
Arkha Jayanti IPO, Tawar Saham Seharga Rp 190 - Rp 300/unit
Monica Wareza, CNBC Indonesia
20 February 2019 19:03

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Arkha Jayanti Persada akan melepas saham ke publik melalui mekanisme penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) untuk menutupi kebutuhan modal kerja perusahaan. Jumlah saham yang akan dilepas adalah sebanyak 500 juta atau setara dengan 25% dari total jumlah saham yang diterbitkan dan disetor perusahaan.
Direktur Utama Arkha Jayanti Persada Dwi Hartanto mengatakan tahun ini perusahaana akan menggenjot produksi perusahaannya yang tertekan selama beberapa tahun terakhir akibat moratorium ekspor mineral mentah yang juga berdampak pada permintaan komponen alat berat.
"Butuh modal kerja karena schedule ketat pekerjaannya jadi butuh modal kerja yang sehat," kata Dwi di Graha Niaga, Jakarta, Rabu (20/2).
Perusahaan ini akan melego sahamnya di pasar perdana pada kisaran harga Rp 190-Rp 300/saham. Diperkirakan perusahaan akan memperoleh dana senilai Rp 95 miliar-Rp 150 miliar.
Dana jumlah dana yang terhimpun tersebut, sebanyak 30% akan digunakan untuk pembayaran sebagian utang perusahaan, lalu sisanya 70% akan digunakan untuk kebutuhan modal kerja perusahaan.
Tahun ini perusahaan tak menganggarkan belanja modal (capital expenditure/capex) khusus karena saat ini belum ada kebutuhan perusahaan untuk berinvestasi. Sebaliknya, perusahaan masih berupaya untuk meningkatkan kembali kapasitas produksinya saat ini.
"Kapasitas produksi total mencapai 30 ribu ton per tahun, tapi baru terpakai 19% karena sejak 2013 morataorium ekspor mineral mentah memukul perusahaan karena hanya produksi spare prts alat berat makanya sejak 2013 rugi," kata. Devon Widodo Parawiroyudo, Komisaris Utama perusahaan di kesempatan yang sama.
Dalam upaya meningkatkan utilisasi pabriknya ini perusahaan bakal menggenjot divisi kontruksi. baja dan migas. Di awal tahun perusahaan sudah mendapatkan proyek senilai Rp 55 miliar dari perusahaan BUMN seperti PT Semen Indonesia Tbk (SMGR), PT PPTbk (PTPP) dan PT Adhi Karya Tbk (ADHI).
Disamping itu, perusahaan juga tetap menggarap proyek dari Konsumen tetapnya seperti PT Komatsu Indonesia, PT Caterpilar Indonesia dan PT Pindad (Persero).
Dalam kurun waktu 2013 hingga 2017 perusahaan masih mencatatkan rugi bersih karena tak optimalnya operasional perusahaan. Namun sejak tahun lalu laba bersih sudah mulai dikantongi dengan nilai perkiraannya sebesar Rp 13,04 miliar dan total pendaatan sebesar Rp 148,87 miliar.
Tahun ini diperkirkan pendapatan bisa tumbuh 32,62% menjadi Rp 220,95 miliar dan laba bersih meningkat lebih dari dua kali lipat nilainya menjadi Rp 36,60 miliar.
Pendapatan perusahaan dominan disumbangkan oleh bisnis fabrikasi komponen alat berat sebesar 48%, kemudian disumbang oleh karoseri body dump truck sebesar 26%. Bisnis Konstruksi baja dan migas menyumbang sebesar 15% dan sisanya pengangkutan batu bara menyumbang 11%.
Masa bookbuilding mulai dilakukan sejak 18 Februari lalu dan akan berakhir pada 22 Februari nanti dan pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) diharapkan dapat diperoleh pada 28 Februari. Masa penawaran umum akan dilakukan pada 4-6 Maret dan pencatatan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dijadwalkan pada 12 Maret 2019.
Distribusi Saham IPO Perlu Lebih Banyak
[Gambas:Video CNBC]
(hps/hps) Next Article 29 Perusahaan Antre IPO Tahun Ini, Yuk Simak Ada yang Jumbo
Direktur Utama Arkha Jayanti Persada Dwi Hartanto mengatakan tahun ini perusahaana akan menggenjot produksi perusahaannya yang tertekan selama beberapa tahun terakhir akibat moratorium ekspor mineral mentah yang juga berdampak pada permintaan komponen alat berat.
"Butuh modal kerja karena schedule ketat pekerjaannya jadi butuh modal kerja yang sehat," kata Dwi di Graha Niaga, Jakarta, Rabu (20/2).
Perusahaan ini akan melego sahamnya di pasar perdana pada kisaran harga Rp 190-Rp 300/saham. Diperkirakan perusahaan akan memperoleh dana senilai Rp 95 miliar-Rp 150 miliar.
Tahun ini perusahaan tak menganggarkan belanja modal (capital expenditure/capex) khusus karena saat ini belum ada kebutuhan perusahaan untuk berinvestasi. Sebaliknya, perusahaan masih berupaya untuk meningkatkan kembali kapasitas produksinya saat ini.
"Kapasitas produksi total mencapai 30 ribu ton per tahun, tapi baru terpakai 19% karena sejak 2013 morataorium ekspor mineral mentah memukul perusahaan karena hanya produksi spare prts alat berat makanya sejak 2013 rugi," kata. Devon Widodo Parawiroyudo, Komisaris Utama perusahaan di kesempatan yang sama.
Dalam upaya meningkatkan utilisasi pabriknya ini perusahaan bakal menggenjot divisi kontruksi. baja dan migas. Di awal tahun perusahaan sudah mendapatkan proyek senilai Rp 55 miliar dari perusahaan BUMN seperti PT Semen Indonesia Tbk (SMGR), PT PPTbk (PTPP) dan PT Adhi Karya Tbk (ADHI).
Disamping itu, perusahaan juga tetap menggarap proyek dari Konsumen tetapnya seperti PT Komatsu Indonesia, PT Caterpilar Indonesia dan PT Pindad (Persero).
Dalam kurun waktu 2013 hingga 2017 perusahaan masih mencatatkan rugi bersih karena tak optimalnya operasional perusahaan. Namun sejak tahun lalu laba bersih sudah mulai dikantongi dengan nilai perkiraannya sebesar Rp 13,04 miliar dan total pendaatan sebesar Rp 148,87 miliar.
Tahun ini diperkirkan pendapatan bisa tumbuh 32,62% menjadi Rp 220,95 miliar dan laba bersih meningkat lebih dari dua kali lipat nilainya menjadi Rp 36,60 miliar.
Pendapatan perusahaan dominan disumbangkan oleh bisnis fabrikasi komponen alat berat sebesar 48%, kemudian disumbang oleh karoseri body dump truck sebesar 26%. Bisnis Konstruksi baja dan migas menyumbang sebesar 15% dan sisanya pengangkutan batu bara menyumbang 11%.
Masa bookbuilding mulai dilakukan sejak 18 Februari lalu dan akan berakhir pada 22 Februari nanti dan pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) diharapkan dapat diperoleh pada 28 Februari. Masa penawaran umum akan dilakukan pada 4-6 Maret dan pencatatan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dijadwalkan pada 12 Maret 2019.
Distribusi Saham IPO Perlu Lebih Banyak
[Gambas:Video CNBC]
(hps/hps) Next Article 29 Perusahaan Antre IPO Tahun Ini, Yuk Simak Ada yang Jumbo
Most Popular