat pada perdagangan hari ini, Senin (25/2/2019). Kontrak futures Dow Jones dan S&P 500 mengimplikasikan kenaikan masing-masing sebesar 134 dan 12 poin, sementara indeks Nasdaq Composite diimplikasikan naik sebesar 35 poin.

Perpanjangan periode 'gencatan senjata' AS-China di bidang perdagangan membuat bursa saham Negeri Paman Sam akan mengawali pekan di zona hijau. Perpanjangan tersebut diumumkan oleh Presiden AS Donald Trump pada Minggu (24/2/2019) malam waktu AS atau Senin (25/2/2019) pagi waktu Indonesia melalui serangkaian cuitan di Twitter.

"Saya senang melaporkan bahwa AS telah membuat kemajuan berarti dalam pembicaraan dagang kami dengan China terkait beberapa isu struktural penting, termasuk perlindungan kekayaan intelektual, transfer teknologi, pertanian, jasa, mata uang dan banyak isu lainnya," tulis Trump melalui akun @realDonaldTrump.
Damai Dagang di Depan Mata, Wall Street Siap Tancap GasFoto: Twitter


"Sebagai hasil dari pembicaraan yang sangat produktif ini, saya akan menunda kenaikan bea impor AS yang dijadwalkan pada 1 Maret. Dengan mengasumsikan kedua belah pihak membuat kemajuan tambahan, kami akan merencanakan pertemuan tingkat tinggi bagi Presiden Xi dan saya di Mar-a-Lago untuk merampungkan perjanjian. Akhir pekan yang sangat baik untuk AS dan China!" tambahnya.

Perpanjangan 'gencatan senjata' ini diumumkan pascakedua negara menggelar negosiasi dagang di Washington pada pekan lalu. Pada Selasa hingga Rabu, negosiasi yang digelar adalah di tingkat wakil menteri. Sementara pada Kamis dan Jumat, negosiasi tingkat menteri digelar, melibatkan dua tokoh penting yakni Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Wakil Perdana Menteri China Liu He. Saking seriusnya, kedua negara memutuskan untuk memperpanjang negosiasi hingga hari Minggu.


Sebelum pengumuman perpanjangan periode 'gencatan senjata', China telah menyatakan komitmen untuk meningkatkan pembelian barang-barang AS hingga US$ 1,2 triliun, seperti dikutip dari CNBC International.

Selain optimisme terkait damai dagang AS-China yang membuncah, kinerja bursa Wall Street juga terkerek naik oleh komentar bernada kalem atau dovish dari pejabat The Federal Reserve, bank sentral AS. Kini, sejumlah pejabat The Fed mulai mencemaskan angka inflasi yang relatif rendah, pertanda ekonomi sedang kurang bergairah.

"Angka pengangguran turun ke level terendah dalam hampir 50 tahun, tetapi inflasi jarang menyentuh target 2%. Kita harus waspada dengan ekspektasi inflasi, jangan sampai terjangkau terlalu rendah," tegas Presiden The Fed New York John Williams, seperti dikutip dari Reuters.

"Inflasi sudah cukup lama berada di bawah target. Jangan terlalu cepat puas," tambah Presiden The Fed San Francisco Mary Daly, juga mengutip Reuters.


Pernyataan Williams dan Daly diinterpretasikan oleh pelaku pasar bahwa The Fed akan membiarkan laju inflasi agak terakselerasi. Hal ini akan dilakukan dengan menahan tingkat suku bunga acuan dalam beberapa waktu ke depan.

Dengan perekonomian AS yang sudah tak 'sepanas' tahun lalu, tentu suku bunga acuan di tingkat yang relatif rendah merupakan opsi terbaik, bukan hanya bagi perekonomian AS, namun juga bagi perekonomian dunia.

Pada pukul 23:00 WIB, Wakil Gubernur The Federal Reserve Richard Clarida dijadwalkan berpartisipasi dalam sebuah diskusi bertema "Fed Listens: A Conversation with Community Leaders in Southern Dallas" yang akan digelar di Texas.

Investor akan memanfaatkan gelaran tersebut untuk mencoba mencari petunjuk terkait dengan arah kebijakan suku bunga acuan The Fed.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/tas) Next Article Optimisme Damai Dagang akan Bawa Wall Street Menghijau

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular