Ditopang Net Buy Asing, IHSG Malah Tertekan ke Zona Merah

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
20 February 2019 13:03
Ditopang Net Buy Asing, IHSG Malah Tertekan ke Zona Merah
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) justru melemah tipis 0,08% ke level 6.489,42 pada akhir sesi 1, Rabu (20/2/2019), padahal dibuka menguat 0,42%.

Kinerja IHSG berbanding terbalik dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang ditransaksikan di zona hijau: indeks Nikkei naik 0,46%, indeks Hang Seng naik 0,66%, indeks Straits Times naik 0,32%, dan indeks Kospi naik 0,91%.

Hawa positif yang menyelimuti jalannya negosiasi dagang lanjutan antara AS dengan China membuat instrumen berisiko seperti saham menjadi incaran investor.

Sebagai informasi, sebagai tindak lanjut dari pertemuan di China pada pekan kemarin, negosiasi dagang lanjutan digelar di Washington mulai kemarin (19/2/2019) di tingkat wakil menteri. Pada hari Kamis dan Jumat, negosiasi tingkat menteri akan digelar, di mana Wakil Perdana Menteri China Liu He akan bertemu dengan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer, Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin, serta Penasihat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow.

Ditopang Net Buy Asing, IHSG Malah Tertekan ke Zona MerahFoto: Presiden AS Donald Trump bertemu Wakil Perdana Menteri China Liu He di Washington, Kamis (31/1/2019) Foto: REUTERS/Jim Young
Presiden AS Donald Trump kembali menebar optimisme dengan menegaskan bahwa 1 Maret yang merupakan tenggat waktu 'gencatan senjata' bukan sesuatu yang kaku, tetap bisa dinegosiasikan.

"Ada pembicaraan yang kompleks, tetapi semua berjalan sangat baik. Saya tidak bisa mengatakan, tetapi tanggal itu (1 Maret) bukan sesuatu yang magis. Banyak hal yang bisa terjadi," kata Trump kepada wartawan di Oval Office, mengutip Reuters.

Pelaku pasar memang berharap banyak bahwa negosiasi dagang pada pekan ini setidaknya bisa meluluhkan hati Trump untuk memperpanjang periode gencatan senjata dengan China. Pasalnya jika tak diperpanjang, bea masuk bagi produk impor asal China senilai US$ 200 miliar akan dinaikkan menjadi 25% (dari yang saat ini 10%) mulai tanggal 2 Maret.

Lebih lanjut, sentimen positif bagi bursa saham Asia juga datang dari pernyataan bernada kalem atau dovish yang dilontarkan oleh pejabat The Federal Reserve selaku bank sentral AS.

Presiden The Fed New York John Williams mengatakan bahwa dirinya sudah puas dengan suku bunga acuan yang sekarang. Belum ada kebutuhan untuk menaikkannya, kecuali jika ada perubahan signifikan dalam proyeksi pertumbuhan ekonomi atau inflasi Negeri Paman Sam.

"Saya tidak merasa perlu adanya perubahan (suku bunga acuan). Namun akan berbeda ceritanya kalau ada proyeksi pertumbuhan ekonomi atau inflasi yang berubah," kata Williams kepada Reuters.

Dengan perlambatan ekonomi global yang kian terasa, tentu kebijakan moneter longgar menjadi opsi yang paling bijak.
Namun, sentimen yang ada di bursa saham regional memang tak sepenuhnya positif. Ada awan gelap dari Jepang yang membuat indeks Shanghai (-0,15%) dan IHSG terkoreksi hingga siang hari.

Pada pagi hari ini, ekspor Jepang periode Januari 2019 diumumkan anjlok hingga 8,4% YoY, jauh lebih dalam dibandingkan konsensus yang memperkirakan penurunan sebesar 5,5% saja, seperti dilansir dari Trading Economics. Sementara itu, impor hanya melemah tipis 0,6% YoY, lebih baik dari ekspektasi yang memperkirakan kontraksi sebesar 2,8% YoY.

Alhasil, defisit neraca dagang Jepang bulan lalu tercatat senilai JPY 1,415 triliun, di mana ini merupakan defisit terdalam sejak Maret 2014 yang senilai JPY 1,45 triliun.

Kemarin, survei Reuters Tankan diumumkan dan menunjukkan bahwa optimisme pelaku usaha sektor manufaktur dan jasa mengalami penurunan pada bulan Februari.

Indeks optimisme pelaku usaha sektor manufaktur turun ke level 13, dari yang sebelumnya 18 pada bulan Januari. Penurunan ini menandai yang ke-4 secara berturut-turut. Sementara itu, indeks optimisme pelaku usaha sektor jasa turun ke level 22, dari yang sebelumnya 31 pada bulan Januari. Penurunan ini merupakan yang pertama dalam 4 bulan.

Lebih parahnya lagi, optimisme pelaku usaha sektor manufaktur dan jasa diproyeksikan terus turun dalam 3 bulan ke depan.

Sebagai negara dengan perekonomian terbesar ketiga di dunia, tekanan bagi perekonomian Jepang tentu akan menghantam laju perekonomian dunia. Wajar jika penguatan bursa saham regional menjadi dibatasi, bahkan ada yang menjadi jatuh ke zona merah. Aliran modal investor asing yang cukup deras tak mampu menyelamatkan wajah IHSG. Per akhir sesi 1, investor asing membukukan beli bersih (net buy) senilai Rp 163,3 miliar di pasar saham tanah air.

Keperkasaan rupiah mendorong investor asing untuk melakukan aksi beli di pasar saham Indonesia. Hingga siang hari, rupiah menguat 0,33% di pasar spot ke level Rp 14.050/dolar AS.

Rupiah berhasil memanfaatkan momentum yakni pernyataan bernada kalem atau dovish yang dilontarkan oleh Presiden The Fed New York John Williams.

Sepanjang tahun lalu, dolar AS perkasa nyaris terhadap seluruh mata uang dunia, termasuk rupiah, lantaran The Fed mengeksekusi kenaikan suku bunga acuan sebanyak 4 kali (100 bps). Ketika kini diekspektasikan bahwa The Fed tak akan mengeksekusi kenaikan suku bunga acuan, maka wajar jika rupiah bisa membalas dendam.

Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 19 Februari 2019, kemungkinan bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps pada tahun ini adalah 0,9%, turun dari posisi 15 Februari yang sebesar 5,8%. Jika dibandingkan dengan posisi bulan lalu yang sebesar 27,1%, maka penurunannya lebih besar lagi.

Adapun 5 besar saham yang dikoleksi investor asing adalah: PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 109,5 miliar), PT Astra International Tbk/ASII (Rp 79,8 miliar), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 51 miliar), PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (Rp 40,4 miliar), dan PT Sri Rejeki Isman Tbk/SRIL (Rp 37,2 miliar).

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular