
Damai Dagang & Data Ekonomi Akan Bawa Wall Street Menguat
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
13 February 2019 21:10

Jakarta, CNBC Indonesia - Wall Street akan dibuka menguat pada perdagangan hari ini: kontrak futures Dow Jones mengimplikasikan kenaikan sebesar 73 poin, sementara S&P 500 dan Nasdaq Composite diimplikasikan naik masing-masing sebesar 7 dan 28 poin.
Pelaku pasar cukup bersemangat untuk melakukan aksi beli di bursa saham Negeri Paman Sam seiring dengan kondusifnya perkembangan negosiasi dagang AS-China. Pada hari ini, negosiasi dagang tingkat wakil menteri yang digelar di Beijing berakhir, setelah dimulai sejak hari Senin.
Esok hari hingga Jumat, negosiasi tingkat menteri dijadwalkan digelar, melibatkan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin. Selama negosiasi berlangsung, kedua negara kompak mengeluarkan pernyataan bernada positif.
Kemarin, Presiden AS Donald Trump menyebut bahwa dirinya berharap bisa bertemu dengan Presiden China Xi Jinping jika kesepakatan dagang AS-China sudah hampir rampung. Bahkan, Trump menyebut bahwa periode gencatan senjata yang akan berakhir pada 1 Maret bisa diperpanjang.
"Kami bekerja dengan baik di China. Kalau kesepakatan (dengan China) sudah dekat, maka kita akan bisa selesaikan. Saya mungkin bisa menoleransi kesepakatan mundur sedikit (dari deadline 1 Maret), tetapi saya lebih suka tidak," kata Trump saat rapat kabinet, mengutip Reuters.
Bak gayung bersambut, iktikad baik dari Trump kemudian diikuti oleh kabar bahwa Presiden China Xi Jinping akan bertemu dengan anggota penting dari delegasi AS pada hari Jumat, termasuk Lighthizer dan Mnuchin, seperti dilaporkan oleh South China Morning Post yang mengutip sumber-sumber yang mengetahui masalah tersebut.
Selain damai dagang AS-China, sentimen positif bagi Wall Street juga datang dari rilis data ekonomi. Sepanjang Januari 2019, tingkat inflasi AS diumumkan stagnan alias tak ada perubahan harga. Data ini berada di bawah konsensus yang memperkirakan adanya inflasi sebesar 0,1% MoM, seperti dilansir dari Forex Factory.
Sejatinya, data tersebut menunjukkan bahwa konsumsi masyarakat AS tak sekuat yang diekspektasikan. Namun di sisi lain, data tersebut berpotensi membuat The Federal Reserve selaku bank sentral AS terus menahan tingkat suku bunga acuan di level yang relatif rendah.
Dengan perekonomian China dan Eropa yang tengah berada dalam tren perlambatan, suku bunga acuan yang rendah memang menjadi opsi terbaik.
Tidak ada anggota FOMC yang dijadwalkan berbicara pada hari ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article Laporan Keuangan & Damai Dagang Bawa Wall Street Menguat
Pelaku pasar cukup bersemangat untuk melakukan aksi beli di bursa saham Negeri Paman Sam seiring dengan kondusifnya perkembangan negosiasi dagang AS-China. Pada hari ini, negosiasi dagang tingkat wakil menteri yang digelar di Beijing berakhir, setelah dimulai sejak hari Senin.
Esok hari hingga Jumat, negosiasi tingkat menteri dijadwalkan digelar, melibatkan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin. Selama negosiasi berlangsung, kedua negara kompak mengeluarkan pernyataan bernada positif.
"Kami bekerja dengan baik di China. Kalau kesepakatan (dengan China) sudah dekat, maka kita akan bisa selesaikan. Saya mungkin bisa menoleransi kesepakatan mundur sedikit (dari deadline 1 Maret), tetapi saya lebih suka tidak," kata Trump saat rapat kabinet, mengutip Reuters.
Bak gayung bersambut, iktikad baik dari Trump kemudian diikuti oleh kabar bahwa Presiden China Xi Jinping akan bertemu dengan anggota penting dari delegasi AS pada hari Jumat, termasuk Lighthizer dan Mnuchin, seperti dilaporkan oleh South China Morning Post yang mengutip sumber-sumber yang mengetahui masalah tersebut.
Selain damai dagang AS-China, sentimen positif bagi Wall Street juga datang dari rilis data ekonomi. Sepanjang Januari 2019, tingkat inflasi AS diumumkan stagnan alias tak ada perubahan harga. Data ini berada di bawah konsensus yang memperkirakan adanya inflasi sebesar 0,1% MoM, seperti dilansir dari Forex Factory.
Sejatinya, data tersebut menunjukkan bahwa konsumsi masyarakat AS tak sekuat yang diekspektasikan. Namun di sisi lain, data tersebut berpotensi membuat The Federal Reserve selaku bank sentral AS terus menahan tingkat suku bunga acuan di level yang relatif rendah.
Dengan perekonomian China dan Eropa yang tengah berada dalam tren perlambatan, suku bunga acuan yang rendah memang menjadi opsi terbaik.
Tidak ada anggota FOMC yang dijadwalkan berbicara pada hari ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article Laporan Keuangan & Damai Dagang Bawa Wall Street Menguat
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular