Start Mantap Rupiah, Perkasa di Kurs Tengah BI dan Pasar Spot

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
25 February 2019 10:35
Start Mantap Rupiah, Perkasa di Kurs Tengah BI dan Pasar Spot
Ilustrasi Dolar AS dan Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di kurs tengah Bank Indonesia (BI) menguat hari ini. Namun, seperti halnya di pasar spot, dolar AS belum juga mampu didorong ke bawah Rp 14.000. 

Pada Senin (25/2/2019), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.007. Rupiah menguat 0,51% dibandingkan posisi akhir pekan lalu dan menyentuh posisi terbaiknya sejak 8 Februari. 

 

Di pasar spot, rupiah juga perkasa di hadapan dolar AS. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.015 di mana rupiah menguat 0,28%. 

Sejatinya penguatan rupiah semakin tergerus. Kala pembukaan pasar, rupiah mampu menguat 0,5% dan dolar AS sudah ditekan ke bawah Rp 14.000. 


Namun seiring perjalanan pasar, rupiah perlahan kehilangan keperkasaannya. Meski masih menguat, tetapi dolar AS kembali menembus level Rp 14.000. 

Akibat penguatan yang menipis, posisi rupiah di klasemen mata uang utama Asia melorot. Rupiah yang sempat menjadi capolista kini harus puas menjadi runner-up, lagi-lagi tersalip oleh yuan China. 


Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 10:10 WIB: 

 

Rupiah menjalani start yang cukup mantap pada awal pekan ini dengan menguat di kurs tengah BI dan pasar spot. Jika performa ini terus berlanjut, maka bukan tidak mungkin rupiah mengulangi pencapaian pekan lalu, bahkan bisa saja lebih baik.


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Pekan lalu, kinerja rupiah cukup memuaskan dengan penguatan 0,6% terhadap dolar AS secara mingguan. Rupiah menjadi mata uang terbaik kedua di Asia, juga hanya kalah dari yuan. 


Sejak awal tahun sampai akhir pekan lalu, rupiah menguat 2,23%. Meski positif, tetapi penguatan rupiah yang sudah cukup kencang ini mengundang risiko koreksi teknikal. Kalau sudah terbang, apalagi terbang tinggi, pasti suatu saat gravitasi akan memainkan perannya. 

Pagi ini ini pun rupiah masih menguat, tetapi sepertinya apresiasi rupiah yang begitu kencang sudah menggoda investor untuk melakukan profit taking. Akibatnya, penguatan rupiah pun tergerus akibat aksi ambil untung tersebut. 

Meski begitu, cuaca memang sedang mendukung rupiah sehingga masih mampu menguat di hadapan greenback. Investor sedang dalam mode agresif karena prospek damai dagang AS-China yang semakin mendekati kenyataan. 

Presiden AS Donald Trump menyatakan dirinya akan memperpanjang masa 'gencatan senjata' dengan China yang sedianya berakhir pada 1 Maret. Artinya, AS tidak akan menaikkan bea masuk untuk importasi produk-produk made in China senilai US$ 200 miliar dari 10% menjadi 25%. 

Tidak hanya itu, Trump juga akan mengundang Presiden China Xi Jinping ke resor golf miliknya di Florida untuk finalisasi dan pengesahan perjanjian kesepakatan dagang AS-China. Jika perjanjian ini sudah diteken, maka perang dagang AS-China bisa dikatakan resmi berakhir. 


Aura damai dagang yang semakin terasa membuat investor ogah bermain aman. Adrenalin pelaku pasar memuncak, dan arus modal mengalir deras ke instrumen berisiko di pasar keuangan negara berkembang, termasuk Indonesia. 

Kemudian, rupiah juga diuntungkan karena koreksi harga minyak. Pada pukul 10:20 WIB, harga minyak jenis brent turun 0,33% dan light sweet berkurang 0,24%. 

Penurunan harga minyak menjadi berkah bagi Indonesia, yang berstatus negara net importir migas. Biaya impor minyak akan turun saat harga minyak lebih murah, sehingga tidak banyak devisa yang 'terbakar' dan rupiah pun punya modal untuk menguat.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular