
BI Tahan Suku Bunga, Reli Harga SUN Mulai Mereda
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
21 February 2019 19:25

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah menguat tipis pada perdagangan hari ini, Kamis (21/2/2019) dan melanjutkan reli yang terjadi sejak awal pekan.
Meskipun ditutup positif, kenaikan harga obligasi pemerintah hari ini mulai mereda, bersamaan dengan momentum bank sentral yang menetapkan kembali suku bunga acuan di level yang sama yakni 6%. Naiknya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield). Detailnya, dua seri menguat, satu seri koreksi, dan satu seri stagnan.
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun.
Seri acuan yang paling menguat adalah FR0079 bertenor 20 tahun yang mengalami penurunan yield sebesar 3,5 basis poin (bps). Besaran 100 bps setara dengan 1%. Seri acuan 15 tahun juga menguat, tetapi seri acuan 10 tahun melemah dan seri acuan 5 tahun masih stagnan.
Meskipun penguatan masih terjadi, tetapi reli yang terjadi sejak Senin kemarin sudah mulai mereda dan penetapan suku bunga dapat menjadi titik balik bagi pergerakan pasar SUN dalam jangka pendek menjadi negatif.
Kemungkinan pelaku pasar mulai melakukan aksi ambil untung (profit taking) setelah terjadi penguatan signifikan dan beruntun sejak awal pekan ini.
Sumber: Refinitiv
Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih menguat. Indeks tersebut naik 0,06 poin (0,03%) menjadi 240,68 dari posisi kemarin 240,62.
Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 526 bps, menyempit dari posisi kemarin 528 bps.
Yield US Treasury 10 tahun naik hingga 2,66% dari posisi kemarin 2,63%.
Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi seri 2 tahun dengan seri 5 tahun, di mana inversi kondisi tingginya yield seri lebih pendek dibanding seri lebih panjang.
Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.
Sumber: Refinitiv
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 926,43 triliun SBN, atau 37,69% dari total beredar Rp 2.457 triliun berdasarkan data per 19 Februari. Porsi itu sudah turun dari posisi tertinggi rekor yang tercipta hari sebelumnya yaitu sebesar Rp 931,83 triliun pada 18 Februari.
Angka kepemilikannya masih bertambah Rp 33,18 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.
Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan terjadi di China, India, Filipina dan Afsel, sedangkan koreksi terjadi di Brasil, Malaysia, Rusia, Singapura, dan Thailand. Di negara maju, penguatan hanya terjadi di Jepang.
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/tas) Next Article AS-China Makin Tak Jelas, Reli Harga SUN Berakhir
Meskipun ditutup positif, kenaikan harga obligasi pemerintah hari ini mulai mereda, bersamaan dengan momentum bank sentral yang menetapkan kembali suku bunga acuan di level yang sama yakni 6%. Naiknya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield). Detailnya, dua seri menguat, satu seri koreksi, dan satu seri stagnan.
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun.
Meskipun penguatan masih terjadi, tetapi reli yang terjadi sejak Senin kemarin sudah mulai mereda dan penetapan suku bunga dapat menjadi titik balik bagi pergerakan pasar SUN dalam jangka pendek menjadi negatif.
Kemungkinan pelaku pasar mulai melakukan aksi ambil untung (profit taking) setelah terjadi penguatan signifikan dan beruntun sejak awal pekan ini.
Yield Obligasi Negara Acuan 21 Feb 2019 | |||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 20 Feb 2019 (%) | Yield 21 Feb 2019 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 20 Feb'19 |
FR0077 | 5 tahun | 7.757 | 7.757 | 0.00 | 7.7054 |
FR0078 | 10 tahun | 7.912 | 7.935 | 2.30 | 7.9267 |
FR0068 | 15 tahun | 8.262 | 8.234 | -2.80 | 8.2173 |
FR0079 | 20 tahun | 8.333 | 8.298 | -3.50 | 8.3106 |
Avg movement | -1.00 |
Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih menguat. Indeks tersebut naik 0,06 poin (0,03%) menjadi 240,68 dari posisi kemarin 240,62.
Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 526 bps, menyempit dari posisi kemarin 528 bps.
Yield US Treasury 10 tahun naik hingga 2,66% dari posisi kemarin 2,63%.
Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi seri 2 tahun dengan seri 5 tahun, di mana inversi kondisi tingginya yield seri lebih pendek dibanding seri lebih panjang.
Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.
Yield US Treasury Acuan 21 Feb 2019 | |||||
Seri | Benchmark | Yield 20 Feb 2019 (%) | Yield 21 Feb 2019 (%) | Selisih (Inversi) | Satuan Inversi |
UST BILL 2019 | 3 Bulan | 2.446 | 2.438 | 3 bulan-5 tahun | -5.2 |
UST 2020 | 2 Tahun | 2.502 | 2.514 | 2 tahun-5 tahun | 2.4 |
UST 2021 | 3 Tahun | 2.47 | 2.486 | 3 tahun-5 tahun | -0.4 |
UST 2023 | 5 Tahun | 2.473 | 2.49 | 3 bulan-10 tahun | -22.8 |
UST 2028 | 10 Tahun | 2.652 | 2.666 | 2 tahun-10 tahun | -15.2 |
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 926,43 triliun SBN, atau 37,69% dari total beredar Rp 2.457 triliun berdasarkan data per 19 Februari. Porsi itu sudah turun dari posisi tertinggi rekor yang tercipta hari sebelumnya yaitu sebesar Rp 931,83 triliun pada 18 Februari.
Angka kepemilikannya masih bertambah Rp 33,18 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.
Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan terjadi di China, India, Filipina dan Afsel, sedangkan koreksi terjadi di Brasil, Malaysia, Rusia, Singapura, dan Thailand. Di negara maju, penguatan hanya terjadi di Jepang.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang | |||
Negara | Yield 20 Feb 2019 (%) | Yield 21 Feb 2019 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 8.81 | 8.97 | 16.00 |
China | 3.145 | 3.143 | -0.20 |
Jerman | 0.101 | 0.12 | 1.90 |
Perancis | 0.529 | 0.534 | 0.50 |
Inggris | 1.181 | 1.196 | 1.50 |
India | 7.58 | 7.547 | -3.30 |
Italia | 2.86 | 2.814 | -4.60 |
Jepang | -0.034 | -0.04 | -0.60 |
Malaysia | 3.891 | 3.897 | 0.60 |
Filipina | 6.418 | 6.379 | -3.90 |
Rusia | 8.33 | 8.41 | 8.00 |
Singapura | 2.125 | 2.142 | 1.70 |
Thailand | 2.47 | 2.5 | 3.00 |
Turki | 14.82 | 14.91 | 9.00 |
Amerika Serikat | 2.652 | 2.666 | 1.40 |
Afrika Selatan | 8.875 | 8.79 | -8.50 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/tas) Next Article AS-China Makin Tak Jelas, Reli Harga SUN Berakhir
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular